Skip to main content

Edisi ke Singapore Gratisan


"Git, bikin passpor dooong. Masa hari gini belum punya passpor. Nanti kalo mau keluar negeri, bingung loh!" Celetuk seorang teman yang baru saja pulang plesiran dari luar negeri.

"Ah, gue mah selow. Indonesia aja belum kelar. Nanti gue bikin passpornya kalo dapet kesempatan keluar negeri gratis!" Jawab saya ngasal.

Setahun kemudian...

"Dan yang menjadi perwakilan dari kampus untuk jalan-jalan ke Singapore adalah.... Agita Violy! Bebas transport, konsumsi, penginapan, tinggal bawa badan!"

Kemudian saya bengong.

Bingung.

Belum punya passpor.

***

Jadi gini, saya kuliah di sekolah tinggi bahasa asing yang punya cabang tempat kursus dari Sabang sampai Merauke. Sebut saja namanya IEC, Intensive English Course, yang lambangnya burung hantu. Nah, kebetulan jalan-jalan ke Singapore memang diadakan setiap tahun, dan tahun ini jatahnya Jabodetabek yang berangkat. Seluruh pesertanya adalah anak-anak SD sampai SMA yang kursus di IEC, sementara saya yang kuliah di sekolah tingginya, terpilih menjadi seksi repot sebagai leader team mereka.

Begitu...

Nah, terus... saya kelabakan. Pas pengumuman kepilih ke Singapore, saya baru saja resmi menjadi pengangguran. Baru saja resign dari klinik yang selama ini dengan mudahnya saya tinggal jalan-jalan kemana-mana. Hiks. Pesan moral yang saya dapat dari kejadian ini adalah, jangan asal nyeletuk kalo ngomong. Jadi terkabul, kan, keluar negeri gratisan :'(

Akhirnya, dengan sisa-sisa tabungan, saya bikin passpor, tukar dollar dan berangkat dengan uang seadanya bersama lima puluh orang peserta yang sebagian besar anak-anak, ada juga yang membawa orangtuanya.




 ***
 
Changi Airport di siang hari tidak terasa panas sama sekali. Saya menggendong backpack dengan ukuran empat puluh liter di antara peserta lain yang menyeret koper. Tiba-tiba seorang bule dengan tas yang sama dengan saya melintas. Refleks, anak yang saya tuntun nyeletuk gini, "Ih, Miss Gita kok tasnya bisa samaan sama bule itu?"

"Mungkin si Bule juga suka naik gunung." Jawab saya asal.

Kami meninggalkan bandara dengan bus yang telah dicharter oleh pihak IEC. Tour leader kami adalah Mr. Slamet, yang juga menjabat sebagai dosen saya di kampus. Tujuan kami berikutnya adalah Orchard Road. Disini kami akan mengisi perut sebelum menuju penginapan.

Jujur, saya masih buta sama Singapore. Yang saya tahu hanya patung Merlion dan Universal Studio. Jadi saya hanya mengikuti perintah Mr. Slamet dan membawa rombongan saja ^^v

Ini para leadernya, Mr. Slamet yang topi kuning.


Pemandangan dari Changi Airport sampai Orchard Road menampilkan deretan apartemen dan perkantoran yang begitu rapi dan terawat. Agak sulit menemukan rumah pribadi disini. Katanya sih, rumah dan tanah disini harganya mahal. Berbanding terbalik dengan di Indonesia, tanah di Jonggol masih murah, apartemen yang harganya selangit.

Di Orchard Road, kami berhenti dan menuju Lucky Plaza. Kemudian ke FoodCourt dan mencari makanan halal. Hati-hati, jangan asal pesan makanan, ya! Tapi syukurlah, di pojokan foodcourt ada masakan Indonesia. Ada warung Padang juga. Saya sendiri, jauh-jauh ke Singapore malah pesan Soto Surabaya. Anak-anak saya minta dibelikan nasi dan ayam goreng. Yah, namanya juga anak-anak.

ini suasana foodcourtnya. eh, apa food center? yah, itulah.

Jajan di Indo Express
Ini anak-anak saya yang gemesh-gemesh.

Usai mengisi perut, kami lanjut ke penginapan ala backpacker yang bernama Rucksack Inn dan terletak di Temple Street. Lokasinya cukup strategis dengan jalan besar, McD, ChinaTown dan stasiun MRT. Disini kami leyeh-leyeh sebentar, mandi-mandi, shalat dan mempersiapkan diri untuk ke Garden By the Bay di malam hari. Berikut foto-foto negeri singa yang terkenal rapi dan tak ada sampah...



China Town

Mosque Street

Up Cross Street

Bus-bus Tingkat
Jalanannya sepi ya...

Penginapan kita di Backpacker Inn




Sore di Singapore saya habiskan dengan memandangi langit dari lantai dua penginapan. Mungkin khayalan saya yang terlalu jauh, andai Bekasi se-rapi ini.



Comments

  1. ahhhh luar negeri pengen rasanya diri ini mejauh dari negeri asal ...bahkan menempati pulau yg ngambang selamnya di antartika sana mbak mengalahkan rasa takut saya pada dinginn... moga aja bisa kayak mbak agit ke luaarr negeriii horayyy....

    ReplyDelete
  2. duh mba gitt, jadi inget tahun lalu pas ada lomba kerala blog temen aku yg menang belum punya passsporr :( kesian bener kan tuh, jadi batal berangkat soalnya ga sempet waktu bikin paspor sama deadline submit dokumen pemenang, padahal udah diworo-woro sama teman2 untuk bikin aja paspor duluan :(

    Belum puas tapi yah kmrn di Singapuranya? berarti bakalan ada trip lanjutan dong :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tenang, lanjutannya ditunggu aja yak. Ati-ati jamuran saking lamanya aku gak update-update :'D

      Delete
  3. Seru juga jalan2 beserta 50 orang, btw kamu ajak mama nya ngak ??? biar di gandeng ngak nyasar hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bawa bocah aja udah rempong ciiiiyn, apalagi ajak mamaaa

      Delete
  4. getee...nanti kalo kesana lagi,kita bareng2 sm om rasul yaa...

    hehehe

    ReplyDelete
  5. Sempat kepikiran juga sih mau bikin paspor, tapi karena belum ada rencana keluar negeri males terus mau bikin. kan masa berlakunya 5 tahun. Biar hemat dikit di hemat-hematin :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyah, tapi bakal kelabakan deh kalo tiba-tiba dapet dinas ke luar negeri. Punya paspor justru bikin kita berani melangkah lebih jauh lagiiiiii

      Delete
  6. Sekarang giliran aku ka. Doain biar puas jalan2 di Singapore!!

    ReplyDelete
  7. enak banget ya ke singapura gratisan mbak, meskipun bekal uang seadanya tapi asyik kayaknya pergi bareng anak-anak, jadi seru..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.