Showing posts with label Giraffe Journey. Show all posts
Showing posts with label Giraffe Journey. Show all posts

Wednesday 25 March 2015

Giraffe Journey 4: Floating Market Lembang


"Aku besok libur. Culik aku ke ketinggian."

"Yah, besok ada acara kampus ke Bandung."

"Aku ikut!"

Begitulah Asti, seorang cancerian yang selalu mendadak dan hayuk aja kalau diajak kemana-mana. Kebetulan, saya tahu kalau acara kampus ini akan terasa begitu membosankan, maka saya bersyukur ketika Asti memutuskan untuk ikut. Setelah kami alpa dalam menjalankan Giraffe Journey setiap bulan karena kesibukan masing-masing.

Kali ini tanpa jerapah. Langkah kecil kami tak lagi ditemani si Jerapah yang memiliki kaki-kaki dan leher yang jenjang. Tak terasa, ternyata sudah satu tahun lamanya kami tidak menyempatkan diri untuk ngetrip bareng. Dan kini, lagi-lagi kami bermain dalam sehari di kota orang, sebagai escaping dari rutinitas yang membosankan.

Menjadi dewasa itu tidak enak.

Saturday 3 May 2014

Giraffe Journey 3; Antara Gunung Gede dan Merapi

Ketika saya sedang sibuk dengan Event Fun Hiking Education di Gunung Gede, pada tanggal yang sama, Asti sedang melangkahkan kakinya ke Gunung Merapi. Kami terpisah ratusan kilometer, namun raga tetap berada di tempat yang sama, di atas awan.

Sebenarnya, saya malas ke Gunung Gede. Begitu pula Asti, ia pun malas jauh-jauh ke Merapi. Banyak faktor yang membuat kami berdua malas melangkah ke ketinggian. Banyak alasan betapa naik gunung bersama banyak orang sungguh tidak mengenakkan. Kami hanya ingin mencari pelarian berdua. Bukan dengan dia dan dia yang lain.

Berlari sungguh melelahkan. 
Apalagi jika kau berlari hanya untuk menghindari sebuah rasa takut.
Takut untuk jatuh cinta.

Karena naik gunung berhari-hari dengan lawan jenis, sangat sulit menolak hadirnya benih-benih cinta. Dan yang paling menyebalkan, ketika cinta yang kau percaya sebagai tujuan akhir, ternyata hanyalah sebuah tempat singgah. Sekedar numpang lewat. Turun gunung? Usai sudah. Ah, cinta yang datang terburu-buru, biasanya akan berakhir dengan cepat. Seperti yang sudah-sudah.

Mari kesampingkan dulu masalah pelarian dan cinta-cintaan. 

*hela nafas panjang*

Perjalanan dari Surya Kencana ke Puncak Gunung Gede adalah perjalanan yang paling 'sendiri' untuk saya. Saat itu saya diberi tugas mendampingi tiga orang anak yaitu Amelia Poki-poki, Dila dan Bungsu. Seperti biasa, pikiran saya entah berlarian kemana. Anak-anak saya pun sudah bisa dilepas bahkan mendahului saya menuju ke puncak. Dalam hati saya membatin, "Kak Ast, apa kabar? Trekking ada yang nemenin, kan? Minum ada yang bawain, kan? Muncak nggak sendirian, kan?"

Tidak lama untuk mencapai puncak, sekitar 1 - 2 jam. Dan sesampainya di atas, hujan turun deras. Beberapa peserta tumbang sehingga memaksa pendakian dengan jumlah 57 orang ini harus dihentikan. Saya sendiri tidak bisa berbuat dan membantu lebih banyak. Saya merasa kedinginan. Syukurlah saya memiliki partner paling pengertian yang menyodorkan segelas susu hangat. Tapi sayang, ia ndak sekalian menyewakan jasa peluk.

