Friday, 18 January 2013

We Are Oro-oro Ombo - Ora Opo-opo!!


Cerita sebelumnya bisa dibaca Disini :)

Sabtu, 29 Desember 2012

Pagi menjelang, beberapa peserta mulai gila. Mereka berfoto-foto ria di pintu kereta dengan gaya Zafran dan Arinda. Aku masih mengantuk sekali waktu itu, bahkan tertidur dengan mulut menganga :-D

Ketika KA Matarmaja berhenti di Stasiun apa, entah aku lupa, tiba-tiba Bang Daud masuk ke gerbong yang dekat dengan kursiku, ia menawarkan kami Biji Matoa. Kami tak tau ia datang darimana. Hahaha katanya sih habis nginep dirumah temennya, terus ngejar kereta kita deh. Saluuuut.

Aku benar-benar tebangun ketika Kereta melintasi Stasiun Kepanjen, ahh rumah mbak Mel, batinku dalam hati. Berarti sebentar lagi sampai. Aku mulai berkemas dan menurunkan carrier. Dan tak lama, Stasiun Malang Kota Lama terlewati. Kemudian, sampailah kami di Stasiun Malang. Deg-degan!!!

Keluar Stasiun, negosiasi dengan angkot, sarapan duluuuuu ^_^
Sempet kaget waktu tau Mie ayam disana harganya tigaribu limaratus :o
Aku makan Soto daging, enamribu rupiah :-)

Sejam berlalu didepan Stasiun Malang, kemudian lanjut ke Balai Desa Tumpang yang memakan waktu setengah jam lebih sekian. Beres-beres, packing ulang, ada yang leyeh-leyeh ada juga yang mandi. Kami tiba disana menjelang dzuhur. Yang paling pertama diserbu ketika sampai disana adalah COLOKAN LISTRIK :-D



Perut ini akhirnya menunjukkan tanda-tanda kontraksi. Kebetulan Balai Desa Tumpang memiliki dua buah kamar mandi yang cukup terawat. Namun keduanya penuh kala itu. Tak lama aku menunggu, salah satu pintu kamar mandi terbuka. Muncullah seseorang yang sedang sikat gigi. Lelaki asal Bandung bernama Fuadi. Entah kaget atau grogi, sikat gigi terlepas dari genggamannya dan nyemplung ke wc. Aku menahan tawa dengan mulas yang semakin menjadi-jadi :-|

Sebelumnya sempat mencicipi makanan vegetarian di Malang bareng Kak Lid dan Donny. Kemudian menjelang maghrib nyobain burger daging dan telur seharga enam ribu rupiah bareng Donny lagi.

Kami menginap disana hingga keesokan paginya. Salah satu tujuan kami stay disana adalah menunggu peserta lain yang berangkat dari luar Jakarta. Ada pula peserta dari Bandung, Surabaya, Kalimantan, Sumatera dan lainnya. Bhinneka Tunggal Ika :D

Ah iya! Oro-oro Ombo Team berisi sepuluh orang anggota. Tujuh orang pria dan tiga orang wanita. Mari kita perkenalkan satu persatu :)


Beliau adalah ketua kelompok kami, berbadan kurus tinggi dengan rambut yang sering dikuncir. Dulunya nge-band, sekarang jadi tukang keluyuran. Panggilannya Nganga. Nggak ngerti apa karena orangnya suka mangap atau gara-gara akun twitternya @kengaga_KRSB (Yuk Follow!!) Selalu meyakinkan orang-orang kalo dirinya manis. Doi paling pengertian sama gue *kedip-kedip*


Panggil dia Bray aja, pasti nengok. Arya ini koki-nya Oro-oro Ombo Team, paling jago masak pasta. Dari macaroni bolognese sampe cream soup. Nyam-nyam enyak lah pokoknya. Doi pahlawan gue, rela tukeran carrier gue yang guedhe ini sama carriernya yang kecil dan enteng. Walaupun Arya galak, tapi baik :') Oh, iya. Doi sempet bikin Nganga galau di kereta gara-gara rebutan cewe. Ciyeeee :D


