Skip to main content

We Are Oro-oro Ombo - Ora Opo-opo!!


Cerita sebelumnya bisa dibaca Disini :)

Sabtu, 29 Desember 2012

Pagi menjelang, beberapa peserta mulai gila. Mereka berfoto-foto ria di pintu kereta dengan gaya Zafran dan Arinda. Aku masih mengantuk sekali waktu itu, bahkan tertidur dengan mulut menganga :-D

Ketika KA Matarmaja berhenti di Stasiun apa, entah aku lupa, tiba-tiba Bang Daud masuk ke gerbong yang dekat dengan kursiku, ia menawarkan kami Biji Matoa. Kami tak tau ia datang darimana. Hahaha katanya sih habis nginep dirumah temennya, terus ngejar kereta kita deh. Saluuuut.

Aku benar-benar tebangun ketika Kereta melintasi Stasiun Kepanjen, ahh rumah mbak Mel, batinku dalam hati. Berarti sebentar lagi sampai. Aku mulai berkemas dan menurunkan carrier. Dan tak lama, Stasiun Malang Kota Lama terlewati. Kemudian, sampailah kami di Stasiun Malang. Deg-degan!!!

Keluar Stasiun, negosiasi dengan angkot, sarapan duluuuuu ^_^
Sempet kaget waktu tau Mie ayam disana harganya tigaribu limaratus :o
Aku makan Soto daging, enamribu rupiah :-)

Sejam berlalu didepan Stasiun Malang, kemudian lanjut ke Balai Desa Tumpang yang memakan waktu setengah jam lebih sekian. Beres-beres, packing ulang, ada yang leyeh-leyeh ada juga yang mandi. Kami tiba disana menjelang dzuhur. Yang paling pertama diserbu ketika sampai disana adalah COLOKAN LISTRIK :-D



Perut ini akhirnya menunjukkan tanda-tanda kontraksi. Kebetulan Balai Desa Tumpang memiliki dua buah kamar mandi yang cukup terawat. Namun keduanya penuh kala itu. Tak lama aku menunggu, salah satu pintu kamar mandi terbuka. Muncullah seseorang yang sedang sikat gigi. Lelaki asal Bandung bernama Fuadi. Entah kaget atau grogi, sikat gigi terlepas dari genggamannya dan nyemplung ke wc. Aku menahan tawa dengan mulas yang semakin menjadi-jadi :-|

Sebelumnya sempat mencicipi makanan vegetarian di Malang bareng Kak Lid dan Donny. Kemudian menjelang maghrib nyobain burger daging dan telur seharga enam ribu rupiah bareng Donny lagi.

Kami menginap disana hingga keesokan paginya. Salah satu tujuan kami stay disana adalah menunggu peserta lain yang berangkat dari luar Jakarta. Ada pula peserta dari Bandung, Surabaya, Kalimantan, Sumatera dan lainnya. Bhinneka Tunggal Ika :D

Ah iya! Oro-oro Ombo Team berisi sepuluh orang anggota. Tujuh orang pria dan tiga orang wanita. Mari kita perkenalkan satu persatu :)


Beliau adalah ketua kelompok kami, berbadan kurus tinggi dengan rambut yang sering dikuncir. Dulunya nge-band, sekarang jadi tukang keluyuran. Panggilannya Nganga. Nggak ngerti apa karena orangnya suka mangap atau gara-gara akun twitternya @kengaga_KRSB (Yuk Follow!!) Selalu meyakinkan orang-orang kalo dirinya manis. Doi paling pengertian sama gue *kedip-kedip*


Panggil dia Bray aja, pasti nengok. Arya ini koki-nya Oro-oro Ombo Team, paling jago masak pasta. Dari macaroni bolognese sampe cream soup. Nyam-nyam enyak lah pokoknya. Doi pahlawan gue, rela tukeran carrier gue yang guedhe ini sama carriernya yang kecil dan enteng. Walaupun Arya galak, tapi baik :') Oh, iya. Doi sempet bikin Nganga galau di kereta gara-gara rebutan cewe. Ciyeeee :D