Cukup lama kami terhenti di Puncak Asmara Gunung Gede. Berdiam di sana dalam waktu yang lama justru membuat kepala saya pusing dan badan semakin menggigil. Akhirnya saya memutuskan untuk turun daripada saya sendiri ikut tumbang karena menghirup asap belerang. Beberapa peserta dan panitia juga mengisyaratkan untuk segera turun karena takut kemalaman. Dari situ, saya tidak tahu siapa lagi anak-anak saya. Semua berpencar dan saling mendahului.

Aku di sini
Kamu di mana?

Kami berjalan, berlari, terjatuh, mencoba bangkit dan terus melangkah lagi hingga kembali ke peradaban yang sebenarnya. Walau jalur Cibodas di malam hari benar-benar menghantui, sampai-sampai kuku kaki saya nunclep lagi. Bagaimana denganmu, Kak Ast? Kuku kakimu sehat? Btw, jaket kita kok sama-sama warna pink? Nah, Giraffe Journey 3 versi Asti bisa dilihat di >>> sini! :)

Wednesday 16 April 2014

Giraffe Journey 2; Kereta, Kuliner dan Keraton.

Bermula dari keisengan saya dengan nyeletuk, "Pengen ke Cirebon, ih. One day trip aja. Naek kereta, jalan-jalan ke keraton, kulineran, terus...."

"Hayuk!" Potong Asti cepat. Dan kebetulan kereta ke Cirebon dari Jakarta lumayan banyak. Maka, sepakatlah duo rumpi ini halan-halan ke Cirebon pada hari Minggu tanpa lupa mengajak boneka kesayangannya.

Kereta yang saya pesan keberangkatannya pukul enam pagi. Saya tiba di Stasiun Gambir setengah jam sebelumnya. Itu pun bela-belain naik taksi yang tarifnya lebih mahal dari tiket kereta :( Kenapa saya naik taksi? Sebenarnya ada bus yang lewat pukul lima pagi di tol timur. Baru saja saya meletakkan motor di penitipan, eh busnya sudah jalan dan luput dari pandangan. Ya sudahlah, itung-itung ngerasain jadi borju.

Sementara Asti, dia malah leyeh-leyeh dan baru berangkat dari rumahnya di Rawamangun ketika saya sudah tiba di Stasiun Gambir. Alhasil dia sambung-menyambung dengan ojek dan lari-lari sepanjang stasiun.

Akhir-akhir ini saya mulai jadi pribadi yang 'kepepet' tiap naik kereta. Waktu mau ke Merbabu, mau ke Lawu, dan ke Cirebon ini. Saya heran, kenapa kereta jarak jauh selalu tepat waktu, padahal kereta lokal hampir selalu ngaret.

di kereta
Selama di Kereta, kami berdua bukannya melanjutkan tidur malah terus ngerumpi dan haha-hihi. Padahal kami pun belum tahu akan kemana nanti ketika tiba di Cirebon. Kami jalan tanpa itinerary dan percaya semua akan baik-baik saja. Saya terus bertanya kepada teman-teman asli Cirebon tentang, 'enaknya kemana aja' dan Asti terus-terusan gugling dengan gadget barunya. ihiiiiy~

Tanpa rencana, ternyata Kunthi juga sedang di Cirebon! Ia soulmate-nya Asti yang kebetulan sedang pulang kampung menjenguk neneknya. Jadilah perjalanan kami aman dengan seorang tourguide gadungan ini.

Perjalanan St. Gambir - St. Cirebon Kejaksan memakan waktu tiga jam-an. Kami tiba di sana ketika matahari belum meninggi, masih pukul setengah sembilan, dan saya sudah mulas akibat makan pisang kepagian.
Say, "Yeeeaaaah!!!"

Thursday 20 March 2014

Giraffe Journey 1; Hutan, Air Terjun dan Puncak


Kenapa Giraffe Journey? Iya. Karena perjalanan ini melibatkan Jerapah! Ha!! Gimana caranya jalan-jalan sama Jerapah? Pasti ke kebun binatang? Tidaaak! Pasti ke Taman Safari? Tidak tidaaak!! Pasti jalan-jalan naik jerapah? Tidaaak!! Gendong jerapah? Bisa jadi!!

