Sabtu, 10 Agustus 2013
Pukul 3 pagi aku terbangun. Padahal menurut
perhitunganku, aku baru merasakan tidur selama dua jam. Tak nyenyak memang
tidurku semalaman. Memikirkan apa yang akan terjadi esok hari, membayangkan
cukupkah uangku nanti, menebak-nebak atmosfer Lombok dan Rinjani yang belum
pernah ku ketahui, bertanya-tanya adakah jodoh yang akan kutemui di timur sana?
WOY! GIT! BANGUN!
Oke, aku bangun.
Segera kuraih ponsel dan menghubungi
semua nomor Bang Fadly yang ku punya. Bang Fadly satu-satunya travel-mate
ku dari Jakarta. Sebelumnya ia telah berkunjung ke rumahku pada malam takbiran
dengan tujuan memperkenalkan diri sebagai orang yang akan menjagaku di Lombok.
Dengan postur tubuh berotot dan muka sangar-nya, Ayah percaya bahwa aku akan
baik-baik saja bersamanya.
Aku mengenal Bang Fadly dari Semeru,
ia merupakan ketua kelompok unyu. Kami memanggilnya Abang Otot atau BF. Namun setelah beberapa kali nada sambung, telefonku tak juga diangkat. Akhirnya aku
memutuskan mandi dan bersiap-siap. Setengah empat pagi aku berangkat dengan
diantar Ayah, Om dan Kakakku. Menurut pemberitahuan Bang Fadly, kami akan
menaikki pesawat Air Asia tujuan Denpasar, Bali dengan jam penerbangan pukul
enam pagi. Nampaknya aku kepagian, juga kelaparan karena lupa sarapan.
Bang Fadly tiba lebih dulu. Setelah
berpamitan dengan Ayah, Om dan kakakku, akhirnya kami Check-in dan
sarapan. Bobot Carrier yang kubawa sebesar 11kg, sementara Bang Fadly
16kg. Berat ya?!!
Dan yang tak diduga adalah...
Bang Fadly mengucapkan selamat ulang
tahun sambil memberiku sebuah bingkisan.
"Dari Nauvel.." Katanya.
Aku membukanya,
dan sesuatu yang hangat mengalir di
pipiku...
Sebuah novel indie yang berisi
tentang catatan perjalananku di blog, dengan cover berwarna krem muda, dengan
ilustrasi rel, kereta api, gunung-gunung dan suasana camp, yang diberi judul
"Menuju Jauh".
Air mataku meleleh..
Tak pernah terbayangkan olehku
seperti apa rasanya gemetar melihat buku dengan penulisnya namaku sendiri. Aku
memang suka menulis, aku memang ingin sekali memiliki buku yang ku tulis
sendiri. Namun keterbatasan waktu, ide dan fasilitas membuatku hanya berani
menulis di blog ini saja. Masih terlalu minder untuk mempublikasikan sebuah
buku, masih takut tulisanku ditolak penerbit, lebih tepatnya.
Aku gemetar melihat sebuah buku
dengan penulisnya namaku sendiri..
Segera ku telefon Nauvel,
mengucapkan berkali-kali terimakasih padanya.
Dan isi dari buku "Menuju
Jauh" adalah semua tentangku, tentangmu, tentang kita.
Tentang kalian, kawan-kawan baru..
Sahabat dari Semeru.
Bang Fadly cekikikan melihatku
menangis.
"Abang Jahat! Kenapa ndak
kasih bukunya nanti aja pas udah di Bali, atau pas di Rinjani sekalian. Di
depan orang-orang banyak, biar Agit ndak cengeng. Abang jahat!!"
Aku menggerutu.
"Abang mana tau kalo'
isinya buku itu. Kirain apa. Pantes Nauvel telfonin abang melulu, udah sampe
atau belum paketannya, udah dikasih Agit atau belum. Ternyata..." Jawabnya
bijak.
"Agit gemetar, Bang.."
"Sama, Git.. Abang juga. Mana
ada orang lain yang kepikiran ngadoin buku itu selain Nauvel coba." Bang
Fadly mencoba meyakinkanku.
"Ndak tau, Bang.. Agit
masih belum yakin.." Jawabku pelan. Entah suaraku terdengar olehnya atau
tidak. Kami melanjutkan sarapan. Aku hanya mengaduk-aduk nasi gorengku.
