Ayo main, kak! |
"Katanya disini dekat pantai?" Tanya saya sambil memutar badan, menatap ke segala penjuru, sekaligus menajamkan pendengaran akan suara ombak yang samar-samar mengusik telinga.
"Iya, pantainya di sana, Bu Guru! Di belakang Sekolah!" Ujar seorang murid sambil menunjuk jalan setapak menuju pantai. Saya lantas berjalan mengikuti mereka. Menghabiskan senja di sebuah pantai rahasia.
***
Mereka menyebutnya Pantai saja, istilah lainnya yaitu Pantai Aya. Ada juga yang bilang ini Pantai Cigeulis, karena masih termasuk dalam Kecamatan Cigeulis, Pandeglang. Namun bagi saya, nama bukanlah hal yang penting, karena yang paling penting adalah dengan siapa kesininya. (duarrrr)
Tapi di sini lain cerita. Pantai yang terletak di sepanjang pesisir Pandeglang ini tidak ada orang lagi selain kami; guru-guru dan murid SDN Banyuasih 3, para relawan dan teman-teman dari Dompet Dhuafa. Apa yang kami lakukan di sini? Banyak! Dari yang bermain peran, berjalan sambil ditutup matanya, sampai tarik-tarikan. Bagi anak-anak murid disini, senja di pantai adalah hal yang biasa. Sementara kami para relawan, sedang semangat-semangatnya merekam momen matahari tenggelam.
Foto bareng 100% cowok anti galau |
bermain peran |
Matahari tenggelam, hari mulai malam... |
Sayup-sayup Adzan Maghrib terdengar merdu di telinga. Lantunan shalawat dari pita suara milik anak-anak SDN Banyuasih 3 turut membuat senja dan maghrib ini terasa hangat. Kami lantas beristirahat shalat maghrib dan bersiap-siap melanjutkan acara selanjutnya, yaitu makan ikan bakar di saung pinggir pantai. Tiada yang lebih menyenangkan dari ramai-ramai berebut ikan diatas nampan, dan bergantian mencocol sambal di baskom.
Di pantai ini juga, kami menerbangkan lampion-lampion yang berisi harapan dan cita-cita. Setinggi-tingginya. Saya pribadi turut mengucap sederet do'a saat menerbangkannya. Walau ada beberapa lampion yang nyangkut di pohon kelapa.
***
Pagi hari, kami berebut kamar mandi. Selanjutnya kembali ke pantai rahasia yang ada lapangan golfnya. Saya penasaran. Bagaimana rumput bisa tumbuh diatas pasir pantai?
Sayangnya, saya ditinggal rombongan. Pada saat rombongan bergegas ke lapangan golf, saya masih sibuk setoran absen pagi di toilet. Jadilah saya menyusul hanya dengan beberapa orang. Itupun saya jalan sendirian sambil nendang-nendang batu.
Tak jauh dari lapangan golf yang terletak di pinggir pantai, terdapat sebuah danau yang cukup luas dan berair tawar. Iya, airnya tawar! Anak-anak nampak ceria bergantian melompat ke dalam danau dan berenang menggunakan pelepah kayu. Pantas saja tadi pagi mereka tidak mandi, ternyata mandinya disini toh. Oh iya, kata mereka di danau ini masih ada buayanya ._.
Nah, lapangan golfnya sendiri, saat ini sudah tidak digunakan lagi. Katanya dulu disini tempat plesiran para pejabat jaman Pak Harto. Kalau jaman sekarang malah jadi tempat mojok remaja dan ABG desa. Eh, lokasi pantai golf ini benar-benar berseberangan dengan Pulau Umang! Jadi pengen nyeberaaaaaaaaang :(
Masih ada buayanya :| |
Lapangan Golf di Pinggir Pantai |
keren yaaaaa >,< |
Gak ada orang kan >,< |
Sayang, waktu kami tidak lama untuk main di pantai rahasia ini. Kami harus segera pulang agar tak kemalaman sampai di Ibu kota. Ah iya, sebelum pulang, saya mendapatkan dua pucuk surat dari anak-anak. Isinya begini:
Assalamu'alaikun Warahmatullahi Wabarakatuh
Surat dari Sukari buat Kakak Agit,
Ka Agit terimakasih, ya. Kak Agit udah ngajak main. Aku seneng banget kalau Ka Agit mengajar di Sekolah ini. Mengajar kelas lima.
Ka Agit, sekali lagi terimakasih, ya..
Dan saya mendadak haru.
Menarik napas sebentar, kemudian mebuka secarik kertas berisi surat lainnya.
Assalamu'alaikum wr. wb.
Buat Kak Agit.
Hai, Kak Agit yang cantik..
Terimakasih telah membantu kita semua belajar di SDN Banyuasih 03. Kami sangat senang sekali telah belajar dengan Kak Agit.
