Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Asam Manis 2014

Tahun ini saya merasa hidup berubah begitu cepat. Dari yang awal tahun rutin nulis secala berkala, sampai akhirnya bulan Agustus sampai akhir tahun jadi males-malesan nge-blog. Bukan, bukannya males, tapi kini saya menjadi pekerja nine to five , dilanjut kuliah malam sampai pukul sembilan. Sampai di rumah, langsung tidur gitu aja. Tuh, kan... Jadi curhat. Asam Manis 2014, kalau diingat-ingat sih, banyakan manisnya. Mari kita flashback cerita-cerita perjalanan saya yang aneh-aneh dan menyenangkan: 1. Januari     Pergi ke Bandung, ngerayain ulang tahun Nauvael, jajan-jajan mochilok, ke Braga Culinary Night, nongkrong sama BPI Bandung sampai pagi, ke Kineruku. Bisa dibaca di sini dan sini . 2. Februari    Ceritanya mau silent trip ke Lawu sambil Tahun Baru China, tapi si dodol Imam malah ketinggalan kereta. Sementara semua peralatan masuk ke carrier dia semua. Jadilah kita napak tilas di Solo dan Jogja si Kota Mantan. Dan pulangnya, tertahan ...

Gardens by the Bay di Malam Hari

MRT bergerak perlahan meninggalkan stasiun Chinatown. Suasananya cukup ramai karena bersamaan dengan jam pulang kantor. Saya memilih berdiri sambil menebar pandangan ke seluruh penjuru, betapa MRT ini berbeda jauh dengan Commuter Line.  Begitu cepat dan tepat waktu. Batin saya ketika MRT berhenti di Stasiun Bayfront. Sambil menjaga anak-anak saya agar tidak ketinggalan rombongan, saya iming-imingi mereka makan sate di Gardens by the Bay. Alhasil mereka terus mengikuti saya yang sesekali jeprat-jepret sambil menatap langit yang sama bentuknya. Langit yang tanpa bintang. Langit tanpa bintang Gardens by the Bay merupakan proyek taman dengan luas 100 hektar yang memiliki berbagai jenis tanaman di seluruh dunia. Hebatnya, kaktus di padang pasir hingga pohon-pohon besar bisa tumbuh disini. Letaknya tidak jauh dari Marina Bay Sands Hotel, gedung yang atapnya berbentuk kapal pesiar itu. Tapi sayang, kami tidak sempat mengunjungi tamannya satu per satu. Kami hanya jalan dari u...

Edisi ke Singapore Gratisan

"Git, bikin passpor dooong. Masa hari gini belum punya passpor. Nanti kalo mau keluar negeri, bingung loh!" Celetuk seorang teman yang baru saja pulang plesiran dari luar negeri. "Ah, gue mah selow. Indonesia aja belum kelar. Nanti gue bikin passpornya kalo dapet kesempatan keluar negeri gratis!" Jawab saya ngasal. Setahun kemudian... "Dan yang menjadi perwakilan dari kampus untuk jalan-jalan ke Singapore adalah.... Agita Violy! Bebas transport, konsumsi, penginapan, tinggal bawa badan!" Kemudian saya bengong. Bingung. Belum punya passpor. *** Jadi gini, saya kuliah di sekolah tinggi bahasa asing yang punya cabang tempat kursus dari Sabang sampai Merauke. Sebut saja namanya IEC, Intensive English Course, yang lambangnya burung hantu. Nah, kebetulan jalan-jalan ke Singapore memang diadakan setiap tahun, dan tahun ini jatahnya Jabodetabek yang berangkat. Seluruh pesertanya adalah anak-anak SD sampai SMA yang kursus di IE...