Pikiranku mengawang-awang.
"Udah, gak usah bingung.. Abang
tau Nauvel baik. Gitu aja. Tinggal Agitnya yang gimana.."
"Iyaa.." Jawabku kalem.
"Abaaang, ini isi bukunya masih
banyak nama Kukuuuh.. Nauvel kok gak ngapus nama Kukuhnya siiiih.."
Pekikku sambil membolak-balikkan isi buku.
"Ya itu kan tulisan Agit,
Nauvel juga gak ada hak buat ngedit. Biar lebih natural, Git." Bang Fadly
menjawab santai.
"Tiap ke Gunung manapun, Agit
selalu bikin puisi buat Kukuh, Bang.." Aku menutup muka dengan tissue.
"Ngapain sih masih inget-inget
Kukuh?" Bang Fadly sewot. Aku nyengir :D
"Agit titip bukunya ya, Bang. Carrier
Agit fullpack. Sayang kalo rusak." Aku menyerahkan buku Menuju
Jauh. Bang Fadly meraihnya lalu memasukkannya kedalam daypack.
Kami menuju Boarding Room pukul
5. Berbincang-bincang seperti semula, sampai akhirnya masuk ke dalam pesawat
dan tertidur sambil mp3an. Ketika melintasi Jawa Timur, kami terbangun dan bang
Fadly sibuk membidik sunrise.
Itu gunung apa? |
"Itu gunung apa, ya, Git?"
Tanya BF sambil menunjuk ke bawah.
"Semeru kali, Bang."
Jawabku ngasal.
"Eh, tapi di sebelah sana juga
banyak gunung, Git." BF sibuk menunjuj-nunjuk.
"Ya, kan dari Semeru juga
kelihatan banyak gunung, Bang." Aku terkekeh.
Tak lama, pesawat kami tiba di
Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
"Bali.. Bali.. Baliii.."
Aku bernyanyi sambil joget-joget. Bang Fadly ikut-ikutan joget sambil
tertawa-tawa. Hahahaha..
Kami segera meluncur ke bandara
sebelah, lupa namanya. Pokoknya kalo penerbangan domestik, berangkatnya dari
sana. Bandaranya gede, masih baru, juga mbingungin. Bang Fadly segera
mengurus tiket penerbangan ke Lombok. Merpati pukul 15.00 WITA.
Kami segera keluar bandara, mencari
es teh. Bali panas ternyata. Dan warung-warung juga jarang. Bayanganku saat itu
hanyalah segelas es teh buatan ibu-ibu warteg. Tapi apa daya, mencari makanan
halal disini pun susah. Kami mampir ke sebuah toko kelontong. Bang Fadly
membeli sebotol minuman dengan bulir jeruk, sementara aku membeli sekaleng
larutan penyegar dan sebotol air mineral.
Kesan pertama untuk Bali ; Bali uwakeh
asu.
Kami berbincang-bincang dengan si
pemilik warung. Bertanya-tanya arah sampai diberi pinjaman motor dan penginapan
dengan tarif 150ribu. Kami menolak dengan pasti.
Sampai akhirnya kami menemukan
sebuah tempat sewa motor dengan tarif 40ribu dan tanpa jaminan. Tapi tetep sih,
carrier kami ditinggal disana. Ribet juga jalan-jalan pake Carrier.
Sebuah kunci motor honda vario berada di genggaman Bang Fadly.
"Yuk, Kita kemon.."
Motor melesat dengan pengendaranya
yang tak tahu arah, serta dengan penumpangnya yang tak tau jalan pulang. Kami
berdua bagaikan butiran debu #halah. Motor melaju sesuka roda dan stangnya.
Bali yang macet serta bule-bule yang padet bikin pikiran tambah mumet. Kami
akhirnya tiba di Pantai Kuta, Bali... yang kata orang, “belum ke Bali kalo
belum ke Kuta”, tapi menurut kami, Kuta sama aja kayak Ancol.. cuma beda ombak
dan beda 'pemandangan'.
Kami berjalan dari ujung ke ujung
hanya dengan satu tujuan, 'mencari es kelapa'. Tapi malangnya, sepanjang garis
pantai hanya ada yang jualan bir dan tattoo. Terus aku kudu piye?
