Friday 21 December 2012

Apa yang Kamu Cari di Bagian Timur Pulau Jawa?


 *tulisan ini telah dipublish diblog Aku dan Mahameru sebagai pra-Jurnal Memorable Trekking Semeru 2013 oleh BackpackerStore :)


Namaku Agita Violy, panggil saja Gita, seorang gadis berusia 18 tahun yang selama setahun terakhir bekerja sebagai tenaga medis di sebuah Laboratorium swasta. Saat ini sedang sibuk menjadi seorang mahasiswi kelas malam dengan mengambil jurusan sastra Inggris. Kebetulan kampus mengumumkan libur akhir tahun 2012 berlangsung selama dua minggu. Satu minggu sebagai libur natal dan tahun baru, sementara seminggu berikutnya diberikan sebagai minggu tenang menjelang UAS. Aku mulai mencari-cari apa yang harus kulakukan ketika liburan, aku mulai bertanya-tanya kepada diriku sendiri tentang apa saja yang harus kuubah tahun depan. Sampai ketika aku menemukan sebuah pengumuman pendakian ke puncak tertinggi di pulau Jawa yang kegiatannya dilakukan untuk konservasi alam. Aku merasa tertarik mengikutinya.

“Apa yang kamu cari dibagian timur pulau jawa?” Tanya Ayah ketika aku mengutarakan niat untuk mengikuti kegiatan Memorable Trekking #Semeru2013 yang diadakan oleh Backpacker Store.

“Aku mau mencari jati diri, Yah..” Jawabku sekenanya kala itu.

“Kenapa jauh-jauh kesana? Apa selama setahun kamu kost belum bisa menemukan jati diri?” Tanyanya lagi.

“Ini udah kayak panggilan alam, Yah. Izinkan aku.” Jawabku melemah. Beliau mengangguk lalu meninggalkanku.

Semeru, Malang, Jawa Timur. Sebuah tempat yang begitu menggelitik rasa penasaranku. Tepat tujuh tahun aku bertanya-tanya tentang tempat itu. Lama sekali bukan? Bermula dari sebuah perkenalanku dengan seorang gadis dari desa Tumpang, namanya Nifa. Saat itu aku masih duduk dibangku SMP, sebuah perkenalan yang datang melalui surat. Ya, Nifa sahabat penaku dan sampai saat inipun aku belum pernah bertatap muka dengannya.

“Salam kenal, namaku Nifa. Aku lahir dan dibesarkan di desa Tumpang, Malang. Kamu tahu Gunung Semeru, kan? Itu dekat sekali dengan desaku.” Sebuah kalimat perkenalan yang terdengar remeh namun memberi kesan tersendiri untukku. Seperti apa kota Malang? Seperti apa desa Tumpang? Seperti apa Gunung Semeru?

Ditambah lagi, selama setahun terakhir aku tinggal disebuah kost di bilangan Mampang, Jakarta Selatan. Aku tak punya banyak teman kala itu, hanya ada satu teman yang selalu bersedia membantuku. Sebut saja Mbak Mel. Dan lagi-lagi, ia asli Malang. Pernah beberapa kali ke Bromo dan Pananjakan, namun belum pernah ke Semeru.

Rasa penasaran semakin membuncah ketika aku membaca novel 5cm, sebuah catatan perjalanan beberapa orang sahabat ke sebuah puncak abadi para dewa, Mahameru. Betapa indahnya imajinasiku kala membaca karya Donny Dhirgantoro itu. Dan apa yang mereka lakukan disana? Apa yang mereka cari disana? Mahameru adalah perjalanan hati, perjalanan untuk mencari jati diri.

Kemudian novel yang serupa, Tahta Mahameru karya Azzura Dayana yang baru rilis beberapa bulan lalu. Ia menjelaskan lebih detail tentang keindahan negeri diatas awan itu. Tentang seseorang yang awalnya memiliki sikap acuh namun ketika beberapa kali ke Semeru, akhirnya ia mengubah sikapnya menjadi lebih baik. Terlalu banyak hal yang dimiliki Semeru, sampai-sampai tak dapat dijelaskan satu persatu.