Panggilannya Ucup. Sekilas mirip bapak-bapak, tapi ternyata masih muda *pasangkacamata* Bang Ucup perutnya sensitif, suka gerak-gerak sendiri, curiga didalem perutnya ada janin yang tumbuh dan berkembang. Kalo mau tidur masih suka mentil. Ada yang tau mentil itu apa? hahaha.. Doi berhasil muncak sampe 3/4 Mahameru. Keren kan? Udah ah jangan panjang-panjang, tar Agit diomelin :p


Abang satu ini dari Kalimantan. Kerjanya di Travel-Agent. Enak ya jalan-jalan terus.. Beban di tasnya berat banget. Orangnya juga tinggi banget, terus pendiem banget. Yang banget-banget dah pokoknya.Satu hal yang mengingatkanku pada Bang Hengky adalah botol minum Tupperware ijo yang selalu ada disamping carriernya. Unyu kan :3


Hendra ini dipanggil Kibo. Dari rambut, alis, bulu kaki, bulu mata sampe bulu hidungnya kribo :D Makhluk yang unik sekali bukan? Katanya sih dengan rambutnya yang kayak gitu, doi jadi anti air alias waterproof. Kerjaannya ngambil air di Ranu Kumbolo. Pernah minum air bekas cucian kakinya sendiri gara-gara salah ambil botol. hahaha. Kibo nggak bisa diem. Suka loncat-loncatan kesana kemari. Eh pernah deng sekali-kalinya dia diem pas sampe kalimati, bajunya basah semua. Sepatunya juga. Satu jam dia diem karena kedinginan, namun tak ada seorang pun yang peduli akan dirinya. Tragis.


Budi ini soulmatenya Kibo, tapi lebih pendiem dan gak se-urakan Kibo. Katanya sih sekampus sama Kibo. Tapi mudah-mudahan gak teracuni Kibo ya... Budi penurut orangnya. Kalem-kalem gimana gitu. Tapi suka lupa naro kancut di sembarangan tempat. Masa iya kancut dia pernah nyasar ketenda gue -_- gilaaaaak!!!


Donny ini mahasiswa ITB. Dia kira kalo dia adalah peserta termuda, dan teori itu terbantahkan oleh gue *pasangkacamata* Paling sering jalan dibelakang gue, tapi pas summit ninggalin gue. Gak doyan sarden. Makanannya sosis sonice sama minum susu bantal. Masih suka labil kalo makan popmie harus minum kuahnya atau enggak. Sendal jepit swallownya suka ilang dipinjem orang tanpa izin. Partner kulineran gue di Tumpang, ye nggak don? :-D


Panggilannya Caesa, mahasiswi Fisip Unpad yang lagi sibuk skripsi tapi masih sempet-sempetnya kabur buat nyemeru. Doi partner trip-nya Nganga. Suka pake kupluk Consina yang bikin mukanya kayak dede bayi unyu :3 kalo ketawa gak bisa melek, suka manggil orang "nyeeeeeeet". Hampir setengah isi carrier-nya susu beruang. Gak ngerti doi ini anak sapi, anak beruang atau anak naga terbang. Kalo makan gak pernah habis, selalu dibagi dua sama gue. Gak suka kalo dipanggil Sesah :D


Mama yang satu ini keren, kecil-kecil tenaganya maut. Jalannya cepet banget kayak porter. Paling sigap dan paling cepet kalo siap-siap. Kancil banget deh pokoknya. Hampir jadi korban mentil-nya Bang Ucup waktu di Tumpang. Buahahaha :D Doi lebih pilih tidur daripada makan. Paling sering nanya, "mau pipis gak" wkwkwkwk


Kali ini gue dipanggil Agit, paling muda, paling nyusahin, paling iseng, paling onta B-)

WE ARE ORO-ORO OMBO!! ORA OPO-OPO :-D



(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Matarmaja : Dan Petualangan Dimulai



Jum'at, 28 Desember 2012

"Ndhuk, udah bangun? Ayah berangkat kerja dulu. Salim untuk terakhir kalinya.." Seru Ayah dibalik pintu kamarku. Aku tersontak kaget mendengar kata 'terakhir' keluar dari mulutnya. Memangnya aku mau kemana? 