*Lanjut poto-poto*
Unyu @Kuta, Bali |
*Pulang*
*Nyari makan siang*
Sempet menyasarkan diri kesini..
Dan memasrahkan diri untuk memakan
ini..
Nasi Pedas Bu Andika |
muka melas kepedesan :( |
Bang Fadly makan dengan lahapnya,
sementara aku hanya memakan setengahnya. Perutku panas, hidungku panas, mulutku
panas, telingaku panas sampai-sampai kepalaku juga panas. Untung aku
mengurungkan niatku untuk bugil disana sangking panasnya. Oh, Tuhan.. Adakah
sambal yang tak sepedas buatan ibuku di dunia ini? :(
Setelah urusan perut kelar, kami
kembali mengitari Bali. Bang Fadly menyempatkan diri memasuki pasar joger,
sementara aku menjaga motor di pinggir jalan. Malas kalau harus parkir dan
mengeluarkan uang lagi. Kami sudah cukup berfoya-foya disini. Dari yang namanya
minum air mineral harus merek Nestle - dengan alasan, hanya Nestle yang bikin
tenggorokan adem. Padahal penelitianku di laboratorium menunjukkan MPN Coliform
Nestle yang terbanyak dibanding air mineral merek lainnya. Oke, Abaikan.
Jarum jam menunjukkan pukul 13.00
WITA. Bang Fadly segera melajukan motor ke tempat penyewaan. Dengan acara
nyasar dan macet-macetan dulu. Setibanya di tempat penyewaan, kami segera
mengembalikan motor dan menggendong carrier masing-masing lagi. Berjalan
menuju bandara penerbangan domestik dan Check-in. Setibanya di Boarding
Room, aku tertidur. Bang Fadly sibuk nyari colokan.
Pesawatnya delay. Aku bosan tidur
terus. Akhirnya berkenalan dengan orang-orang dengan wajah dan atribut pendaki
yang semenjak aku tidur sudah berisik di sebelahku. Mereka alumni UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tujuan kami sama, Puncak Anjani.
Setengah empat sore, akhirnya
Merpati yang kami naikki terbang ke Lombok. Aku tidur lagi dan terbangun ketika
pesawat mendarat dengan cara yang menegangkan :| *ndak mau ingat-ingat*
Dan sesampainya di Lombok, kami
disambut oleh angin semilir yang menyejukkan hati, deretan pegunungan yang
menyegarkan mata, juga sunset yang menghangat di pipi.
Di belakang BF itu gunung apa? |
Kami terdiam di Lombok Praya Airport
cukup lama. Menanti seorang kekasih, yang tercantik yang datang di hari ini
#eaaa #uhukBFuhuk. Enggak deng, kami menunggu Teh Farah, kawan asal Bandung
yang tiba-tiba memutuskan ingin ikut ke Rinjani. Dan sampai kami menunggu
selama dua jam pun, ia belum juga memberi kabar.
Dari yang duduk-duduk nyari charger
sampe nongkrong di depan indomaret sambil nyargher juga. Pokoknya dimanapun ada
colokan, kami akan mendatanginya. Teh Farah tak juga menghubungi kami dimana
posisinya, tapi tiba-tiba ia malah mengganti DP BBM-nya dengan foto bandara
Lombok. TETEH DIMANAAAA?!! Oke, kami kesal.
Memasuki Waktu Indonesia Tengah
Bagian Maghrib, akhirnya Teh Farah menemukan kami yang luntang-lantung di depan
Indomaret. Segera kami salam-salaman dan mencharter mobil. Beberapa pendaki
melintas di hadapan kami. Dari pendaki yang dekil sampai pendaki dengan
penampilan rapi.
“Bang, kira-kira nanti temen-temen
kita yang dari Surabaya itu Pendaki dekil apa Pendaki rapi ya, Bang?” Tanyaku
iseng.
“Hah? Maksudnya?” Ia terlihat
bingung. Aku menggunakan ‘kode mata’.
“Oooh, rapi deh, Git. Kayaknya. Kita
aja termasuk pendaki rapi, kan? Cuma keliatan dekil aja gara-gara muter-muter
kemana-mana. Hahaha” Bang Fadly menjawab dengan diakhiri tawa. Aku ikut
tertawa.
“Eh, ada yang mau ke Mataram, gak?