“Sebuah negeri tidak akan pernah kehabisan stok pemimpinnya selama masih ada pemuda yang senang main ke gunung, hutan dan pantai” – 5cm. Kurang lebih maknanya seperti itu, kalau redaksi lengkapnya aku kurang hafal. Aku termasuk orang yang setuju dengan kalimat di atas. Ada yang bilang pemimpin itu dilahirkan dan ada juga yang bilang bahwa pemimpin itu diciptakan. Menurutku tidak penting pemimpin itu dilahirkan ataupun diciptakan, yang jelas jiwa kepemimpinan tidak dapat dimiliki dengan mudah. Sebuah jati diri memang perlu dicari, dengan sebuah perjalanan.

Aku dan Mahameru, tujuh tahun aku menunggu perjalanan ini. Aku menyebutnya sebagai panggilan alam. Persahabatan dengan Nifa, satu kost dengan Mbak Mel, buku-buku yang tak sengaja kubeli dan kubaca, bertemu dengan akun Backpacker Store, ini merupakan suatu pertanda bahwa Mahameru siap menerimaku. Inilah yang ku cari di bagian timur pulau Jawa.

Memorable Trekking #Semeru2013 dengan Backpacker Store ini merupakan pendakianku yang pertama. Aku sudah hapal sekali jalur-jalur menuju puncak abadi para dewa itu, namun hanya dalam imajinasiku ketika membaca buku, pernah juga kujadikan sebagai tugas destinasi wisata ( bisa dibaca disini ) ). Serunya menaiki Jeep dari Pasar Tumpang hingga Ranu Pane, keindahan Ranu Kumbolo, mitos tanjakan cinta, padang rumput Oro-oro Ombo, bermalam di Kalimati, melintasi Arcopodo, trek pasir ketika summit attack, berdiri diatas gumpalan awan putih, menunaikan ibadah shalat shubuh dipuncak abadi para dewa, menyaksikan langsung matahari terbit seraya mengibarkan bendera merah putih di titik tertinggi pulau Jawa dan segala keindahan tentang Mahameru. Inilah saatnya untuk membuktikan langsung, merangkai catatan perjalanan kesana, menikmati saat-saat dimana aku bisa berdiri di puncak tertinggi pulau Jawa, mewujudkan mimpi untuk membuat buku seindah 5cm dan Tahta Mahameru serta hijrah menjadi pribadi yang lebih baik, InsyaAllah

@agitavio - 10 Desember 2012 – http://agitavioly.blogspot.com

Tuesday 4 December 2012

[EnjoyJakarta] Taman Menteng, Melepas Penat Setelah Bekerja

Siapa bilang Jakarta tak punya taman?
Siapa bilang Jakarta cuma punya mall dan perumahan?
Siapa bilang di Jakarta cuma ada jalan tol dan kemacetan?


For Your Info, Guys. Jakarta memiliki sejumlah taman di beberapa lokasi. Sebut saja Taman Menteng, Taman Suropati, Taman Dharmawangsa, Taman Kodok, Taman Monas, Taman Prasasti, Taman Barito, Taman Puring, Taman Lawang dan sebagainya. Adapula Taman Kalibata (kalau ini, taman makam pahlawan :p) atau Taman Jeruk Purut? Itu tempat pemakaman umum :D . Oke, pada kesempatan kali ini saya akan membahas Taman Menteng as The Famous Park in Jakarta.


Taman Menteng




Taman ini terletak di Jl. HOS Cokroaminoto. Dulunya Taman Menteng merupakan Stadion Menteng yang dibangun oleh arsitek Belanda pada tahun 1921 dan memiliki kapasitas 10.000 penonton. Namun pada tahun 2004 Gubernur DKI Sutiyoso berencana mengubah fungsi Stadion menjadi sebuah taman. Sekitar bulan September 2004, Dinas Pertamanan DKI Jakarta membuka sayembara desain Taman Menteng sebagai ruang terbuka publik yang serbaguna. Dan akhirnya pada tanggal 28 April 2007, taman ini diresmikan dengan kategori taman publik yang memiliki fasilitas olahraga seperti lapangan basket dan futsal, terdapat pula 44 sumur resapan, arena bermain untuk anak, kolam ikan dan air mancur serta lahan parkir. Kemudian juga tersedia dua buah rumah kaca yang dapat dijadikan lokasi untuk pemeran lukisan, seni dan budaya.