Panggilannya Ucup. Sekilas mirip bapak-bapak, tapi ternyata masih muda *pasangkacamata* Bang Ucup perutnya sensitif, suka gerak-gerak sendiri, curiga didalem perutnya ada janin yang tumbuh dan berkembang. Kalo mau tidur masih suka mentil. Ada yang tau mentil itu apa? hahaha.. Doi berhasil muncak sampe 3/4 Mahameru. Keren kan? Udah ah jangan panjang-panjang, tar Agit diomelin :p


Abang satu ini dari Kalimantan. Kerjanya di Travel-Agent. Enak ya jalan-jalan terus.. Beban di tasnya berat banget. Orangnya juga tinggi banget, terus pendiem banget. Yang banget-banget dah pokoknya.Satu hal yang mengingatkanku pada Bang Hengky adalah botol minum Tupperware ijo yang selalu ada disamping carriernya. Unyu kan :3


Hendra ini dipanggil Kibo. Dari rambut, alis, bulu kaki, bulu mata sampe bulu hidungnya kribo :D Makhluk yang unik sekali bukan? Katanya sih dengan rambutnya yang kayak gitu, doi jadi anti air alias waterproof. Kerjaannya ngambil air di Ranu Kumbolo. Pernah minum air bekas cucian kakinya sendiri gara-gara salah ambil botol. hahaha. Kibo nggak bisa diem. Suka loncat-loncatan kesana kemari. Eh pernah deng sekali-kalinya dia diem pas sampe kalimati, bajunya basah semua. Sepatunya juga. Satu jam dia diem karena kedinginan, namun tak ada seorang pun yang peduli akan dirinya. Tragis.


Budi ini soulmatenya Kibo, tapi lebih pendiem dan gak se-urakan Kibo. Katanya sih sekampus sama Kibo. Tapi mudah-mudahan gak teracuni Kibo ya... Budi penurut orangnya. Kalem-kalem gimana gitu. Tapi suka lupa naro kancut di sembarangan tempat. Masa iya kancut dia pernah nyasar ketenda gue -_- gilaaaaak!!!


Donny ini mahasiswa ITB. Dia kira kalo dia adalah peserta termuda, dan teori itu terbantahkan oleh gue *pasangkacamata* Paling sering jalan dibelakang gue, tapi pas summit ninggalin gue. Gak doyan sarden. Makanannya sosis sonice sama minum susu bantal. Masih suka labil kalo makan popmie harus minum kuahnya atau enggak. Sendal jepit swallownya suka ilang dipinjem orang tanpa izin. Partner kulineran gue di Tumpang, ye nggak don? :-D


Panggilannya Caesa, mahasiswi Fisip Unpad yang lagi sibuk skripsi tapi masih sempet-sempetnya kabur buat nyemeru. Doi partner trip-nya Nganga. Suka pake kupluk Consina yang bikin mukanya kayak dede bayi unyu :3 kalo ketawa gak bisa melek, suka manggil orang "nyeeeeeeet". Hampir setengah isi carrier-nya susu beruang. Gak ngerti doi ini anak sapi, anak beruang atau anak naga terbang. Kalo makan gak pernah habis, selalu dibagi dua sama gue. Gak suka kalo dipanggil Sesah :D


Mama yang satu ini keren, kecil-kecil tenaganya maut. Jalannya cepet banget kayak porter. Paling sigap dan paling cepet kalo siap-siap. Kancil banget deh pokoknya. Hampir jadi korban mentil-nya Bang Ucup waktu di Tumpang. Buahahaha :D Doi lebih pilih tidur daripada makan. Paling sering nanya, "mau pipis gak" wkwkwkwk


Kali ini gue dipanggil Agit, paling muda, paling nyusahin, paling iseng, paling onta B-)

WE ARE ORO-ORO OMBO!! ORA OPO-OPO :-D



(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Comments

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.