Skip to main content

Cibodas dan Hujan di Malam Hari

Saya sendiri bingung kenapa dari kemarin ceritanya sepotong-sepotong. Bukan karena hati saya yang tinggal sepotong, tapi... ah, sudahlah. Jadi gini ceritanya, habis turun dari Puncak Gede di acara Fun Hiking Education kemarin, saya melalui jalur Cibodas sebagai trek turun. Kandang Badak masih basah seperti biasanya. Ndak papa, asal bukan pelupuk mata aja yang basah :" #halah *toyor Agit*

Di sepanjang trek turun, saya diguyur hujan. Saya juga sempat ngedrop karena lupa makan dan belum tidur sore. Jadilah menjelang maghrib saya beristirahat cukup lama dan bersandar pada sebatang pohon. Niatnya hanya memejamkan mata barang sebentar, namun apa daya, saya malah ketiduran. Untung saja Hanis siap sedia menemani saya. Sementara anak-anak sudah duluan turun ke Basecamp.

Saya dan Hanis turun kemalaman, sekaligus kehujanan. Aura mistis mulai mengiringi langkah kami berdua.

"Kok carrier aku berat,  ya?" Tanya Hanis sambil  membetulkan posisi carrier yang digendongnya. Sementara saya hanya bisa memberi cengiran lebar dan tak mampu mengatakan apa yang saya lihat di sebelah Hanis. Heu [--,]>

"Mungkin karena air hujan, tasnya jadi berat. Pakai payung, gih." Jawab saya menenangkan. Saat itu Hanis hanya mengenakan selembar kaos tipis dengan logo Fun Hiking Education dan saya khawatir dia akan kedinginan jika terus seperti itu. 

"Kamu cuma pakai jaket aja? Nggak pakai Raincoat?" Tanya Hanis sambil membuka payung. Ia heran melihat saya dengan santai menerobos hujan.

"Loh, ini raincoat tau. Aku ndak bawa jaket malah." Jawab saya kemudian.

"Lah? Ini raincoat? Kok bahannya kayak jaket? Enteng banget pula." Hanis memegang-megang ujung raincoat saya. Ia penasaran.

"Iya nih, mereknya sunflower. Kata teman sih jas hujan ini turunannya eiger. Udah gitu packing-nya simpel banget tau. Nggak bikin berat di carrier!" Saya mulai promosi.

"Oya?"

"Iya! Nih liat aja..."

Packingannya simpel dan nggak berat!
Lebih mirip jaket daripada raincoat :D
"Mau, dong! Berapaan?"

"Dua ratus dua puluh ribu! Murah, kan?Kalo di toko outdoor rata-rata tigaratusan, loh. Yang jual unyu-unyu juga kayak aku. Liat aja di Fesbuknya, Sellytha Tanari atau add Pin BB-nya 26c79358."

"Weeew, boleh deh. Btw, daritadi kok kita nggak sampai-sampai, ya?" Hanis mulai bingung karena jalan yang kami lalui terasa semakin panjang. Saya hanya bisa memberi cengiran polos.

"Itu,di sebelah kamu ada anak kecil lagi gandengan." Ujar saya, dalam hati.


#FHE2014 Selesaiiii ^_^
Terimakasih Bekasi Summiter :*

**Kalau ada yang minat jas hujannya, bisa langsung pesan ke Sellytha, ya! Kalau masih malu-malu, yoweees, kontak aku aja dulu :)

Comments

  1. Hiiiiiii jd agit bsa liat yg gtu2 Ya Dek
    gak takut???

    ReplyDelete
    Replies
    1. nggak bisa kok, kak. cuma lagi kebetulan aja di'liat'in :|

      Delete
  2. oh agit bisa ngeliat begituan.
    kalo begitu kita sama, mari berpelukan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah, elu mah emang ngarep pelukan sama gue --,

      Delete
  3. Jadi inti nya sunflower ???? hahaha. Aku mau dong di kasih 12 biji aja "-) #ngarep. Btw jadi inget mengigil di basecamp cibodas karena pake celana pendek + ngak pake jaket. Yg ada semaleman gelisah miring sana sini pingin nya meluk seseorang #Jiah

    ReplyDelete
    Replies
    1. hiyaaaa beliiii yooook. hahaha. di basecamp kan banyak warung, kenapa ndak meluk penjualnya aja :|

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.