Hampir setiap hari taman ini ramai pengunjung, terutama malam hari dan minggu pagi. Selain sebagai sarana olahraga dan rekreasi, taman ini juga memiliki sebuah tempat yang disediakan khusus untuk mengisi stok amunisi. Apalagi kalau bukan kuliner? Beberapa gerobak dan meja-meja disusun rapi dengan desain berwarna merah untuk menarik perhatian pengunjung. Harga makanan disini relatif murah. Beberapa menu yang disajikan diantaranya nasi goreng, sate madura, sate padang, lontong sayur, kerak telor, snack-snack ringan dan sebagainya. Bosan dengan makanan kaki lima? Punya kantong lebih tebal? Tenang, tepat didepan Taman Menteng saat ini juga telah berdiri restoran Sate Khas Senayan dan 7Eleven. Namun untuk anak kost seperti saya, nongkrong di Taman Menteng hanya sekedar menikmati kopi hitam keliling seharga tigaribu rupiah pun sudah cukup.

Kopi keliling?
Ya! Tukang Kopi di kawasan Menteng memiliki cara sendiri untuk menjajakan barang dagangannya. Mereka bersepeda keliling taman untuk menarik pelanggan. Tak hanya kopi yang tersedia di sepedanya, ada pula susu, teh dan minuman instan dengan berbagai merek. Dan menurut hasil penelusuran saya, sebagian besar tukang kopi keliling yang berjualan disini berasal dari Madura. Tak percaya? Tanyakan saja :p

Dibagian depan Taman Menteng memiliki beberapa air mancur yang dihiasi lampu berwarna-warni. Namun letak air mancur ini tidak berada di kolam, melainkan diantara bebatuan yang berperan sebagai conblock. Air mancur ini akan semakin indah bila dilihat pada malam hari. Biasanya didekat air mancur ini berseliweran beberapa komuntitas sepeda yang sedang berkumpul. Jakarta semakin terlihat warna-warni.

Akses menuju Taman Menteng tidaklah sulit, pilih saja jalan dari kuningan menuju senen/monas. Lokasinya tak begitu jauh dari stasiun Gondangdia, Cikini atau Taman Ismail Marzuki. Apabila menggunakan kendaraan umum, bisa dengan Kopaja P20 Jurusan Senen - Lebak Bulus via Kuningan - Mampang. Kalau tak ingin ribet, bisa naik taksi. Tak ingin ribet namun murah? Naik bajaj saja :)

Dan belum beberapa lama, tepatnya sebelum PilGub DKI 2012 dilaksanakan, tim sukses kotak-kotak Jokowi-Ahok seringkali mengadakan perkumpulan disini. Entah membahas strategi, rapat umum atau sekedar menggelar tikar dan kopi bersama. Mereka terlihat enjoy menikmati suasana malam Jakarta ditengah-tengah keramaian Taman Menteng yang tak pernah tidur. Hampir 24 jam taman ini selalu ramai. Seringkali di Minggu pagi, Pakdhe Jokowi dan rekan-rekannya berolahraga di kawasan ini. Menarik sekali bukan? Enjoy Jakarta! Waktunya Lupa Waktu!


Rumah Kaca - untuk pameran lukisan dan karya seni


Komunitas Sepeda



Tukang Kopi Keliling dan Air Mancur

Air Mancur di Malam Hari








Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba Blog yang diadakan oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta bekerja sama dengan VIVA.co.id dengan tema "Enjoy Jakarta, WAKTUNYA LUPA WAKTU".


