Wednesday 30 April 2014

Keluarga Kecil di Surya Kencana


Dan, taraaaaaa...
Finally, saya ngetik ini pakai komputer kantor sambil diliatin karyawan yang lain :( Iya, laptop saya, si Arjuna, metong bo'! Gara-gara dicolak-colok flashdisk dan memory card jahanam. Sekarang dia nginep di konter Asus selama dua minggu :(((

Kenapa Keluarga Kecil? Karena team saya kecil-kecil! Heuheuheu. Jadi gini, sebelumnya saya sudah pernah membahas Fun Hiking Education di sini >> Now, Women No Cry! Iya, saya terjebak pendakian massal dari Bekasi Summiter dan diberi tugas menjadi Leader Team 3 dengan partner saya seorang pria betawi berhidung mancung dengan nama Hanis.

Tail Team 3
Kami berdua diberi beban mengurus lima orang anak perempuan yang bawel dan berisiknya minta ampun. Diantaranya yaitu Raha, Amira, Erlita, Annisa dan Amelia Poki-poki. Sesuai dengan namanya, Amelia Poki-poki adalah yang ter-rempong dan ter-rusuh. Ia memprovokatori teman-temannya untuk memanggil kami berdua dengan sebutan Ayah dan Bunda. What?!!!

"Kak Agit, Bang Hanis, kelompok lain pada manggil leader-nya Daddy-Mommy, Opa-Oma, Ummi-Abi. Berarti kita manggil kalian Ayah sama Bunda aja, yaaaa!" Seru Amelia Poki-poki dengan manja. Yang lainnya meng-iyakan. Sementara saya hanya bisa menghela napas panjang. Dan Hanis, ia hanya geleng-geleng kepala.

Acara ini dimulai dari Hari Jum'at, 18 April 2014. Para peserta dan panitia telah berkumpul sejak pagi, sedangkan saya baru datang ketika hari hampir sore. Jam keberangkatan cukup ngaret, kami baru meninggalkan Bekasi pukul lima sore. Saat itu terbagi menjadi tiga tronton. Total peserta dan panitia yaitu lima puluh tujuh orang. Rame, ya?

Tronton yang kami tumpangi memutuskan untuk melalui jalur Cianjur menuju Basecamp Putri yang terletak di Cipanas, mengingat jalur puncak dan Cisarua pasti macet sekali. Maklum, long weekend. Di tronton, perut kami serasa di-aduk-aduk. Jalurnya naik turun, kayak hati saya tiap kali ingat dia (╥﹏╥) 

Kami baru tiba di Basecamp Putri menjelang tengah malam. Entah kenapa lama sekali. Kepala saya pusing nggak karuan. Selesai memastikan anak-anak saya telah mengisi perut dan tidur dalam keadaan kenyang, saya memaksakan diri untuk menelan dua buah antimo agar bisa cepat tidur.


Sabtu, 19 April 2014

Saya bangun pukul tiga pagi. Itu pun dibangunkan Hanis karena beberapa peserta yang maag-nya kambuh. Duh, dek ( ._.)/||  Mbok ya kayak saya, kerjanya makan terus. Kan kasihan perutmu. Untung anak-anak Bunda rajin makan, ya  (/‾▿‾)/ 

Selesai mengurus peserta sakit, saya mulai kelaparan dan mencari makan. Hanis menyuapi saya beberapa sendok nasi uduk. Beberapa melanjutkan tidur hingga subuh, beberapa yang lainnya sibuk mandi dan berkemas. Hari begitu cepat menuju pagi. Matahari juga terlalu cepat terbit. Roda dunia terus berputar, sementara hati saya tak juga singgah dari hatimu. #eaaaa

Matahari terbit

Wednesday 23 April 2014

Lomba Kreasi Cover Catatan Layang

Setelah koar-koar di twitter dan facebook beberapa waktu lalu, akhirnya sudah terkumpul beberapa gambar yang masuk nan lucu-lucu tentang Lomba Kreasi Cover Catatan Layang. Apa, sih, Catatan Layang? Catatan Layang (Twitter: @CatatanLayang) adalah buku catatan sederhana untuk merekam hidupmu yang luar biasa. Sebelumnya saya pernah posting di sini >> Jalan-jalan Sambil Nulis? Gimana Caranya?

Catatan Layang 2nd Edition

Wednesday 16 April 2014

Giraffe Journey 2; Kereta, Kuliner dan Keraton.

Bermula dari keisengan saya dengan nyeletuk, "Pengen ke Cirebon, ih. One day trip aja. Naek kereta, jalan-jalan ke keraton, kulineran, terus...."