Indahnya Diingat

ini padahal saya ada di depan orangnya -,- Satu hal yang paling menyebalkan ketika pulang dari bepergian adalah pertanyaan, "Oleh-olehnya mana?" Kadang saya tidak mengerti mana yang beneran minta atau yang hanya iseng bertanya. Tapi ada juga yang beneran minta dan masih sempat-sempatnya bilang pelit ketika tidak dibawakan oleh-oleh. Huh. Memang ngana pikir, beta traveler? Jalan-jalan aja nyari yang gratisan~ Sayang, kebanyakan teman saya selalu berbuat demikian. Katanya, kalau nggak bawa oleh-oleh nggak afdol. Katanya, kalau nggak bawa oleh-oleh nggak ingat temen. Katanya, kalau nggak dibawain oleh-oleh, nggak mau lagi berteman dengan saya. Sampai segitunya? Iya. Tapi Alhamdulillah. Saya malah senang. Teman yang merepotkan, berkurang satu. Padahal belum tentu ketika mereka bepergian juga bawa oleh-oleh. Bagi saya, oleh-oleh bukanlah sekedar buah tangan atau camilan yang sekali dimakan langsung habis. Bukan juga berupa gantungan kunci atau pin yang kalau dipakai ...

Jangan Bilang Siapa-siapa, Ini Pantai Rahasia!

Ayo main, kak! "Katanya disini dekat pantai?" Tanya saya sambil memutar badan, menatap ke segala penjuru, sekaligus menajamkan pendengaran akan suara ombak yang samar-samar mengusik telinga. "Iya, pantainya di sana, Bu Guru! Di belakang Sekolah!" Ujar seorang murid sambil menunjuk jalan setapak menuju pantai. Saya lantas berjalan mengikuti mereka. Menghabiskan senja di sebuah pantai rahasia.  *** Mereka menyebutnya Pantai saja, istilah lainnya yaitu Pantai Aya. Ada juga yang bilang ini Pantai Cigeulis, karena masih termasuk dalam Kecamatan Cigeulis, Pandeglang. Namun bagi saya, nama bukanlah hal yang penting, karena yang paling penting adalah dengan siapa kesininya. (duarrrr)

Tentang Harapan dari Ujung Pandeglang

Setiap orang pasti punya harapan. Sekecil apapun itu. Walau tahu bahwa harapannya mustahil, walau sadar jika harapannya terlalu jauh untuk digapai. Bahkan seringkali harapan-harapan tersebut dicemooh orang lain. Tapi di dalam hati setiap orang, tentu ada harapan. Dari yang sederhana, hingga yang setinggi langit. Bagaimana dengan mereka? Adik-adik kecil berseragam pramuka dengan alas kaki seadanya. Masih kah mereka memiliki harapan? Sanggupkah mereka mewujudkan harapan-harapannya? *** Bermula dari keisengan seorang teman, Mbak Intan , yang mem-forward sebuah twit dari @relawan_kfp . Isinya tentang ajakan menjadi relawan pendidikan di Pandeglang, Banten. Syaratnya sederhana, yaitu blogger aktif atau fotografer. Pendaftaran yang berlangsung singkat itu akhirnya terpilih 10 orang dari 120 pendaftar. Dan saya termasuk salah satu yang beruntung diberi kesempatan jalan-jalan sekaligus mengajar disana. Alhamdulillah, rejeki mahasiswa sholehah. Jum'at, 19 S...

Papandayan on Travelnatic Magazine August 2014

Link Download: www.travelnatic.com/download

Kedai Ilalang; Markasnya Para Pejalan dan Pecinta Kopi Nusantara

   Suasana di dalamnya Untuk warga Jabodetabek, coba sebutkan tempat nongkrong backpacker, traveler, mountainer, coffee lover dan sejenisnya ada dimana aja? Yang saya tahu sih baru ini... Soalnya mereka eksis di twitterland~ 1. Warkop_Pendaki , lokasinya di Perum 3, Bekasi 2. Kedai Pendaki , lokasinya di Utan Kayu, Jakarta Timur 3. Kedai Ilalang , lokasinya di Jatiwaringin, perbatasan antara Jakarta Timur dan Bekasi 4. Mungkin ada tempat nongkrong yang lain? Tulis di kolom komentar, ya :) Untuk Warkop dan Kedai Pendaki, kebetulan saya belum pernah berkunjung kesana. Soalnya saya bukan pendaki, jadi minder sama temen-temen yang lain :( Eh, bohong deng. Karena belum ada yang ngajak kesana aja sih sebenernya. #eaaak Jadi, kali ini saya cerita sedikit tentang Kedai Ilalang aja, ya! Berdasarkan hasil gugling barusan, Kedai Ilalang didirikan oleh 3 orang pemuda yang tergabung di komunitas Backpacker Ilalang; yaitu Aryo, Ainul dan Dendy. Lokasinya tidak...