Kak Agit baik dan Cantik.
Terimakasih, ya, Kak Agit yang baik dan imut.
Dari Saroh, Kelas 6.
Saya terkikik geli membacat surat yang isi pujiannya berlebihan seperti ini. Hihi. Jadi malu.
Iya, kak Agit juga senang kok bisa ketemu kalian, kenal kalian, main dan belajar bareng kalian. Justru kalianlah yang telah mengajari Kak Agit tentang banyak hal. Tentang hidup sederhana, tapi bahagia. Sampai ketemu lagi, ya. Sampai jumpa disaat kalian udah jadi orang sukses semua!
Masa Depan Bangsa, Ada di Tangan Kita |
Pamit Pulang |
*** |
Photo by: @adhimagnifico, @harrismaul
thanks to: Sekolah Guru Indonesia, Dompet Dhuafa, Relawan Komunitas Filantropi Pendidikan
Keren ih, Kakah.. ia aku gak bilang kalo ini pantai rahasia :D
ReplyDeleteSaya salut sama kegiatan nya.. sukses.
Hahaha makasih kak arman :D
DeleteBu Guru Agit itu lampionnya bikin sendiri atau beli jadi? Eh, kalau ada lapangan golf nya berarti bukan pantai rahasia lagi dong? Trus bisa-bisa kena bola golf nyasar? :D
ReplyDeleteLapangan golfnya udah gak berfungsi, kak. dulu buat plesiran jaman pak harto. duh, kurang lengkap yah infonya. hehe
Deleteitu lampionnya beli jadi, tinggal nerbangin :D
Salut ama kegiatannya... semangat terus yaaa...
ReplyDeletehap hap ^^9
Deleteahhh sebuah cerita yang syahdu diceritain buat anak cucu mbak Agit, saya suka moment saat menuju pantai rahasia itu pasti penasaran mbak kayak apa gitu haha, itu buayanya bukan buaya darat kan mbak?? kalo itu berabe saya bisa kena damprat haha hadeehh
ReplyDeleteiya penasaran banget, kok bisaa ya orang dulu bikin beginian. wkwkwk
DeleteKeindahan pantai, senyuman mereka penerus bangsa...Teruskan usaha kalian menebar senyum mereka penerus bangsa
ReplyDeleteSalam Suksess
ah, keren nih pantai :D.
ReplyDeletekereen uuey pantainya ada lapangan golf di pinggir pantai juga :D
ReplyDeletegak kalah keren sama karimunjawa
mantap nih kakak, kereeennnnn :D
ReplyDeleteIndahnya sunset, jadi pengen ke sana jugaaak :)
ReplyDeletekeren banget.. aktifitasnya seru. ada lampion nya...
ReplyDeletepengen ikutan main kesini...
(y)
perawatan rambut | roaming
Pantainya landai dan indah. Anak-anak yang main lompat itu sungguh mengingatkan saya pada waktu kecil.
ReplyDeleteEh busyet ... itu anak2 lompat dari atas pohon yaaa ???? duch duch jadi pingin ikutan haha. Eh ada mas harrismaul juga :-)
ReplyDeleteciyeeeeh, yang amazing heritage bareng mas harris sekian malam~~~
Deleteselamat pagi cik gu.. :D
ReplyDeleteawas loh bu, biasanya rumah penduduk terpencil itu terbuat dari kayu, jgn sampe lampionx mendarat indah dirumah warga, bisa jadi api unggun beneran daah.. :D
iya, kak. kemarin lampionnya sempat nyangkut di pohon kelapa. untung ga jatuh di rumah warga yang rata2 masih pakai bilik bambu .____.v
DeleteKakak......!!!!
ReplyDeleteKeureeeeeen.....!!!#
wikikikikk makacih :D
DeleteWah ada buayanya anak2 masih berani....ada pernah liat penampakannya?
ReplyDeleteMenurut masyarakat setempat sih masih ada, kak :D
Deleteaaaakkk, aku pengen diajakin beginiaaan >.<
ReplyDeletejadi kangen masa-masa KKN :')
Keren ih MANTEP Artikelnya =))))
ReplyDeletewah kayanya seru
ReplyDeletejadi ngiri sama kak admin hehehe
bagus sekali mas, ini daerah mana sih?
ReplyDeleteBanyuasih, Pandeglang :)
Deleteselalu teringat masa-masa bersma relawan dd terimakasih atas kunjungannya di tunngu kedatangannya di Banyuasih 3
ReplyDeletesemog bisa kesana lagiiiiii :''')))
Deleteterharu sekali ya baca suratnya, anak-anak itu begitu tulus mengucapkan rasa terimakasihnya..
ReplyDeletekalau lihat aktivitasnya anak-anak saya jadi bernostalgia waktu kecil suka main di kali..
ReplyDelete