Ikut dong.” Tiba-tiba seseorang berambut cepak dengan Carrier 80L fullpack yang
digendongnya dibelakang dan daypack didepannya,
dan tas kamera ---- entah bagaimana cara ia memakai 3 tas dalam bersamaan---, ia
bertanya kepada kami.
“Ini kita mau ke Mataram, Bang. Rinjani
juga?” Sahutku.
“Iya, ikut dong. Biar murah sewa
mobilnya.” Ia cengengesan.
“Masnya sendirian? Solo trekking?” Tanya Bang Fadly. Ia
mengangguk sambil cengar-cengir.
“Jago lu, Bang. Hahahaha” Sahutku
sambil tertawa.
“Eh, sekarang kita mau kemana?”
Tanya Teh Farah tiba-tiba. Teh, daritadi kan kita ngomongin sewa mobil ke
mataram -_-
“Mataram dulu, kita nungguin
rombongan dari Surabaya. Mereka baru datang besok. Kalo bisa cari penginapan
dekat terminal.” Jawabku sabar.
“Masnya mau ngapain ke Mataram?”
Tanya BF lagi.
“Mau ketemu temen, kalo bisa sih
malam ini juga langsung ke Sembalun. Tapi kalo ga bisa ya cari penginapan dulu
aja.”
Akhirnya kami mencharter mobil. Pak
supirnya baik. Kami diantar ke penginapan, kemudian diantar lagi keliling Lombok,
lanjut makan malam di rumah makan Ayam Taliwang yang bikin nguras kantong. Enak
sih, tapi menyesal kemudian.
Ini namanya Bang Martin |
Sekitar pukul Sembilan, kami tiba di
penginapan lagi.
“Eh, Cuy.. Gue langsung balik ya? Ni
duit buat patungan hotel.”
“Laaaaaaahhhh?!!!” Sahut kami
bersamaan.
“Hehehe iya tuh, temen gue tadi gak
ada kabar, makanya gue cari penginapan. Eh tau-tau sekarang udah di depan.”
“Langsung Sembalun malam ini juga?”
Tanyaku.
“Iya kayaknya, tapi kalo gak
memungkinkan ya besok aja. Ni duitnya.”
“Eeeeh, gak usaaah.. Kan gak ikut
nginep.” Sergah Bang Fadly.
“Gapapa udah.” Ia memaksa, Bang
Fadly menyerah. Huh, dasar BF lemah. #eh *dijitakBF*
Setelah bertukar nomor ponsel, Ia
memakai Carrier, daypack, dan tas kameranya lagi. Kemudian bersalaman dengan kami
dan melangkah keluar kamar. Hati-hati, teman baru --- yang baru ini diketahui
kalau namanya Martin [--,]>
Dan saatnya kami istirahat untuk
melanjutkan hari esok yang masih jadi misteri..
Bang Fadly dan Teh Farah sudah
terlelap, sementara aku masih sibuk mengetik notes, mengingat-ingat apa saja
yang terjadi seharian, juga menyempatkan diri untuk meng-admin di
@backpackerunyu :D
Minggu, 11 Agustus 2013
BANGUUUUUUUUUUUUNNNNN!!!!
“Abang udah mandi?” Tanyaku pada BF.
“Belum. Suhunya tembus tujuh belas
derajat nih Lombok.” Jawabnya sambil mengutak-atik kabel charger dan Ipinnya
(ipin itu sebutan untuk i-Phone ya :D )
“Teteh?” Aku menoleh ke teh Farah.
Ia menggeleng.
“Agit mandi duluan ya?” Tanyaku
meminta persetujuan mereka. Keduanya mengiyakan.
“Abang bikin prendjak aaah..” Teriak
BF sambil menyebutkan nama merk teh yang enak.
“Maaauuuuuuuu!!!” Teriakku.
Selesai mandi, nge-teh dan bongkar
muatan, akhirnya kami menyempatkan sarapan dan beli nomor XL Lombok. Huehehehe
iseng banget ya? Habis, banyak yang bilang kalau sinyal yang nyangkut sampai
atas Rinjani nanti XL. Lagipula sebagian besar tempat penyewaan seperti sewa
mobil sampai sewa porter pun menggunakan kartu perdana XL. Biar murah sih ceritanya.