"Hayuk!" Potong Asti cepat. Dan kebetulan kereta ke Cirebon dari Jakarta lumayan banyak. Maka, sepakatlah duo rumpi ini halan-halan ke Cirebon pada hari Minggu tanpa lupa mengajak boneka kesayangannya.

Kereta yang saya pesan keberangkatannya pukul enam pagi. Saya tiba di Stasiun Gambir setengah jam sebelumnya. Itu pun bela-belain naik taksi yang tarifnya lebih mahal dari tiket kereta :( Kenapa saya naik taksi? Sebenarnya ada bus yang lewat pukul lima pagi di tol timur. Baru saja saya meletakkan motor di penitipan, eh busnya sudah jalan dan luput dari pandangan. Ya sudahlah, itung-itung ngerasain jadi borju.

Sementara Asti, dia malah leyeh-leyeh dan baru berangkat dari rumahnya di Rawamangun ketika saya sudah tiba di Stasiun Gambir. Alhasil dia sambung-menyambung dengan ojek dan lari-lari sepanjang stasiun.

Akhir-akhir ini saya mulai jadi pribadi yang 'kepepet' tiap naik kereta. Waktu mau ke Merbabu, mau ke Lawu, dan ke Cirebon ini. Saya heran, kenapa kereta jarak jauh selalu tepat waktu, padahal kereta lokal hampir selalu ngaret.

di kereta
Selama di Kereta, kami berdua bukannya melanjutkan tidur malah terus ngerumpi dan haha-hihi. Padahal kami pun belum tahu akan kemana nanti ketika tiba di Cirebon. Kami jalan tanpa itinerary dan percaya semua akan baik-baik saja. Saya terus bertanya kepada teman-teman asli Cirebon tentang, 'enaknya kemana aja' dan Asti terus-terusan gugling dengan gadget barunya. ihiiiiy~

Tanpa rencana, ternyata Kunthi juga sedang di Cirebon! Ia soulmate-nya Asti yang kebetulan sedang pulang kampung menjenguk neneknya. Jadilah perjalanan kami aman dengan seorang tourguide gadungan ini.

Perjalanan St. Gambir - St. Cirebon Kejaksan memakan waktu tiga jam-an. Kami tiba di sana ketika matahari belum meninggi, masih pukul setengah sembilan, dan saya sudah mulas akibat makan pisang kepagian.
Say, "Yeeeaaaah!!!"

Tuesday 15 April 2014

Terminal Wisata Grafika Cikole, Lembang


Dan Lembang, bukan hanya sekedar bagian dari Bandung yang dingin. Tapi lebih dari itu, ia melibatkan bumi perkemahan, wisata outbond, hotel-hotel dan tempat kulineran.
*gagal romantes*


Sesuai janji Pak Bos, setelah mandi dan berendam air hangat di Ciater, kami melanjutkan perjalanan ke Lembang. Penginapan telah dipesan di Terminal Wisata Grafika Cikole. Apah? Nginep di Terminal? Yang bener aja!!

Eitss, santai dulu. Jangan su'udzhon dulu. Gugling dulu, gih. Atau baca tulisan saya sampai habis :)) 

Terminal Wisata Grafika Cikole merupakan tempat wisata yang tepat untuk menyelenggarakan aktivitas outbound bagi keluarga, instansi, sekolah dan reuni komunitas apapun. Tempat wisata ini dilengkapi dengan restoran serta hotel yang berada di kaki gunung dengan ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut. Lokasinya berada di Jalan Raya Tangkuban Perahu km 8, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Udara yang sejuk dengan suhu 17 - 20 derajat celcius dengan kontur area yang berbukit dan dikelilingi hutan pinus seluas 9 ha membuat diri ini menggigil dan ingin pelukan/kelonan selimutan terus-terusan.

Penginapan yang disediakan ada beberapa macam. Ada kamar honeymoon, kamar keluarga, sampai tenda! Jangan takut tendanya bocor atau rembes karena safety banget. Di bagian bawahnya sudah dipasang papan, di dalamnya pun tersedia kasur. Namun sayang, saya nggak nginap disana :( 


Sumber : liburan-anak.com
Patung Selamat Datang
Anak-anak Tangga
Kesannya Horor Gitu
Lampu-lampu di Kamar


Mungkin, karena saya keasikan foto-foto, saya jadi kehabisan bahan cerita. Jadi, biarkan foto-foto ini saja yang bercerita, ya :')

Saturday 12 April 2014

Edisi Jadi Fotografer di Ciater



Ciater atau yang juga dikenal dengan Sari Ater adalah tempat wisata yang terletak di Subang, Jawa Barat, dengan objek wisata air panas sebagai andalannya. Mata air panas di Ciater ini berasal dari Gunung Tangkuban Parahu yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempat tersebut. Karena lokasinya masih di pegunungan, maka postingan ini saya masukkan ke label mountaineering ya. Lumayan kok, trekkingnya :D

Air panas di Ciater juga tersedia bermacam-macam yaitu berupa aliran air sungai, pancuran, kolam berendam hingga air panas di termos untuk menyeduh kopi. Saya pribadi sudah beberapa kali kesini sebelumnya. Dan rasanya malas bila harus kesini dengan alasan tamasya kantor. Istilah kerennya; gathering.