Tuesday 27 November 2012

Semeru Mountain, a Hidden Paradise From East Java

Postingan ini ditulis demi memenuhi tugas kuliah :)



Semeru Mountain is the highest volcano in Java, with its peak Mahameru at the 3676 meters above sea level. It takes approximately four days to climb the peak of Semeru Mountain round-trip. To climb the Semeru Mountain can be started from the town of Malang or Lumajang. Then we go to the Tumpang Village by public transportation. After that, we must go to the first postal, they called Ranu Pane. We can go there by a jeep or vegetable truck in the back of the tumpang market with cost 35.000, - rupiahs for one person.

Using a vegetable truck or jeep, the journey starts from Tumpang to Ranu Pane, the last village at the foot of Semeru Mountain. Here there are checkpoints, there are also stalls and cottages. For climbers who bring tents are charged Rp 20,000, and if carrying a camera also be charged Rp 5,000,. In this post we can also look for the porters (local residents to help indicate the direction climbing, help us to bring our materiel and cooking). Climbers can also spend the night at the guard post. In Ranu Pane postal, there are two lakes who called Ranu Pane Lake and Ranu Regulo Lake. They located at the 2200 meters above sea level.

Having arrived at the gate "welcome", we can continue our journey to the left of  the hill. In addition to the usual route passed the climbers, there is also a shortway that usually used by local climbers, but this way is very steep. After walking about 5 km down a hillside overgrown with Edelweiss, we will arrive at Watu Rejeng. There are so many stone and very beautiful landscape to the valley and the hills, and is overgrown with fir and pine forest. Sometimes we can be seen the smoke from the top of semeru. To reach Ranu Kumbolo still have to travel about 4.5 km.

In Ranu Kumbolo, we set up a tent. Ranu Kumbolo is a lake with very clean water and has many fish. It has beautiful landscape, especially in the morning to watch the sunrise on the sidelines of the hill. Ranu Kumbolo located at an altitude of 2400 m with an area of 14 ha.


From Ranu Kumbolo, we should prepare as much water as possible. After leaving Ranu Kumbolo we must climb the steep hill, with beautiful views over the lake behind. In front of the hill, there is a grassland who called the oro-oro ombo. Oro-oro ombo surrounded by hills and mountains with beautiful views, wide meadows with pine forest. Sometimes, we can see the birds and deers. How beautiful it is!


After that, we will arrive at the next Post in Kalimati. They located at an altitude 2700 m. We can find a spring water source with a distance of 1 hour round trip. We can set a tent here. Or walking about 500meters to Arcopodo and set the tent there.

From Arcopodo to the top of Semeru takes 3 until 4 hours, past the dunes are very steep and easily degenerate. As a guide trip, at this point there are also several small triangular red flag. All of our materiel must left in our tent at Arcopodo or Kalimati. Climbing to the summit from the early morning at around 2.00 am from Arcopodo. There are so wonderful summit from the top of semeru mountain. We like standing on the cloud, with the beautiful sunrise and the cool breeze.
It’s really a hidden paradise from East Java!

Monday 12 November 2012

Daihatsu dan Kopi, Sahabat Petualang Sejati

Jika mendengar sebuah kata; Kopi, apa yang terlintas di benak Sahabat Petualang sekalian?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kopi adalah pohon yg banyak ditanam di Asia; Amerika latin, dan Afrika, kemudian  buahnya digoreng dan ditumbuk halus-halus dijadikan bahan pencampuran minuman. Sementara menurut saya, kopi adalah nikmat Tuhan yang tersebar di seluruh dunia, terutama Indonesia. Kopi merupakan lambang persahabatan, lebih tepatnya sebagai sahabat petualang sejati. Se-meriah apapun acara kumpul-kumpul, belum lengkap kalau belum ada kopi, bukan? Terlebih lagi untuk para pendaki dan peserta camping, acara api unggun pun belum terasa hangat jika belum mencicipi kopi khas daerah masing-masing. Setuju?