Lombok pagi hari masih sepi, seperti
hati yang baru ditinggal kekasih pergi #tsaaaah. Entah memang sepi karena libur
lebaran atau penduduknya yang malas bangun pagi, aku tak tahu. Intinya tak ada
tukang bubur ayam atau tukang ketoprak yang melintas dengan gerobaknya
pagi-pagi seperti di Jakarta atau Jawa Barat. Tukang Nasi Uduk pun tak ada.
*megangin perut*
Sampai kami menemukan sebuah rumah
makan mirip dapur umum, bagian lantainya masih semen (bukan ubin) yang
menyediakan menu utama Kelor. Hah? Kolor? *dikeplak BF*
Iya, daun kelor yang diolah menjadi
sayur bening. Ditambah potongan babat goreng yang empuk, sate ati-ampela dan
sepotong ayam kampung, juga terong balado dan sambal. Rasanya enak sekali,
sayurnya pun segar sekali. Enaknya melebihi Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung yang
malam sebelumnya kami makan di restoran mahal ituuuuuh. Iyaaaaa. Enakan iniiii
:’(
“Babatnya empuuk iiih, padahal aku
teh ga doyan babat aslinya maaah..” Ujar Teh Farah dengan logat Sundanya yang
khas.
“Iyaaa, ini enaaaak. Huhuhuuu. Lebih
enak dan lebih murah dari yang semalaaam.” Suaraku terdengar tragis.
“Jauuuuuuuhhh..” Sahut BF dan Teteh
kompak. #ciyeeeee
“Agit kok ndak pake ayam?” Tanya BF.
“Agit malas ngunyah ayam, Bang. Dari
kemarin ayam terus.. Bosan. Enak ini babatnya.” Jawabku.
“Beli lagi apa nih babatnya?” Tanya
BF lagi. Belum sempat kami menjawab, namun Bang Fadly telah membawa sebuah
piring berisi enam potong babat goreng. Aaaaah, Suurgaaaaa :’)
Kami makan sampai kekenyangan,
kemudian lanjut pulang dan foto-foto.
Tak lama Mbak Niza mengabarkan bahwa
mereka sedang menuju penginapan kami. Alhasil kami buru-buru pulang dan
berkemas. Tak sampai satu jam, Mbak Niza dan kawan-kawan sampai.
Jantungku deg-degan ingin bertemu teman-teman baru. Antara penasaran dan minder karena katanya Mas-mas dari Surabaya ini Suhu semua. Seperti apa ya, orang-orangnya??
Setelah siap, aku keluar penginapan
paling pertama, BF mengurus check-out,
sementara Teh Farah masih berkutat dengan barang-barangnya. Hehehehe ^^v
"Assalamu'alaikuuuum.." Sapaku pada Mas-mas yang telah menunggu lama. Mereka menjawab salamku. Aku berkenalan satu persatu.
"Kenalin, Agiiiiit. Ini siapa?"
(Bersambung kesini >>> Keluarga Baru dari Sembalun :) )
seeeepppp... seru ceritanya, besok lg aja ah lanjut bacanya :D
ReplyDeletemakasih :)
ReplyDeleteaah, pingin banget kesana belum kesampaian, semoga cuti ini segera di approve.. mantab bin keren
ReplyDeletelanjut bacanya, bang :)
Deleteudah cukup, bikin iri, (racun mode on) :D
DeleteSalam
ReplyDeleteBerbagi Kisah, Informasi dan Foto
Tentang Indahnya INDONESIA
www.jelajah-nesia2.blogspot.com
www.jelajah-nesia.blogspot.com
keren git,
ReplyDeletegw ngiri dah bisa menikmati indahnya Negeri kita..
thx mas ami :)
Deletemampir dong git ke blog, masih pemula, butuh penilaian :D
Deleteoke, saling follow ya mas :)
Deletekeren mba cerita..*kasih 2 jempol
ReplyDeletemakasih :)
DeleteSeruuu. Baca besok lagi ah sambungannya. Betewe. Salam kenal dari backpacker juga. :D
ReplyDeleteAyooo dilanjut terus bacanyaaa :D Salam kenal jugaaa :)
Deleteajibbbb,agit rame nih orang nya *kaya nya* hahha
ReplyDeletehahaha emang rame kok :)
Deleteracun bangets ngets...sudah lama pengen ke sana >.<
ReplyDeleteyuk yuk. hihihi
Delete