Aku bangun lebih pagi dari biasanya setelah melalui tidur yang tak nyenyak semalam suntuk. Melanjutkan packing yang belum kelar karena over-muatan, memantau Timeline peserta Memorable Trekking Semeru 2013 yang bikin tambah deg-degan, dan tak lupa menunaikan sarapan yan benar-benar tak berselera pagi itu. Kepalaku pusing, seperti demam panggung. Keringat dingin bercucuran. Tak lama kuputuskan untuk mandi pagi. Namun pada guyuran pertama, aku muntah.

Entah masuk angin atau kelelahan karena seminggu sebelumnya benar-benar dihajar olah fisik yang lebih berat dari biasanya. Aku takut sakit. Takut sekali. Sempat terpikir untuk membatalkan semua rencana gila ini, takut semua orang merasa direpotkan oleh kondisi fisikku yang tidak stabil ini. Namun sudahlah, Life must go on.

Pukul sembilan pagi, aku siap berangkat. Carrier Eiger 55L milik Bang Koko menempel kokoh dipunggungku. Ibu menatapku cemas melihat anaknya yang pemalas dan lemah ini menggendong beban seberat itu.

"Kamu yakin kuat, Ndhuk? Itu berat, Ibu aja nggak kuat. Keluarin aja sebagian, nanti sisanya beli disana. Di Tumpang ada Indomaret kan?" Tanya Ibu.

"Kuat, Bu. Udah ya, Cita pamit." Jawabku segera mencium tangannya. Kemudian kucium tangan nenek dan kakakku. Beberapa detik sempat kutatap bayi mungil yang merupakan adik bungsuku, usianya baru lima bulan kala itu. Kuusap-usap pipinya seraya berkata, " Cita pamit ya dek, nanti kalau sudah besar kayak cita ya.. Suka jalan-jalan."

Aku menaikki angkot 19a menuju Terminal Bekasi, kemudian dilanjut angkot yang melewati Stasiun Bekasi. Sedikit terbersit rasa bangga ketika melihat mata orang-orang yang menatapku menggendong tas sebesar itu. Untuk menuju Stasiun Pasar Senen, aku harus transit di Stasiun Jatinegara. Beberapa kali disapa orang, "Mau ndaki kemana, mbak?" dan entah mengapa selalu kujawab, "Mau pulang kampung" disertai anggukan dan senyum ramahku. Seketika aku berpikir, kenapa aku jawab seperti itu? Apa benar ini tanda-tanda aku akan 'pulang'?

Aku tiba di Stasiun Pasar Senen pukul sepuluh lewat sekian. Ketika baru saja melintasi pintu keluar, aku menemukan sosok Riries dihadapanku.

"Ri!!!" Seketika ia menoleh dan menatapku bingung.

"Cita? Tasnya gede baaaangeeet." Ia terbata. Mulutnya menganga.

"Tuh, banyak yang bawa tas gede tuh Ri, mau kesana juga paling." Lanjutku sambil memberi 'kode mata' ke Riries.

"Wah iya, ya." Riries bengong.

"Duduk dulu yuk" Aku menyeretnya duduk. Carrier bang Koko kusandarkan ke tembok.

"Nih Cita buat elu, gue bawain bekel." Katanya sambil cengengesan. Mataku berkaca-kaca.

"Kukuh mana? Nggak nganter?" Tanyanya kepadaku. Aku menggeleng lemah.

"Uuuuu.. kaciiiaaaaann.." Ia meledekku lagi.

"Gaktau lah Ri, gue bingung. Jutek banget dia. Bilangnya sih kerja. Yaudahlah biarin aja, lagi gakmau gue ganggu juga kali." Jelasku. Ia sibuk melahap puding yang baru saja dibelinya.

"Cita mau? Enak lho." Ia menawarkanku. Aku meraih sendoknya.