Mencari Dingin di At-Ta'awuun

Matahari semakin menyengat saya yang masih terjebak kemacetan di ruas tol halim. Puasa kali ini masih seperti biasanya, terasa begitu berat. Ajakan buka puasa bersama, yang notabenenya malah lebih terkesan buang-buang duit daripada sekedar silaturahim, membuat saya mau tak mau memenuhinya dari minggu ke minggu. Bisa dipastikan setiap sabtu-minggu selama bulan Ramadhan saya tidak berbuka puasa di rumah. Ah, saya rindu menyendiri. Bisakah saya menghilang ke suatu tempat dalam sehari saja untuk berbuka puasa sekaligus sahur di ketinggian sambil dingin-dinginan? "Ke Gede, yuk! Tektok aja!" Ujar Asti tiba-tiba via whatsapp . "Gakmau, capek." Jawab saya singkat. "Aku kangen gunung." Asti memelas. "Aku juga." Sahut saya. Memang benar, rindu yang paling ribet adalah rindu kepada gunung. Sekalinya benar-benar rindu harus susah payah naik ke puncaknya. "At-Ta'awuun aja, yuk!" Sambung saya kemudian. "Dimana? Ngapa...

Mudahnya Pilih Makanan di AbraResto!

"Git, buka puasa dimana kita?" "Nggak tahu, kamu mau makan apa? Bentar cek dulu di Abra Resto, tempat makan deket sini ada apa aja." "Pizza aja, Git. Keluar tol Cibubur macet banget nih!" "Ya udah, Domino's aja, yuk! Kebetulan aku dapet voucher gratisan." "Hah? Voucher darimana? Eh, kamu pakai aplikasi apa itu?" "Abra Resto, bentar aku jelasin..." *** Seperti yang sering dilakukan teman-teman muslim pada umumnya, di Bulan Ramadhan setiap sore hari menjelang berbuka puasa, ada saja yang ribut bertanya, "Mau ngabuburit dimana?" "Mau buka puasa pakai apa?" ada juga yang masih di kantor dan belum pesan makanan, atau malah terjebak kemacetan dan susah pulang. Padahal berbuka puasa itu harus disegerakan, loh. Jadi gimana solusinya? Nah, beberapa waktu lalu saya bersama teman-teman dari VivaLog diundang ke Abra Resto ( your food, your journey ). Saya kira a...

Make One Day More Meaningful

Marhaban yaa Ramadhan... Seperti yang kita tahu kalau Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim, sekaligus bulan penuh ampunan. Mari saya awali postingan pertama di Bulan Juli dengan edisi syari'ah :') Jadi, apa kabar teman-teman? Puasanya lancar? Sudah maaf-maafan sama mantan? Udah bersyukur hari ini? Alhamdulillah... Jadi gini, bulan puasa ini bisa dipastikan kalau aktivitas jalan-jalan saya akan sedikit berkurang. Apalagi naik gunung puasa-puasa. Mana kuat?! Kuat sih, tapi, naik gunungnya pas lagi haid. Jadi bisa minum :p *wooo agit curang* Tapi tenang, nggak jalan-jalan bukan berarti saya nggak nulis di blog ini. Edisi ramadhan ini akan saya isi dengan kuliner! Setuju sodara-sodara? Nggak? YAUDAH! Sori intermezzonya kepanjangan [--,]> Sesuai dengan judul yang tertera di atas; "Make One Day More Meaningful" . Saya akan membuat satu hari di bulan Ramadhan ini lebih berarti dari yang biasanya. Sebagai blo...

