Sunday 17 May 2015

Suatu Hari di Tiga Pulau Bersejarah



Hari masih gelap. Deru sepeda motor semakin mendekat ke arah rumah. Saya segera membuka pintu pagar, memastikan bahwa Hanis telah tiba. Ternyata benar, ia sudah siap berkelana hari ini. Setelah memasukan dua buah raincoat, ponsel dan dompet ke dalam satu ransel, kami menembus pagi yang dingin menuju Muara Kamal, sebuah pasar ikan yang terletak di bilangan Jakarta Barat. Hanya membutuhkan waktu satu jam untuk kami tiba di sana, padahal kalau ke Muara Gembong yang notabenenya masih Bekasi saja membutuhkan waktu hingga dua jam lamanya.

Usai melintasi pasar ikan yang becek dengan bau amis begitu menyengat, Hanis memarkirkan motornya di sebuah pelataran masjid untuk kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang mengikuti kegiatan Charity Trip ke Pulau Kelor, Cipir dan Onrust. Sebuah perjalanan yang dirancang khusus oleh kakak-kakak dari www.indocharity.org ini bukan sekadar jalan-jalan dan foto-foto saja, namun juga memiliki tujuan khusus yaitu sebagai bentuk penggalangan dana untuk pendidikan anak-anak kurang mampu. Maka dari itu, peserta Charity Trip terlihat banyak sekali karena memang tak dibatasi kuota pendaftarannya.

Thursday 14 May 2015

E-Book: Satu Asa untuk Indonesia

E-Book Satu Asa Untuk Indonesia


Saya tahu kok, kalau saya sudah dua kali absen menulis di blog ini. Ternyata, berkomitmen pada diri sendiri itu sangat sulit, ya? Untuk itu, teman-teman yang penasaran apa yang saya lakukan hingga absen dua kali akan saya berikan bonus. Mau tahu apa bonusnya? Sebentar...

Masih di Bulan Mei, masih dalam suasana Hari Pendidikan, saya dan teman-teman Komunitas Filantropi Pendidikan dari Dompet Dhuafa ini baru saja 'menelurkan' sebuah buku kompilasi inspirasi tentang para pengajar di Sekolah Guru Indonesia dan para relawan yang beberapa waktu lalu berkesempatan menyambangi dan menebar semangat ke pelosok negeri.

Wednesday 6 May 2015

Menanam Bibit Mangrove di Muara Gembong


Jalan Berlumpur Menuju Muara Gembong

Antusias sudah pasti saya rasakan. Setahun berlalu, akhirnya ke Muara Gembong lagi! Cuaca setahun belakangan yang kadang hujan kadang terang ini membuat saya dan Hanis ragu untuk ke Muara Gembong, mengingat terakhir kali kami kesana kepleset dan terjerembab ke lumpur beberapa kali.

Kali ini kami siap untuk hal itu. Jangankan jatuh ke lumpur, kami bahkan siap untuk menanam mangrove di antara lumpur hitam yang menggenang. Siap memulai petualangan?

Saturday 2 May 2015

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian.

Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di-share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Wednesday 29 April 2015

Kejutan Saat Kembali Pulang

Cerita sebelumnya klik di sini :)


Jebol
Berbekal internet dengan kuota terbatas, akhirnya saya mulai hunting tiket. Saat itu tinggal tersedia tiket kereta yang keberangkatannya dari Jogja untuk esok hari pukul sepuluh pagi. Sementara saya dan yang lainnya masih di Probolinggo dengan waktu yang telah menunjukkan pukul delapan malam. Bermodalkan uang pinjaman dari Bang Cehu, akhirnya saya dan Hanis memesan tiket kereta Bogowonto tujuan Jakarta. Sementara uang yang harusnya digunakan untuk lanjut perjalanan ke Ijen dan Baluran hanya mendekam di dalam dompet untuk jaga-jaga selama di perjalanan pulang.

Guys, sorry.. Do you know... Where is the hotel or homestay near this place?” Tiba-tiba dua orang Bule menghampiri kami yang masih berkutat di meja makan. Malas meladeni, saya dan Bang Cehu meluncur ke ATM terdekat untuk melakukan transaksi pembayaran. Sementara si Opin sibuk meladeni Bule dengan keminggrisan yang belepotan.

“Kita pulang sekarang.” Ujar saya kepada Hanis yang masih menunduk sambil mengaduk-aduk isi gelas yang tinggal tersisa es batunya saja.

“Tiket gimana?” Tanyanya sambil menoleh lesu.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...