Dan saling bertukarceritalah dua sahabat itu sambil cekikikan belepotan puding dan beng-beng. Sampai kelaparan dan memesan hokben. Dua jam telah berlalu sampai akhirnya Ken Rangga datang dengan Carrier yang tak kalah besar dan menggenggam kantong plastik berukuran raksasa yang katanya berisi baju peserta Trekking, beliau adalah ketua kelompok II (Oro-oro Ombo Team) yang merupakan kelompokku juga.

Beberapa peserta lainnya mulai hadir. Riries meminta izin untuk pulang tanpa melihatku masuk kedalam kereta. Sedih sekali kala itu. Dan sepasang sahabat, akhirnya berpisah kota.



Ketika jarum jam menunjukkan pukul dua siang, penumpang KA Matarmaja telah diperbolehkan memasuki peron. Para peserta dan penumpang lainnya secara tertib mengantre. Sebelumnya kami telah berkenalan dan bercerita satu sama lain. Dari sanalah sebuah keluarga baru tercipta. Kemudian KA Matarmaja bergerak pelan, sebuah perjalanan akan segera dimulai.

Aku kebagian tempat duduk di sebelah Mbak Kunthi, mahasiswi asal Bogor yang sedang melanjutkan kuliahnya di Binus. Dihadapan kami berada Kak Lidya, seorang calon dokter yang berdomisili di antara Medan - Pekanbaru - Padang. Beliau berangkat pagi dari Sumatera naik pesawat, lalu naik Damri sampai Gambir dan lanjut ke St. Senen. Saluuut!! Kami bertiga bertukar cerita sepanjang perjalanan, tak lupa pula saling bertukar makanan B-)

Kemudian beberapa kali berseliweran tokoh-tokoh lain didalam kereta, yang hanya sekedar mampir atau numpang makan, kebetulan ada satu bangku kosong disebelah kak Lid :-D

Beberapa menit menjelang maghrib, kereta tiba di Stasiun Cirebon. Aku memutuskan untuk turun sambil melemaskan otot-otot kakiku. Bertegur sapa dengan beberapa pendaki lain yang satu kereta dan sedang duduk-duduk diluar. Aku membeli sebungkus nasi, dengan lauk sayur tahu dan tumis udang. Kemudian menyempatkan diri ke toilet untuk buang air kecil.

Aku menatap sekeliling stasiun dengan pandangan nanar, perjalanan kali ini terasa begitu aneh, lain sekali dari biasanya. Entahlah, aku sendiri sulit mendeskripsikannya. Aku menaiki kereta dan kembali ke tempat dudukku semula. Nafsu makanku hilang seketika. Kunyalakan ponselku yang sebelumnya kubiarkan mati, namun lagi-lagi amarah kekasihku tak kunjung reda. Sudahlah, tak usah diladeni. Kemudian kumatikan lagi.

Aku memakan nasi bungkusku ketika hari mulai malam. Kemudian bertukar cerita dengan penumpang di kursi seberang. Ternyata mereka juga orang Bekasi dengan tujuan yang sama, Mahameru. Kami bahkan tak berkenalan atau sekedar bertukar nama, namun perbincangan malam itu mengalir begitu hangat layaknya saudara yang lama tak bertemu. Saling tertawa. Mbak Kunthi entah kemana waktu itu, hanya ada aku dan Kak Lid. Kami saling bertukar permen karet Big Bubble dan bermain tebak-tebakkan dari bungkusnya. Sampai akhirnya pegawai KA yang menjual makanan ikut nimbrung dalam acara kami. Ia duduk dihadapanku sambil memeluk nampannya.

Beliau, entah siapa juga namanya - kami menyebutnya Bapak AL (Angkatan Ludruk). Seragamnya Biru-biru seperti Angkatan Laut namun tak ada lencana-lencana di bajunya. Beliau bercerita bahwa hari itu adalah hari terakhirnya bekerja. Beliau akan pensiun dan beternak belut. Namun beliau menceritakannya tidak dengan sedih-sedihan, beliau membuat kami tertawa sepanjang malam. Sempat aku bertanya,

"Bapak kerja di kereta? Pulang pergi Jakarta - Malang?"

"Ho'oh."