Abaikan -______-

Jadi gini, beberapa minggu lalu seorang teman mengajak saya untuk jalan-jalan dalam sehari. Istilah kerennya One day trip. Kalau jalan-jalan ke kota ya bisa-bisa aja. Tapi dia maunya jalan-jalan ke gunung. Sementara hampir semua gunung masih tutup. Terus aku kudu piye :(

Dengan pemikiran yang setengah matang, akhirnya saya mengusulkan untuk naik Gunung Gede saja. Karena sebelumnya saya juga pernah mendaki gunung ini dalam sehari (baca disini: Mendadak Gede 2958 mdpl). Dan kembali ke pertanyaan awal, mengapa Giraffe Journey? Karena teman saya yang bernama Asti ini akan mengajak boneka jerapah kesayangannya jalan-jalan! Ha!!


Minggu, 23 Februari 2014

Awalnya kami sepakat untuk naik bus ke kawasan Cibodas via Kampung Rambutan. Namun ternyata ban motor saya bermasalah (wis biyasaaa) sehingga menyebabkan tugas wajib menjemput Asti gagal. Akhirnya kami janjian di Stasiun Manggarai dan memutuskan untuk menaiki Commuter Line sampai Bogor.


Kami tiba di Stasiun Bogor masih pagi, kurang lebih pukul delapan. Kemudian segera naik angkot sampai entah dimana. Yang pastinya kami turun hanya karena butuh ke ATM. Lalu dilanjut dengan menggunakan bus dan minta turun lagi hanya karena satu alasan; mual. Daripada memuntahi penumpang lainnya, jadi lebih baik turun saja. Dan kendaraan yang terakhir membawa kami sampai pertigaan Cibodas adalah angkot yang ada warna pink-nya itu.

Sesampainya di pertigaan Cibodas, kami membeli jajanan dan melanjutkan perjalanan hingga pintu masuk Cibodas. Pak penjaga pintu tersenyum ramah kepada saya dan memberi harga limaribu untuk berdua, padahal seharusnya per-orang dikenakan biaya tigaribu limaratus. Mungkin beliau kenal saya? Iya, dong! Saya kan terkenal! Muahahaha. *pasang kacamata*

Kami memulai pendakian pukul sepuluh pagi, dengan perkiraan waktu pukul dua belas siang sudah sampai di Air Terjun Cibeureum. Harusnya sih bisa kurang dari itu. Tapi, mengingat badan saya yang semakin buntal dan mudah lelah, jadi pasti akan lama sampainya.

Seperti yang sudah kita tahu, jalur Cibodas ini teduh banget dan saya tetap memakai jaket selama trekking. Saya juga jadi teringat Ihsan di sepanjang jalan kenangan. Ihsan? Siapa lagi, Git? (Pada belum tahu Ihsan? Makanya, buruan beli buku "Rumah adalah di Mana Pun"!! Udah ada di Gramedia setempat, kok! *tetep promo*)

Asti galau. Ternyata diam-diam ia juga sedang memikirkan seseorang di sepanjang jalan sialan kenangan. Tapi bedanya, ketika galau, ia bisa berjalan lebih cepat. Sementara saya? Saya jalan sambil nendang-nendang batu :(



Dedek Jerapah Galau
Duo Buntal

Kami lebih banyak gosip-gosip unyu di sepanjang perjalanan. Yah, namanya juga cewek. Sesampainya di air terjun, kami juga tidak berendam atau main air. Kami hanya bengong, makan dan minum. Ini bener-bener jalan paling random buat saya. Cuma dateng, jalan, terus pulang -__-

Tapi ada enaknya juga, sih. Saya bisa jadi sekalian latihan fisik. Jadi besok-besok kalau kangen gunung, mungkin saya akan kesini saja. Terus juga saya baru tahu kalau ternyata ada tiga curug di Cibodas. Buahahaha. Iya, dari dulu tiap naik kesini nggak pernah sempat mampir ke curugnya. Eh, bukan nggak sempat mampir, tapi nggak ada yang ngajak :(



Jerapah Makan Lontong

Jerapah Minum Pocari

"Jerapah memiliki kaki kaki panjang dan dia bisa menjangkau manapun. Saya berniat membawanya kemanapun petualangan kabur saya berjalan. So that I will feel safe, always." - Asti.