Bicara tentang kopi, Pemerintah menyebut Indonesia berpeluang menjadi produsen kedua terbesar di dunia. Daerah penghasil kopi yang paling terkenal di Indonesia terletak di Lampung. Namun ternyata tak hanya di Lampung saja, bakan produsen kopi tersebar luas disepanjang Pulau Sumatera. Selain keindahan alam yang terbentang dari Sabang sampai Bakauheuni, ternyata Sumatera juga merupakan surganya kopi di Indonesia. Sumatera as The Coffee Paradise. Dari kopi Lampung, kopi Luwak, kopi khas Mandailing, kopi Aceh beraroma Arabika dan segala macam kopi ada disini!

Hal ini pula yang menjadikan Pulau Sumatera sebagai target petualangan tim jurnalis beserta Daihatsu Terios 7-Wonders. Dengan mengendarai 3 unit Daihatsu Terios Hi-Grade Type TX AT dan TX MT, tim jurnalis beserta tim Daihatsu siap menjelajah dan mengeksplorasi keindahan alam Indonesia yang dimulai dari Pulau Sumatera. Perjalanan ini merupakan sebuah penggambaran brand Terios sebagai "Sahabat Petualang" sejati.

Dalam blog dan website resminya, tim jurnalis menceritakan perjalanan mereka bersama tim Daihatsu yang dimulai pada tanggal 10 Oktober 2012. Setelah melintasi perjalanan laut dari Merak ke Bakauheuni selama 3 jam, tim segera melaju dengan Daihatsu Terios 7-Wonders menuju ke kota Lampung. Kemudian bergerak menuju Liwa dan mencicipi kopi luwak khas Liwa. Inilah kenikmatan kekayaan kopi Indonesia yang pertama kali dikecap oleh tim. Secangkir kopi panas berikut kudapan pagi, merupakan penyemangat  tim Terios 7-Wonders untuk melanjutkan petualangannya, mengeksplorasi penangkaran Luwak serta menghirup aroma kopi dari perkebunan kopi yang terletak tidak jauh dari Danau Ranau.

Selama perjalanan, tim Terios7-Wonders akan mengunjungi 7 spot kopi yang terkenal di Sumatera. Dalam perjalanan SUV 7-Seater Terios, akan teruji ketangguhannya di medan yang menyuguhkan karakter jalan yang bervariasi. Namun berkat ground clereance yang tinggi disertai dengan performa mesin 3SZ-VE DOHC VVT-I 1.495cc, kenyamanan berkendara pun dapat diraih. Begitu pula dengan kenyamanan didalam kabin. Steering wheels with audio switch, menjadi salah satu fitur penunjang kenyamanan selama berkendara.


Melaju di jalanan lurus nan halus, melahap tanjakkan terjal, berkelok-kelok dijalur yang sempit dan licin, melintasi gunung dan sungai, dari kota hingga desa, sampai-samapai dihadang hujan lebat, tim Terios 7-Wonders tak kenal lelah untuk menaklukan Sumatera as The Coffee Paradise. Bergerak dari Lampung - Liwa - PagarAlam, kemudian menempuh rute Bengkulu – Bukittinggi melalui Padang, serta rute Mandailing Natal – Medan –Tarutung sampai akhirnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 3 unit Daihatsu Terios Hi-Grade Type TX AT dan TX MT berhasil menempuh perjalanan darat selama kurang lebih 15 hari! Benar-benar layak disebut sebagai “Mobil Sahabat Petualang” , bukan?

Gelar sahabat petualang sejati tak hanya diberikan kepada kopi saja, Daihatsu Terios 7 pun layak mendapatkannya. Tunggu apalagi, segera miliki Daihatsu Terios 7 dan jelajahi keindahan alam Indonesia beserta berbagai macam kopi daerah yang terkenal sampai ke mancanegara! 


Bagi Sahabat Petualang sekalian, kamu juga bisa berpartisipasi dalam Kontes Blog yang diadakan oleh Daihatsu Terios 7. Bermacam hadiah menarik siap dibagikan buat kamu yang beruntung. Check This Out :)











Sumber : Kontes Blog Detik , Daihatsu Terios , KBBI Online
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...