"Anak istri di kampung?"

"Lhoo, istri saya dirumah, anak saya di panti asuhan." Seketika kami semua tertawa. Entah dimana yang lucu, namun beliau menceritakannya dengan logat jawa yang khas.

"Kok di panti asuhan, Pak?" Tanyaku lagi.

"Enak toh, kita gak usah ngurus. Yang ngurusin panti. hehehe" Ooooh, jadi itu maksudnya.

Beberapa kali beliau memanggil tukang pop mie, tukang baju batik, dan semua tukang yang lewat. Hanya memanggil tanpa bermaksud untuk membeli. Ajaib sekali kelakuannya -_-

Dan beberapa cerita lain yang sekarang tinggal kenangan, si Bapak telah pensiun dan menikmati masa tuanya :)

Si Bapak pamit ketika melihat muka-muka kami mulai mengantuk. Entah pukul berapa kala itu, kami tertidur pulas di kursi masing-masing.


(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Memorable Trekking Semeru 2013 - The Series


Entah apa yang harus aku tulis pada post kali ini, untuk membuat judulnya saja aku bingung. Apa kabar blog-ku sayang? Sudah lama ya, ku tinggal? Aku mau cerita, lebih tepatnya disebut laporan. Laporan perjalanan akhir tahun 2012 sampai dengan awal tahun 2013. Sebuah perjalanan hati, perjalanan yang selalu kusebut dengan panggilan alam :-)

Semeru,
Gunung tertinggi di pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru pada ketinggian 3.676 Mdpl adalah tujuan destinasi akhir tahunku. Beribu maaf kuucapkan kepada Kukuh Purwo Atmojo, karena Semeru rencana pergantian tahun kita berantakkan, karena Semeru aku membuatmu resah tak karuan, karena Semeru hubungan kita agak sedikit merenggang. Dan maaf, aku lebih dulu ke Semeru, tanpamu.

Aku bukan anggota organisasi pecinta alam, berolahraga pun jarang. Persiapan naik gunung kali ini pun tak akan kelar tanpa bantuan Bang Koko Komaruddin dan Arif Budiman yang bersedia melemparkan peralatan mendakinya kepadaku, dengan sukarela menjelaskan apa saja yang dibutuhkan ketika di alam bebas, dengan sabar membalas pertanyaan-pertanyaan polosku seperti apa kondisi disana. Nama kalian berdualah yang selalu kusebut ketika aku kelelahan. Nama kalian berdualah yang membangkitkan semangat untuk meraih puncak itu. Aku muncak untuk kalian! Aku berhasil sampai puncak karena kalian!!

Dan Ibu,
Aku tak tahu harus bagaimana lagi berucap ketika kau mengizinkan ide gilaku ini. Delapan belas tahun aku hidup, hanya diizinkan pergi ke pantai dan kota-kota besar di Pulau Jawa, namun baru kali ini kau merestuiku naik gunung. Juga Ayah, terimakasih uang sakunya, maaf jika aku boros dan banyak jajan. Kemudian kakak dan adik-adikku, kalian selalu menjadi alasan kenapa aku harus pulang cepat. Tawa kalian mengiringi tiap hembusan nafasku yang berembun di jendela kereta matarmaja. Sebuah keluarga tidak harmonis yang begitu kurindukan pada perjalananku kali ini. Entahlah, rasanya lain. Lain sekali.

Kemudian terimakasih banyak untuk RiriesAgustiany Nursetto,
Yang tiba-tiba datang mengantar kepergianku di Stasiun Pasar Senen.
Terimakasih banyak atas bekalnya yang mampu mengisi perut-perut lapar di kereta, serta jaket pemberiannya yang mampu menghangatkan banyak orang.

Terimakasih..
Untuk Luluk Khanifah dan Mbak Mel - dua sahabat asli Malang,
Untuk Mas Lukman Nur Wahid – si pembuat jersey Meru 13,
Dan untuk seseorang yang mengenalkanku pada keindahan Drini dan Kumbolo..

