Skip to main content

Rinjani Mountain 2013 - The Series

9 Agustus 2013

Ucapan demi ucapan telah berdatangan, doa dan harapan mulai bermunculan. Melalui pesan singkat, aplikasi chat, social media, bahkan telefon. Dari sahabat serta kerabat yang selama 19 tahun telah mengisi hari-hariku, terimakasih! :)

"Selamat 19 tahun, Acitaaaa.."

Terimakasih, Ayah.. Terimakasih, Ibu.. 
Selama 19 tahun ini telah membesarkanku dengan didikan yang membuatku berani melangkah sejauh ini seorang diri.
Selama 19 tahun ini telah mengajarkanku agar mandiri dan tak mudah menangis atau mengeluh.
Selama 19 tahun ini telah memberiku kasih sayang dan cinta yang tiada batas, yang tak pernah ku temui dari seseorang manapun.

Dan terimakasih, telah mengijinkanku melalang-buana ke timur selama dua minggu.
Walau aku tahu, dengan sangat-berat-hati kalian mengijinkannya.
Tapi percayalah,
Dimanapun kakiku berpijak, aku akan selalu membuatmu bangga, Ayah..
Dan aku tak mau sedikitpun mengecewakanmu, Ibu..

"Semoga Panjang Umur, Acitaaa.."

Hey,
Mbak Gilang, Galih, Ghania.. Kapan kita bisa main bareng sekeluarga?
Keluarga kita terlalu sibuk dengan urusan masing-masing, ya!
Jangan pernah lupa ritual minggu pagi di teras rumah. Habis lari pagi, makan nasi uduk sambil sibuk sama isi gelas masing-masing.. Share pengalaman sambil rebutan bakwan, Ayah ngerokok, Ibu gendong Ghania :)

"Semoga impian, keinginan dan cita-citamu tercapai, Acitaaa..."

Keinginanku saat ini cuma menjamah tanah tertinggi Lombok, Puncak Anjani. Mensyukuri kehidupanku selama 19 tahun di atas sana. Menangis dan tertawa sesukanya, kemudian kembali ke rumah dengan pribadi yang lebih baik, InsyaAllah..

Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi ke-tiga di Indonesia. Setelah Jaya Wijaya di Papua dan Kerinci di Sumatera, tentunya. Gunung dengan persiapan yang lebih matang dari perjalananku ke Semeru. Gunung yang benar-benar menguras tabungan dan perijinan yang lebih menyusahkan -_-

"Acita mau kado apaaaa???"

Cita mau ke Lombok. Cita udah punya tiketnya, tinggal ijin dari Ayah sama Ibu aja, itu bakal jadi kado terindah 19 tahunan Cita.

Oke, bilangnya ke Lombok. Padahal mau ke Rinjani, berdosa kah aku? :'(
Dan gak hanya ke Lombok, tapi juga Bali - Banyuwangi - Surabaya - Kediri - Semarang :|
Tapi untuk Lombok dan keliling Jawa, aku bilang. Sementara Rinjani hanya Ayah yang tak tau.


Rincian Biaya
Tiket Kereta Jawa


Sekilas perjalananku selama dua minggu.. Selamat menikmati :)






Comments

  1. kok boleh sih cit, padahal umur kita sama.. Aku aja mau ke papandayan ga dikasih-kasih :((

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.