Cahaya dari Timur; Beta Maluku

Finally!!! Setelah film ini nongkrong di bioskop Indonesia dari tanggal 19 Juni 2014, saya baru bisa nonton 11 hari kemudian. Sudah lama pingin nonton film ini tapi kok ya gagal terus, sampai akhirnya film ini udah turun dari Blitz dan tinggal beberapa di XXI Bekasi, jadilah saya terburu-buru; harus nonton sebelum filmnya turun karena kalah sama Transformer yang baru tayang! Film yang diangkat dari kisah nyata ini bercerita tentang konflik yang berlangsung di Maluku selama bertahun-tahun. Seperti yang kita tahu, bahwa kerusuhan di Indonesia bagian Timur telah memakan banyak korban. Hingga Sani, seorang pemuda dari Tulehu yang telah berkeluarga, berinisiatif menyatukan anak-anak untuk berlatih sepakbola setiap sore hari, dengan tujuan agar anak-anak tersebut tidak terlibat kerusuhan. Konflik demi konflik khas Indonesia Timur yang latar belakangnya rata-rata berkekurangan, dikemas dalam alur cerita yang mudah dipahami. Penonton seolah dibawa masuk ke dalam cerita neger...

Gerobak Cokelat; Kuliner Cokelat Tradisional

Bekasi saat ini, apalagi tiap sabtu-minggu, entah mengapa macetnya bukan main. Mungkin ini adalah efek dari beberapa mall yang baru dibuka. Pada suatu sore saya terjebak kemacetan dengan seorang teman, kami lantas pasrah menunggu jalanan sepi dengan muter-muter sesukanya di Kota Summarecon Bekasi . Mengingat perumahan ini masih terbilang sejuk dan asyik untuk bersantai karena memiliki taman terbuka dengan pemandangan rumput hijau dan piramida unik yang menjadi ikon dari perumahan tersebut. Sumber: 4w4n.blogdetik.com Sambil mengamati lini masa di twitter, saya menemukan sebuah retweetan yang berisi kurang lebih seperti ini; "Gerobak Cokelat Hadir di Bekasi! - @GerobakCokelat @geco_bekasi " Saya yang memiliki tingkat ke-kepo-an tinggi, akhirnya meng-klik salah satu akun twitternya dan berhasil nyangkut di websitenya GerobakCokelat.com . "Kak, Gerobak Cokelat yuk! Di deket sini tempatnya! Kayak cafe gitu, jajanannya lucu-lucu!" Ajak saya sambil terus...

Kembali ke Muara Gembong yang Sederhana

Hanis memandang saya bingung. Ia ragu untuk melanjutkan perjalanan menuju Desa Muara Gembong demi menemukan ujung pesisir Bekasi   demi sebuah daratan bernama Pantai Beting. Jalanan berlumpur bekas hujan tadi malam menghadang sepeda motor yang kami tunggangi. Ini adalah lumpur ke-sekian yang akan kami lewati. "Kita harus lewat mana lagi? Kanan kirinya lumpur juga. Gue takut kepleset!" Ujar Hanis panik. Saya hanya meringis menatap jalanan berlumpur sambil membayangkan apabila saya jatuh, akan sulit mencuci pakaian yang melekat di tubuh saya. "Bismillah aja." Ujar saya pasrah. Hanis kembali menyalakan sepeda motor dan mengendarainya perlahan, melintasi kubangan lumpur nan licin dengan sangat hati-hati. Saya merasa ada yang ganjil dengan roda depan. Firasat saya tidak enak. Selang beberapa detik, kendali motor mulai oleng dan kami terjerembap ke dalam lumpur hitam. ini habis cuci kaki Setelah merasakan sensasi jatuh bangun dan kotor-kotoran naik mot...