Serta seluruh nama yang tak bisa disebut satu persatu,
Terimakasih atas dukungan dan cibirannya.
Terimakasih atas dorongan dan ejekannya.
Terimakasih atas semangat dan cemoohannya.
Karena kalianlah aku bisa lebih kuat dari sebelumnya.


Friday, 21 December 2012

Apa yang Kamu Cari di Bagian Timur Pulau Jawa?


 *tulisan ini telah dipublish diblog Aku dan Mahameru sebagai pra-Jurnal Memorable Trekking Semeru 2013 oleh BackpackerStore :)


Namaku Agita Violy, panggil saja Gita, seorang gadis berusia 18 tahun yang selama setahun terakhir bekerja sebagai tenaga medis di sebuah Laboratorium swasta. Saat ini sedang sibuk menjadi seorang mahasiswi kelas malam dengan mengambil jurusan sastra Inggris. Kebetulan kampus mengumumkan libur akhir tahun 2012 berlangsung selama dua minggu. Satu minggu sebagai libur natal dan tahun baru, sementara seminggu berikutnya diberikan sebagai minggu tenang menjelang UAS. Aku mulai mencari-cari apa yang harus kulakukan ketika liburan, aku mulai bertanya-tanya kepada diriku sendiri tentang apa saja yang harus kuubah tahun depan. Sampai ketika aku menemukan sebuah pengumuman pendakian ke puncak tertinggi di pulau Jawa yang kegiatannya dilakukan untuk konservasi alam. Aku merasa tertarik mengikutinya.

“Apa yang kamu cari dibagian timur pulau jawa?” Tanya Ayah ketika aku mengutarakan niat untuk mengikuti kegiatan Memorable Trekking #Semeru2013 yang diadakan oleh Backpacker Store.

“Aku mau mencari jati diri, Yah..” Jawabku sekenanya kala itu.

“Kenapa jauh-jauh kesana? Apa selama setahun kamu kost belum bisa menemukan jati diri?” Tanyanya lagi.

“Ini udah kayak panggilan alam, Yah. Izinkan aku.” Jawabku melemah. Beliau mengangguk lalu meninggalkanku.

Semeru, Malang, Jawa Timur. Sebuah tempat yang begitu menggelitik rasa penasaranku. Tepat tujuh tahun aku bertanya-tanya tentang tempat itu. Lama sekali bukan? Bermula dari sebuah perkenalanku dengan seorang gadis dari desa Tumpang, namanya Nifa. Saat itu aku masih duduk dibangku SMP, sebuah perkenalan yang datang melalui surat. Ya, Nifa sahabat penaku dan sampai saat inipun aku belum pernah bertatap muka dengannya.

“Salam kenal, namaku Nifa. Aku lahir dan dibesarkan di desa Tumpang, Malang. Kamu tahu Gunung Semeru, kan? Itu dekat sekali dengan desaku.” Sebuah kalimat perkenalan yang terdengar remeh namun memberi kesan tersendiri untukku. Seperti apa kota Malang? Seperti apa desa Tumpang? Seperti apa Gunung Semeru?

Ditambah lagi, selama setahun terakhir aku tinggal disebuah kost di bilangan Mampang, Jakarta Selatan. Aku tak punya banyak teman kala itu, hanya ada satu teman yang selalu bersedia membantuku. Sebut saja Mbak Mel. Dan lagi-lagi, ia asli Malang. Pernah beberapa kali ke Bromo dan Pananjakan, namun belum pernah ke Semeru.

Rasa penasaran semakin membuncah ketika aku membaca novel 5cm, sebuah catatan perjalanan beberapa orang sahabat ke sebuah puncak abadi para dewa, Mahameru. Betapa indahnya imajinasiku kala membaca karya Donny Dhirgantoro itu. Dan apa yang mereka lakukan disana? Apa yang mereka cari disana? Mahameru adalah perjalanan hati, perjalanan untuk mencari jati diri.

