Skip to main content

Mencari Dingin di At-Ta'awuun


Matahari semakin menyengat saya yang masih terjebak kemacetan di ruas tol halim. Puasa kali ini masih seperti biasanya, terasa begitu berat. Ajakan buka puasa bersama, yang notabenenya malah lebih terkesan buang-buang duit daripada sekedar silaturahim, membuat saya mau tak mau memenuhinya dari minggu ke minggu. Bisa dipastikan setiap sabtu-minggu selama bulan Ramadhan saya tidak berbuka puasa di rumah. Ah, saya rindu menyendiri. Bisakah saya menghilang ke suatu tempat dalam sehari saja untuk berbuka puasa sekaligus sahur di ketinggian sambil dingin-dinginan?

"Ke Gede, yuk! Tektok aja!" Ujar Asti tiba-tiba via whatsapp.

"Gakmau, capek." Jawab saya singkat.

"Aku kangen gunung." Asti memelas.

"Aku juga." Sahut saya. Memang benar, rindu yang paling ribet adalah rindu kepada gunung. Sekalinya benar-benar rindu harus susah payah naik ke puncaknya. "At-Ta'awuun aja, yuk!" Sambung saya kemudian.

"Dimana? Ngapain?"

"Masjid At-Ta'awuun yang di Puncak, di bawah Cibodas. Ya iseng aja. Berangkat siang, numpang buka puasa, numpang tarawih, numpang sahur, subuhan, terus pulang." Jelas saya santai.

"Emang bisa?" Asti meragu.

"Bisa. Aku sering kesana kok. Biasanya kalo kepanasan di Jakarta terus tau-tau naik bus ke Puncak, turun di At-Ta'awuun, numpang shalat doang, kedinginan sambil ngopi bentar terus pulang. Hehe."

"Aku ikut!"

***

Sabtu, 5 Juli 2014

Kembali ke Terminal Kampung Rambutan yang panas, tukang asongan hilir mudik menawarkan lap kanebo, gunting kuku, lem perekat hingga anti gores dan sim card. Tidak sulit menemukan sosok Asti di tengah kerumunan. Tanpa ocehan panjang, kami segera menghampiri sebuah bus jurusan Cianjur via Puncak. Melihat masih banyak bangku kosong yang tersedia, kami segera masuk dan merebahkan badan sambil memeluk ransel masing-masing.

Perjalanan dari Kampung Rambutan sampai keluar tol Ciawi sangat lancar, namun begitu memasuki Jalan Raya Puncak, kendaraan tersendat parah. Ada baiknya tidak melewati Jalan Raya Puncak ketika sore hari di bulan puasa, apalagi malam minggu. Karena bisa dipastikan kalau warga Bogor sedang merayakan ngabuburit. Entah kendaraan bermotor, entah bermobil, semua berplat F. Jarang sekali plat B muncul sore itu, mungkin warga Jakarta pada ke Senayan. Karena di Senayan sedang ada konser dua jari. *eh

Tanpa terasa, kami tertidur dan bangun ketika adzan berkumandang. Syukurlah stok amunisi cokelat saya masih banyak di dalam tas. Kami berbuka puasa seadanya, sambil was-was takut tidak sempat melaksanakan shalat maghrib. Tapi beruntung, pak kondektur yang baik menurunkan kami tepat di depan Masjid At-Ta'awuun pukul enam lebih empat puluh menit. Kami menyegerakan shalat maghrib dan melanjutkan berbuka puasa.

sumber foto: gugling

Pada belum tahu Masjid At-Ta'awuun itu yang mana? Yang itu, loh, waktu saya masih kecil, masjid ini jadi salah satu tempat yang nongol di TV pas adzan maghrib. Yang ada helikopternya. Inget? Enggak? Ya udah :(

***

Udara dingin belum begitu terasa, tapi gerimis mulai turun perlahan ketika kami sedang menyantap makanan berkuah. Saya memesan mie rebus dan Asti memesan Soto Mie. Kami makan cukup terburu-buru karena tak ingin ketinggalan Isya' berjamaah dilanjut dengan tarawih. Sama seperti masjid lain pada umumnya, tarawih dilaksanakan dua puluh rakaat ditambah witir tiga rakaat. Selepas tarawih, kami kembali nongkrong di warung sampai pagi.


Minggu, 6 Juli 2014

jagung bakar

Mulai dari menyantap cokelat sisa, batagor, cilok, jagung bakar, minum kopi hingga sop kambing dan sate ayam. Kami berpesta sambil menunaikan sahur. Ternyata Asti sedang melarikan diri dari perayaan ulang tahunnya ke 24. Tadinya kami mau lanjut ke Puncak Paralayang, namun hujan membuat kami tetap berdiam di dalam warung sambil menikmati kabut.