Menghabiskan Hari di Negeri Laskar Pelangi

Cerita sebelumnya klik ini ~> Keliling Belitung Timur dalam Sehari :) Sebagai pecandu ketinggian yang selalu membawa tenda dan matras tiap bepergian, Nauvel merasa kami perlu berkemah di Belitung. "Bang, di Belitung yang bisa gelar tenda, dimana?" "Ada, nanti di Tanjung Tinggi. Kalian mau kemah ha'?" "Iyah, aku bawa tenda 4 person sih." Jawab Nauvel antusias. Bang Kiray sibuk menghubungi kawannya via ponsel. Sementara kami bersiap-siap untuk check out dari penginapan tapi tetap menyewa motor. Hari ketiga, kami berencana menghabiskan malam di satu pantai yang identik dengan film Laskar Pelangi, yaitu Pantai Tanjung Tinggi. Jadi, ini Pantai atau Tanjung, Git? Yaaa.. terserah kalian aja lah nyebutnya apa :)) *** Kamis, 29 Mei 2014   Kami sengaja berangkat siang karena memang niatnya main air di pantai hingga sore sambil duduk-duduk manis menatap senja. Setelah check out , bukannya langsung berangkat tapi kami malah singga...

Keliling Belitung Timur dalam Sehari

Cerita sebelumnya klik ini ~> Menuju Jauh ke Belitung :D Rabu, 28 Mei 2014 Pagi ini saya terbangun karena air conditioner yang terasa semakin dingin. Setelah mematikannya, saya membuka jendela dan menghirup udara dalam-dalam. Saking dinginnya, hembusan napas saya terlihat seperti gumpalan asap rokok. Bila biasanya saya mendengar kokok ayam sebagai penyambut pagi, kali ini kicauan burung walet bersahut-sahutan tiada henti. Entah dari mana asalnya. Selepas menunaikan ibadah subuh yang kesiangan, saya melahap sarapan milik Nauvel yang tersedia di atas meja. "Ih, emang kamu nggak dapet sarapan?" Tanya Nauvel protes. "Nggak tau." Jawab saya sambil mengupas kulit telur rebus. "Iiiih, sarapan aku." Nauvel merengek. Saya cekikikan. Kemudian mengajaknya berkeliling, sekaligus membeli spirtus dan minyak goreng yang lupa saya bawa dari rumah. Ciah dan Papih belum bangun sehingga kami tidak mengajaknya. Beruntunglah kami mendapatkan penginap...

Menuju Jauh ke Belitung

"Papih, Ciah ngidam nii.. Mau ke Belitung." "Yang bener aja, ngidam ke Belitung." "Beneran. Dedeknya mau liat laut sama naik-naik ke batu!" "Git, cariin tiket buat kakak lu. Sekalian sama lu juga. Akhir Mei berangkat ke Belitung." Percakapan di atas terjadi ketika saya sedang asyik menatap laptop di teras rumah, ditemani secangkir cokelat panas dan rintik hujan. Kakak saya, Ciah, yang baru saja menikah dan langsung 'isi' tiba-tiba ngidam ke Belitung. Suaminya, si Papih, mau tak mau menuruti permintaan istrinya. Sementara saya jadi bingung sendiri. Saya telah memiliki tiket PP Jakarta - Malang karena berencana ke Semeru dengan Imam, Om Pulung dan Dek Danang. Ceritanya nebus hutang karena gagal Lawu. Eh tapi mendadak diajak ke Belitung gratisan. Aku kudu piye? Jadilah sore itu juga saya memesan tiket penerbangan Jakarta - Tanjung Pandan untuk libur panjang akhir Mei tanpa tahu harus menginap dimana dan akan ...