Kemudian novel yang serupa, Tahta Mahameru karya Azzura Dayana yang baru rilis beberapa bulan lalu. Ia menjelaskan lebih detail tentang keindahan negeri diatas awan itu. Tentang seseorang yang awalnya memiliki sikap acuh namun ketika beberapa kali ke Semeru, akhirnya ia mengubah sikapnya menjadi lebih baik. Terlalu banyak hal yang dimiliki Semeru, sampai-sampai tak dapat dijelaskan satu persatu.

“Sebuah negeri tidak akan pernah kehabisan stok pemimpinnya selama masih ada pemuda yang senang main ke gunung, hutan dan pantai” – 5cm. Kurang lebih maknanya seperti itu, kalau redaksi lengkapnya aku kurang hafal. Aku termasuk orang yang setuju dengan kalimat di atas. Ada yang bilang pemimpin itu dilahirkan dan ada juga yang bilang bahwa pemimpin itu diciptakan. Menurutku tidak penting pemimpin itu dilahirkan ataupun diciptakan, yang jelas jiwa kepemimpinan tidak dapat dimiliki dengan mudah. Sebuah jati diri memang perlu dicari, dengan sebuah perjalanan.

Aku dan Mahameru, tujuh tahun aku menunggu perjalanan ini. Aku menyebutnya sebagai panggilan alam. Persahabatan dengan Nifa, satu kost dengan Mbak Mel, buku-buku yang tak sengaja kubeli dan kubaca, bertemu dengan akun Backpacker Store, ini merupakan suatu pertanda bahwa Mahameru siap menerimaku. Inilah yang ku cari di bagian timur pulau Jawa.

Memorable Trekking #Semeru2013 dengan Backpacker Store ini merupakan pendakianku yang pertama. Aku sudah hapal sekali jalur-jalur menuju puncak abadi para dewa itu, namun hanya dalam imajinasiku ketika membaca buku, pernah juga kujadikan sebagai tugas destinasi wisata ( bisa dibaca disini ) ). Serunya menaiki Jeep dari Pasar Tumpang hingga Ranu Pane, keindahan Ranu Kumbolo, mitos tanjakan cinta, padang rumput Oro-oro Ombo, bermalam di Kalimati, melintasi Arcopodo, trek pasir ketika summit attack, berdiri diatas gumpalan awan putih, menunaikan ibadah shalat shubuh dipuncak abadi para dewa, menyaksikan langsung matahari terbit seraya mengibarkan bendera merah putih di titik tertinggi pulau Jawa dan segala keindahan tentang Mahameru. Inilah saatnya untuk membuktikan langsung, merangkai catatan perjalanan kesana, menikmati saat-saat dimana aku bisa berdiri di puncak tertinggi pulau Jawa, mewujudkan mimpi untuk membuat buku seindah 5cm dan Tahta Mahameru serta hijrah menjadi pribadi yang lebih baik, InsyaAllah

@agitavio - 10 Desember 2012 – http://agitavioly.blogspot.com

Tuesday, 4 December 2012

[EnjoyJakarta] Taman Menteng, Melepas Penat Setelah Bekerja

Siapa bilang Jakarta tak punya taman?
Siapa bilang Jakarta cuma punya mall dan perumahan?
Siapa bilang di Jakarta cuma ada jalan tol dan kemacetan?


For Your Info, Guys. Jakarta memiliki sejumlah taman di beberapa lokasi. Sebut saja Taman Menteng, Taman Suropati, Taman Dharmawangsa, Taman Kodok, Taman Monas, Taman Prasasti, Taman Barito, Taman Puring, Taman Lawang dan sebagainya. Adapula Taman Kalibata (kalau ini, taman makam pahlawan :p) atau Taman Jeruk Purut? Itu tempat pemakaman umum :D . Oke, pada kesempatan kali ini saya akan membahas Taman Menteng as The Famous Park in Jakarta.