Perjalanan dimulai dari Bekasi pukul tujuh pagi. Itu pun karena saya kesiangan dan terlambat datang. Padahal seharusnya jadwal keberangkatan yaitu pukul enam pagi. Saya cuek bebek masuk ke mobil kantor yang terakhir stand by di parkiran (Iya, lima mobil lainnya sudah berangkat duluan!) Belum sempat teman-teman kantor saya cuap-cuap mengomentari ke-ngaretan yang keterlaluan ini, saya lebih dulu pulas melanjutkan tidur yang tertunda. Saat itu saya dijadikan seksi dokumentasi. Sudah tentu tak akan ditinggal rombongan.

Tol Cikampek ramai lancar. Tidur saya pun begitu pulas hingga ternyata pukul sebelas siang kami sudah tiba di lokasi tujuan. Saya melewatkan momen haha-hihi selama di mobil. Biarlah, saya juga sudah terlalu asyik dengan dunia saya sendiri :(

"Peraturan pertama, semua peserta dan panitia wajib mandi di air panas!" Ujar seksi acara. Yang lainnya sibuk membawa gembolan berisi baju ganti, sementaran saya hanya cengengesan dengan tas kamera tersampir di bahu.

"Agita, kamu nggak bawa baju ganti?" Ternyata seksi acara sadar dengan bawaan saya.

"Enggak." Ujar saya singkat. Saya benar-benar menjadi makhluk menyebalkan hari itu.

"Ya udah, kamu foto-foto aja." Ujarnya memerintah. Saya melengos. Dan tak seperti biasanya, saya yang selalu nyengir di depan lensa kini menjadi seorang pendiam yang berkutat dengan kotak ajaib di genggamannya. Saya jadi fotografer amatiran di Ciater :(


Thursday 3 April 2014

Es Campur Bawon


"Mang, es campur satu. Bawonnya banyakin yah.."

"Loh, Bawon itu nama saya."

"Loh, kirain es campurnya pake Bawon. Makanya penasaran Bawon itu apa."

"Bukan, Bawon itu nama saya."

Krik krik krik...

As we know, Cirebon panas banget! Terus masa panas-panas makan nasi jamblang atau empal gentong. Pasti nyari yang segar-segar dulu, kan? Nah, kalau mau cari yang segar tinggal ke Alfamart terus beli teh kotak. Tapi yang bener aja, udah jauh-jauh ke sana masih jajan teh kotak :(

Es Campur Bawon adalah rekomendasi pertama saya sebagai pelepas dahaga dari Cirebon yang panas. Letaknya tidak jauh dari Stasiun Cirebon Kejaksan, di dekat alun-alun atau Masjid Raya. Pas di pinggir jalan Kartini. Kenapa Es Campur Bawon? Karena ada Bawonnya? Bukan! Bawon itu nama yang jual!

Karena ini...



Perpaduan antara kopyor, kolang-kaling, alpukat, sirup pisang susu ditambah dengan 5 biji durian utuh! Gimana rasanya? PECAH!! Alpukat dicampur es susu aja udah enak banget, lah ini ditambah durian. Gak kebayang kan rasanya? Aduh, lumer di mulut. Meleleh. Melted. Cakep. Maniiiiis :))

Saya lebih pilih nyebut Es Bawon ini es teler daripada es campur. Karena bener-bener bikin saya teler. Nge-fly. Nggak ngerti lagi deh. Wajib dicoba selagi jomblo. Apa hubungannya, Git? Ya, daripada jomblo ngenes dan frustasi terus nenggak baygon, mending minum ini! Hidup kamu akan terasa lebih manis. Serius!

Es Campur Pak Bawon disajikan dalam sebuah gelas ukuran besar dengan harga duapuluh ribu rupiah. Dijamin lebih memuaskan daripada minum teh kotak yang harganya tiga ribuan. 

Saya pribadi suka makan es campur, es teler, es durian (dari eskrim duren sampai sop duren), es alpukat, tapi baru ini saya terhipnotis oleh Es Bawon. Padahal nggak ada bawonnya :(

So, Jangan lupa mampir kesini kalau lagi panas-panasan di Cirebon. Bisa naik angkot dan turun di Jalan Kartini (Cangking), bisa juga naik becak. Penjualnya baik banget. Ajak foto bareng terus twitpic ke saya, ya!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...