[BUKU] 7 Divisi - Ayu Welirang

... 7 hari. 7 pribadi. 7 alasan. 7 kemampuan: 7 Divisi ... Judul : 7 Divisi Pengarang : Ayu Welirang Penerbit : Grasindo Tahun Terbit : Cet. 1; 2014 Tebal Buku : 202 hlm. ; 20 cm Genre : Fiksi – Petualangan, Misteri Novel 7 Divisi tulisan Ayu Welirang ini merupakan salah satu pemenang lomba PSA (Publisher Searching for Authors). Awalnya saya mengira bahwa novel ini terinspirasi dari 5 Cm, tentang lima orang sahabat yang mendadak naik gunung. Habis, judulnya sama-sama pakai angka. Covernya juga bergambar gunung dan arah mata angin. Namun saya teringat kalimat, " Don't judge a book from its cover ", jadilah saya membeli dan membacanya dengan rekor tiga jam tanpa nafas saja. Pembuka novel diawali dengan latar belakang masing-masing tokoh, kemudian satu per satu diundang oleh Lembaga misterius untuk melakukan ekspedisi di Gunung Arcawana, Jawa Timur. Mereka adalah Ichsan (Divisi Mountaineering ), Gitta (Divisi Climbing ), Tom (Divisi Penyeberangan)...

Tabah Sampai Akhir

"Kak Agit udah sering naik gunung?" "Ah, nggak. Biasa aja. Kamu?" "Aku baru pertama kali naik gunung Papandayan. Itupun sempat berantem dulu sama Papa." "Loh, emang kenapa mau naik gunung? Kan capek." "Aku terinspirasi sama orang yang kakinya lumpuh tapi berhasil naik gunung Semeru sama Rinjani. Kalimat dia keren, kak. Tabah Sampai Akhir! Masa aku yang masih sempurna gini nggak bisa naik gunung." "Kamu kenal dia dari mana?" "Dari artikel di kompas. Pas aku cerita ke Papa, masa papa nggak percaya!" "Bilang sama Papa kamu, orang itu bener ada. Dia teman kakak, namanya Irfan Ramdhani." *** Buat saya, Tabah Sampai Akhir tak hanya sekedar kalimat, tapi juga memiliki makna yang cukup dalam. Tabah Sampai Akhir mengingatkan saya bagaimana seorang pegiat alam yang lumpuh akibat kecelakaan, dengan tabah mendaki gunung Rinjani dan Semeru berhari-hari. Hingga menggapai puncak. Hing...

Mengenal Sisi Lain Bekasi Lewat Muara Gembong

Ada satu pertanyaan yang paling saya hindari ketika traveling ke suatu tempat dan bertemu dengan orang baru. Yaitu pertanyaan, "Asalnya dari mana, Mbak?" Bukan saya tak bangga dengan kota yang tertulis di Kartu Tanda Penduduk sekaligus Akta Kelahiran ini. Namun biasanya ketika saya menjawab Kota Bekasi sebagai tempat saya berasal, Si Penanya justru akan bertanya lagi dengan tatapan heran, "Bekasi? Di mana?" Maka saya akan menghela napas panjang sambil menjawab pelan, "Dekat Jakarta." Kalau sudah begitu, saya akan menghindari pertanyaan seputar makanan khas Bekasi dan tempat wisatanya. Tetapi, semakin sering saya traveling , semakin sering pula pertanyaan itu terlontar dan mengacak-acak isi kepala. Dua puluh tahun saya tinggal di Bekasi, masa iya tidak tahu apa-apa selain mall dan cluster yang kian marak dibangun dan memadati kota? Wilayah Bekasi terbagi menjadi dua, yaitu Kota dan Kabupaten . Letaknya di antara Karawang dan Jakarta ...

Pengumuman Pemenang Lomba Kreasi Cover Catatan Layang

Alhamdulillaaah.. Setelah berhasil menjual hampir seratus buku Catatan Layang selama kurang dari dua bulan, akhirnya saya dan @menujujauh berkampanye untuk menggelar Lomba Kreasi Cover Catatan Layang . Kebetulan saya dapat sponsor T-Shirt dari Sudom Cloth, jadi sekalian aja bagi-bagi baju gratis :D 15 Peserta #LombaKreasiCover @CatatanLayang Keren-keren kaaaannn???!!! Setelah semedi selama seminggu terakhir, mandi kembang dan ngunyah melati (#halah) akhirnya saya dan admin @menujujauh memutuskan bahwa pemenangnya adalah...