Taman Menteng




Taman ini terletak di Jl. HOS Cokroaminoto. Dulunya Taman Menteng merupakan Stadion Menteng yang dibangun oleh arsitek Belanda pada tahun 1921 dan memiliki kapasitas 10.000 penonton. Namun pada tahun 2004 Gubernur DKI Sutiyoso berencana mengubah fungsi Stadion menjadi sebuah taman. Sekitar bulan September 2004, Dinas Pertamanan DKI Jakarta membuka sayembara desain Taman Menteng sebagai ruang terbuka publik yang serbaguna. Dan akhirnya pada tanggal 28 April 2007, taman ini diresmikan dengan kategori taman publik yang memiliki fasilitas olahraga seperti lapangan basket dan futsal, terdapat pula 44 sumur resapan, arena bermain untuk anak, kolam ikan dan air mancur serta lahan parkir. Kemudian juga tersedia dua buah rumah kaca yang dapat dijadikan lokasi untuk pemeran lukisan, seni dan budaya.

Hampir setiap hari taman ini ramai pengunjung, terutama malam hari dan minggu pagi. Selain sebagai sarana olahraga dan rekreasi, taman ini juga memiliki sebuah tempat yang disediakan khusus untuk mengisi stok amunisi. Apalagi kalau bukan kuliner? Beberapa gerobak dan meja-meja disusun rapi dengan desain berwarna merah untuk menarik perhatian pengunjung. Harga makanan disini relatif murah. Beberapa menu yang disajikan diantaranya nasi goreng, sate madura, sate padang, lontong sayur, kerak telor, snack-snack ringan dan sebagainya. Bosan dengan makanan kaki lima? Punya kantong lebih tebal? Tenang, tepat didepan Taman Menteng saat ini juga telah berdiri restoran Sate Khas Senayan dan 7Eleven. Namun untuk anak kost seperti saya, nongkrong di Taman Menteng hanya sekedar menikmati kopi hitam keliling seharga tigaribu rupiah pun sudah cukup.

Kopi keliling?
Ya! Tukang Kopi di kawasan Menteng memiliki cara sendiri untuk menjajakan barang dagangannya. Mereka bersepeda keliling taman untuk menarik pelanggan. Tak hanya kopi yang tersedia di sepedanya, ada pula susu, teh dan minuman instan dengan berbagai merek. Dan menurut hasil penelusuran saya, sebagian besar tukang kopi keliling yang berjualan disini berasal dari Madura. Tak percaya? Tanyakan saja :p

Dibagian depan Taman Menteng memiliki beberapa air mancur yang dihiasi lampu berwarna-warni. Namun letak air mancur ini tidak berada di kolam, melainkan diantara bebatuan yang berperan sebagai conblock. Air mancur ini akan semakin indah bila dilihat pada malam hari. Biasanya didekat air mancur ini berseliweran beberapa komuntitas sepeda yang sedang berkumpul. Jakarta semakin terlihat warna-warni.

Akses menuju Taman Menteng tidaklah sulit, pilih saja jalan dari kuningan menuju senen/monas. Lokasinya tak begitu jauh dari stasiun Gondangdia, Cikini atau Taman Ismail Marzuki. Apabila menggunakan kendaraan umum, bisa dengan Kopaja P20 Jurusan Senen - Lebak Bulus via Kuningan - Mampang. Kalau tak ingin ribet, bisa naik taksi. Tak ingin ribet namun murah? Naik bajaj saja :)

Dan belum beberapa lama, tepatnya sebelum PilGub DKI 2012 dilaksanakan, tim sukses kotak-kotak Jokowi-Ahok seringkali mengadakan perkumpulan disini. Entah membahas strategi, rapat umum atau sekedar menggelar tikar dan kopi bersama. Mereka terlihat enjoy menikmati suasana malam Jakarta ditengah-tengah keramaian Taman Menteng yang tak pernah tidur. Hampir 24 jam taman ini selalu ramai. Seringkali di Minggu pagi, Pakdhe Jokowi dan rekan-rekannya berolahraga di kawasan ini. Menarik sekali bukan? Enjoy Jakarta! Waktunya Lupa Waktu!


Rumah Kaca - untuk pameran lukisan dan karya seni


Komunitas Sepeda



Tukang Kopi Keliling dan Air Mancur

Air Mancur di Malam Hari








Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba Blog yang diadakan oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta bekerja sama dengan VIVA.co.id dengan tema "Enjoy Jakarta, WAKTUNYA LUPA WAKTU".


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...