Kami rindu ketinggian.

"Lanjut Cibodas apa kita?" Tanya Asti meledek saya.

"Gakmau ah. Haus nanti. Gak kuat puasa-puasa naik gunung!"

"Kamu pertama kali kesini, kapan?" Tanya Asti lagi.

"Waktu aku ulang tahun ke-17. Aku kesini juga pas puasa."

"Sama siapa?"

"Sama mantan. Mulai dari situ, tiap ulang tahun, aku nggak mau ngerayain bareng pacar. Mulai dari situ, tiap ulang tahun, aku kabur. Aku nggak mau orang-orang tau kalo aku ulang tahun. Aku juga gakmau nraktir orang-orang yang ngucapin selamat."

"Ah, itu mah kamunya aja yang pelit. Hahahaha. Jadi, Agustus tahun ini duapuluh tahunan kemana?" Asti mulai kepo. Saya hanya mengangkat bahu. Sambil membuka folder foto yang isinya memori ulangtahun, dan menemukan foto di bawah ini. Ternyata saya masih menyimpannya.

Agustus, 2011. pertama kali ke At-Ta'awuun, sama mantan.

Ocehan dan obrolan seputar 'menuju dewasa' dan hal remeh-temeh mengalir begitu saja. Akhirnya kami kedinginan dan kembali ke dalam masjid. Asti merayakan pergantian umurnya dengan berbicara dengan Tuhan, saya menghabiskan sepertiga malam terkahir dengan bertadarus.

Karena sejauh apapun diri ini pergi, hanya kepada-Nya lah kami akan kembali.

citylight dari pelataran masjid

"Mau pulang kapan?" Tanya saya selepas shubuh.

"Nunggu matahari terbit!" Jawab Asti antusias. Namun yang ditunggu tak kunjung tiba, langit Bogor berkabut.

mataharinya nggak mau terbit
November 2011, saya dapet view kayak gini loh dari depan pelataran At-Ta'awuun :')
sampai jumpa, masjid jamur.. semoga cepat kelar renovasinya :)

Kembali ke dalam bus tujuan Kampung Rambutan yang masih kosong, saya tertidur sambil mengigau, "Masjid memang bukan tempat pariwisata, namun ia cocok sebagai tempat wisata rohani. Hati dan pikiran saya jadi dingin setelah pulang dari sini lagi."

Akhirnya, Ramadhan tahun ini baru saya rasakan setelah pulang dari At-Ta'awuun, karena semaraknya kalah tenar dengan berita capres dan piala dunia.


Comments

  1. awannya meminang gunung.keren.

    ReplyDelete
  2. pas ada kabut di atawun, beuh dinginnya mantap menusuk tulang, pas berwudhu airnya kayak air es :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. tapi di lantai atas (khusus akhwat) lebih hangeut, kak!
      *kekepan mukena*

      Delete
  3. waaaaaa saya kemarin masih gagal buat ke sini ^-^

    ReplyDelete
  4. Pemandangannya bagussss banget!!!!

    Salam balik dari Galassia del Sogno | http://gebrokenruit.blogspot.com

    ReplyDelete
  5. Aku malah sering lewat masjid ciawi tapi nggak pernah mampir. lumayan gede juga kan yah masjidnya?

    ReplyDelete
  6. Mantafff pisan.. Meluncurrr

    ReplyDelete
  7. coba ajak gw ...sampe dah puncak :)

    ReplyDelete
  8. Klo dari Wikimapia, namanya masjid Gadog, sebelahan sama kompleks Vimala Hills. masjidnya lumayan gede, dua lantai, dan banyak orang Arabnya Git, hahaha.

    ReplyDelete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  10. Oh taraweh nya 23 rakaat, aku 11 aja deh. Tp beneran menginspirasi. Meluncur minggu ini deh .... Btw lain kali kalo pergi jangan ama pacar yaaa ntar jadi mantan tp kamu umur 17 dan bandel yaa kelayapan ama pacar ampe puncak ;-)

    ReplyDelete
  11. Makasih banget buat info At Ta'awuun-nya Bunda :D Kangen banget Menuju Jauh sama Bunda :') Semoga bisa Menuju Jauh lagi sama Bunda :) Amiiin

    ReplyDelete
  12. alhamdulillah mbak saya sudah sampe At Ta awun

    ReplyDelete
  13. terimakasih infonya semoga bermanfaat. https://www.startgps.co.id/gps-tracker-mobil-kualitas-terbaik-harga-terjangkau/

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.