Cibodas dan Hujan di Malam Hari

Saya sendiri bingung kenapa dari kemarin ceritanya sepotong-sepotong. Bukan karena hati saya yang tinggal sepotong, tapi... ah, sudahlah. Jadi gini ceritanya, habis turun dari Puncak Gede di acara Fun Hiking Education kemarin, saya melalui jalur Cibodas sebagai trek turun. Kandang Badak masih basah seperti biasanya. Ndak papa, asal bukan pelupuk mata aja yang basah :" #halah *toyor Agit* Di sepanjang trek turun, saya diguyur hujan. Saya juga sempat ngedrop karena lupa makan dan belum tidur sore. Jadilah menjelang maghrib saya beristirahat cukup lama dan bersandar pada sebatang pohon. Niatnya hanya memejamkan mata barang sebentar, namun apa daya, saya malah ketiduran. Untung saja Hanis siap sedia menemani saya. Sementara anak-anak sudah duluan turun ke Basecamp . Saya dan Hanis turun kemalaman, sekaligus kehujanan. Aura mistis mulai mengiringi langkah kami berdua. "Kok carrier aku berat,  ya?" Tanya Hanis sambil  membetulkan posisi carrier yang digendongny...

Giraffe Journey 3; Antara Gunung Gede dan Merapi

Ketika saya sedang sibuk dengan Event Fun Hiking Education di Gunung Gede, pada tanggal yang sama, Asti sedang melangkahkan kakinya ke Gunung Merapi. Kami terpisah ratusan kilometer, namun raga tetap berada di tempat yang sama, di atas awan. Sebenarnya, saya malas ke Gunung Gede. Begitu pula Asti, ia pun malas jauh-jauh ke Merapi. Banyak faktor yang membuat kami berdua malas melangkah ke ketinggian. Banyak alasan betapa naik gunung bersama banyak orang sungguh tidak mengenakkan. Kami hanya ingin mencari pelarian berdua. Bukan dengan dia dan dia yang lain. Berlari sungguh melelahkan.  Apalagi jika kau berlari hanya untuk menghindari sebuah rasa takut. Takut untuk jatuh cinta. Karena naik gunung berhari-hari dengan lawan jenis, sangat sulit menolak hadirnya benih-benih cinta. Dan yang paling menyebalkan, ketika cinta yang kau percaya sebagai tujuan akhir, ternyata hanyalah sebuah tempat singgah. Sekedar numpang lewat. Turun gunung? Usai sudah. Ah, cinta yang datang t...

Keluarga Kecil di Surya Kencana

Dan, taraaaaaa... Finally, saya ngetik ini pakai komputer kantor sambil diliatin karyawan yang lain :( Iya, laptop saya, si Arjuna, metong bo'! Gara-gara dicolak-colok flashdisk dan memory card jahanam. Sekarang dia nginep di konter Asus selama dua minggu :((( Kenapa Keluarga Kecil ? Karena team saya kecil-kecil! Heuheuheu. Jadi gini, sebelumnya saya sudah pernah membahas Fun Hiking Education di sini >> Now, Women No Cry! Iya, saya terjebak pendakian massal dari Bekasi Summiter dan diberi tugas menjadi Leader Team 3 dengan partner saya seorang pria betawi berhidung mancung dengan nama Hanis . Tail Team 3 Kami berdua diberi beban mengurus lima orang anak perempuan yang bawel dan berisiknya minta ampun. Diantaranya yaitu Raha, Amira, Erlita, Annisa dan Amelia Poki-poki. Sesuai dengan namanya, Amelia Poki-poki adalah yang ter-rempong dan ter-rusuh. Ia memprovokatori teman-temannya untuk memanggil kami berdua dengan sebutan Ayah dan Bunda. What?!!! ...