Cerita sebelumnya >>> klik disini :) Kami pulang menjelang Maghrib. Pak Supir segera mengantar kami ke Restoran Khas Lombok selain Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung, yaitu Nasi Balap Puyung. Lokasi restoran berada di dekat bandara. Sesi makan bersama yang terakhir ini begitu hangat dan ceria. Walau aku tau, beberapa dari kami menyembunyikan kesedihannya. Saling bertukar nomor henfon dan pin bb. Aku sadar, mungkin memang ini terakhir kali kami akan bertemu. Atau, kami akan bertemu kembali, di waktu yang belum diketahui pasti. Sesuatu yang telah terjadi di gunung, biarlah terjadi, biarlah berlalu… Sudahi… Jangan dibawa ke kehidupan nyata… Iya, akan aku sudahi. Mungkin perasaan ini hanyalah modus gunung semata. Namun apakah modus gunung juga berlaku di pantai? Lalu, yang tadi itu apa? Aku perang batin. Dan melahap Nasi Balap Puyung sebagai pelampiasannya. .. “Si Farah sama Niza mana?” Tanya Mas Galih tiba-tiba. Kami menggelengkan kepala ...