Udah? Gitu doang jalan-jalannya?

Beluuuum!!!

Kami segera turun, takut hujan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Puncak Paralayang. Nah, disitu saya kumat. Ternyata saya lupa penyakit yang ditimbulkan kalau saya keluar rumah tanpa sarapan. Saya mual dan jackpot ~~~\o/

Saat itu Puncak Paralayang berkabut. Jadi kami tak bisa berfoto-foto ria disana. Tapi saya punya stock foto yang lumayan banyak. Saya sudah sering ke Puncak Paralayang ini. Bukan untuk terjun bebas, tapi cuma untuk bengong dan kabur dari rutinitas. Nggak perlu trekking berjam-jam kesini tapi sudah bisa menikmati puncak dan panorama kota. Dulu, biasanya saya kesini malam minggu dan begadang sampai pagi. Cuma ngeliatin citylight sambil nunggu sunrise. Cukup geblek kan saya? :')

Nih, kalo mau tau Puncak Paralayang seperti apa :3


Tahun 2013

Tahun 2012

Tahun 2012

Tahun 2011

Tahun 2011


Akses ke Paralayang ini cukup gampang. Dari Terminal Kampung Rambutan tinggal naik bus sekali, terus sampai di pintu masuknya. Atau mau coba naik Commuter Line kayak saya tadi juga bisa. Bus yang paling keren yaitu Do'a Ibu, setelahnya ada Karunia Bhakti. Terus ada juga bus kecil kayak Marita atau Parung Indah yang bikin saya muntah selama di bus -_-

Totalnya, dari One day trip ini cuma menghabiskan waktu 10 - 12 jam. Saya berangkat pukul lima pagi dan telah tiba di Kampung Rambutan sekitar setengah lima sore. Asik ya :3
Nah, rencananya akan ada kelanjutannya yaitu Giraffe Journey 2!! Edisi One day trip juga! Ditunggu lanjutannya, ya :)

#GiraffeJourney 2 is Out! Check this link >> Kereta, Kuliner dan Keraton.

Sunday 16 March 2014

The Giraffe Journey

Tulisan di bawah ini saya kutip langsung dari blog perjalanan Kak @AstiDode. Dialah yang memulai dan mencetuskan The Giraffe Journey ini...
.....satu titik saya sadar ternyata ada satu orang yang paling saya takut kehilangan dan dia bukan jejak yang telah lalu. Saya terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan bahwa ada rasa itu di hati saya. Perjalanan ini saya lakukan untuk membuat saya yakin agar membuang rasa itu jauh-jauh dan membuka perspektif baru, perspektif yang lain, dan belajar memiliki hati seluas langit. Nanti tiba saatnya saya kembali, semoga pencerahan itu datang, saya bisa tersenyum untuk mengucapkan "Halo".
Melangkah Bersama Jerapah

Saya gak pernah berminat untuk membuat buku tentang perjalanan. Oleh karena itu hanya tulisan tentang perjalanan kaki-kaki jerapah inilah yang akan saya tulis. Kenapa jerapah? Saya menyukai corak dan kaki-kaki jenjang binatang ini, seolah dia mampu menjejakkan kaki kemana pun, coraknya seolah dia bisa beradaptasi dalam kelompok lain. 

Belum lama ini permintaan saya untuk memiliki boneka jerapah juga terkabul. Terima kasih, kamu.

Kami berdua sama. Melakukan perjalanan demi sebuah pelarian. Berlari untuk menghindari segala kegelisahan selama di kota. Perjalanan ini, adalah bentuk escaping dari kami berdua :')

Dan The Giraffe Journey akan dimulai. Bismillah...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...