Sunday 17 May 2015

Suatu Hari di Tiga Pulau Bersejarah



Hari masih gelap. Deru sepeda motor semakin mendekat ke arah rumah. Saya segera membuka pintu pagar, memastikan bahwa Hanis telah tiba. Ternyata benar, ia sudah siap berkelana hari ini. Setelah memasukan dua buah raincoat, ponsel dan dompet ke dalam satu ransel, kami menembus pagi yang dingin menuju Muara Kamal, sebuah pasar ikan yang terletak di bilangan Jakarta Barat. Hanya membutuhkan waktu satu jam untuk kami tiba di sana, padahal kalau ke Muara Gembong yang notabenenya masih Bekasi saja membutuhkan waktu hingga dua jam lamanya.

Usai melintasi pasar ikan yang becek dengan bau amis begitu menyengat, Hanis memarkirkan motornya di sebuah pelataran masjid untuk kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang mengikuti kegiatan Charity Trip ke Pulau Kelor, Cipir dan Onrust. Sebuah perjalanan yang dirancang khusus oleh kakak-kakak dari www.indocharity.org ini bukan sekadar jalan-jalan dan foto-foto saja, namun juga memiliki tujuan khusus yaitu sebagai bentuk penggalangan dana untuk pendidikan anak-anak kurang mampu. Maka dari itu, peserta Charity Trip terlihat banyak sekali karena memang tak dibatasi kuota pendaftarannya.


Tanpa perkenalan, tanpa basa-basi, kami dipecah menjadi beberapa kelompok sesuai banyaknya muatan pada masing-masing kapal. Saya tetap berdua dengan Hanis, yang mengikuti acara ini tanpa tahu nama-nama peserta lain. Iya, kebetulan kami mengikuti trip ini karena menggantikan teman yang sedang berhalangan. Lumayan, gratisan.

Kapal mulai bergerak menjauhi daratan, dengan tujuan pertama yaitu Pulau Kelor. Jarak dari dermaga Muara Kamal sampai ke Pulau Kelor ini berkisar dua puluh menit sehingga saya dan Hanis ketiduran dengan berlandaskan geladak kapal. Iya, ngantuk banget deh pagi-pagi buta udah motoran ke Jakarta Barat. Udah gitu angin pantai sepoi-sepoi pula!

Pulau Kelor

Kami tiba di Pulau Kelor bersamaan dengan beberapa kapal lainnya sehingga pulau yang pernah menjadi lokasi pernikahan si ganteng Rio Dewanto ini jadi terlihat ramai sekali. Saya dan Hanis bingung dan hanya muter-muter pulau sampai capek.

"Panas banget, yak!" Ujar Hanis sambil menenggak bekal minum saya.

"Iya, minumannya mahal nggak ya?" Tanya saya sambil membuat 'kode' mata ke tukang penjual minum terdekat.

"Nggak tau. Mau beli?" Tawar Hanis kemudian.

"Nanti aja, deh." Jawab saya santai sambil jeprat-jepret pakai kamera ponsel. Sayangnya, foto-foto yang saya hasilkan tak ada yang bagus. Karena apa? Karena ini...

Eh, ada tenda! Tapi sayang, sampahnya banyak :(
Eh, ada Benteng Martello! Tapi sayang, banyak orang. Ada yang naik-naik pula! :(

Padahal kan ada tulisannya dilarang menaiki Benteng ini ya, tapi mungkin demi instagram yang lebih baik, mereka rela melanggar. Oh iya, bicara sejarah, Benteng Martello di Pulau Kelor ini dulunya merupakan benteng yang dibangun VOC untuk menghindari serangan Portugis pada jamannya, entah jaman kapan. Saya sendiri juga nggak ngikutin si guidenya kemana, malah ngilang berdua. Terus saya dan Hanis jadi semakin malas masuk ke Benteng karena ramai dan bikin pusing. Mau foto di tulisan Pulau Kelor yang gede banget ituh juga ngantrinya naudzubillah. Yaudah, selfie ajah :p

Pipinya nggak muat.
Ciye, pacaran ciye...

Empat puluh lima menit berlalu, terdengar aba-aba dari pengeras suara yang mengharuskan kami berkumpul di dermaga segera. Selanjutnya adalah Pulau Cipir yang hanya berjarak beberapa menit saja sehingga saya dan Hanis tidak melanjutkan tidur seperti sebelumnya. Pulau yang juga disebut dengan Pulau Khayangan ini dulunya adalah rumah sakit untuk perawatan dan karantina penyakit menular bagi para jemaah haji. Hampir seluruh bangunan di tempat ini hancur akibat meletusnya Gunung Krakatau. Tapi masih ada bangunan berupa warung dan mushalla sih, entah itu memang bangunan jaman dulu atau baru dibuat ulang. Saya nggak banyak foto-foto di sini. Soalnya... takut. Serem euy ini pulau banyak bangunan kosong gitu :|

bangunan kosong :(

Tak lama kami di sini karena mengejar makan siang di Pulau Onrust yang letaknya hanya berseberangan dengan Pulau Cipir. Dulunya bahkan ada jembatannya gitu, namun ternyata jembatannya telah lekang oleh waktu dan tersisa butiran debunya saja. Hahaha apa sih. Intinya, sekarang nyeberangnya kudu pakai perahu walaupun cuma sebentar!

Nah, sebelum makan siang kami juga diajak keliling Pulau Onrust yang ternyata lumayan luas dan bikin kaki pegel. Perjalanan dimulai dari mengunjungi museum yang menjelaskan pulau-pulau bersejarah tadi, dari peninggalan-peninggalan keramiknya, batu-batuan, miniatur sebelum dan setelah Krakatau meletus, foto-foto berbingkai klasik, pokoknya benda-benda yang merupakan khas museum.

Ngomong-ngomong, Pulau Onrust ini selain pernah berfungsi sebagai barak karantina haji, ternyata juga pernah menjadi pulau tahanan lho. Ada sebuah arena yang berfungsi sebagai tempat pertarungan kayak gladiator gitu, terus yang kalah diceburin ke sumur. Aaaaaak. Ada lagi cerita lain kalau menang di pertarungan, si yang menang itu diberikan kebebasan tapi dengan cara berenang ke laut. Tapi di tengah laut mereka biasanya ditemukan dalam keadaan meninggal atau malah sengaja dibunuh di tengah laut. Ujung-ujungnya diceburin juga ke sumur itu. Aaaaaak. 

Nggak kuat bayanginnya!

Habis itu kami dibawa ke area kuburan belanda. Saya udah males aja bawaannya. Yang katanya ada putri cantik lah, pangeran apa lah. Ada juga area kuburan pribumi. Saya cuma ngucap salam terus kabur. Iya, kabur ngambil makan siang duluan :|

Barak Karantina Haji
di museum dan foto kenangan
perahu jaman doeloe
ala-ala tersesat

Usai makan siang prasmanan dengan menu ikan, oseng sayur dan sambal yang membuat siapapun mengecapkan lidah, kami diperkenankan untuk mengikuti games-games seru. Saya yang habis makan bawaannya selalu mager (antara makan geratis dan malas gerak) maka memutuskan untuk tidak mengikuti permainan. Begitu pula Hanis yang lebih memilih untu terkantuk-kantuk manja. Hahaha.

Overall, walaupun trip ini dadakan dan gratisan karena menggantikan teman yang berhalangan hadir, ternyata seru juga. Anak gunung yang hampir nggak pernah antusias kalau ngelihat laut ini, ternyata bisa tertarik untuk menjelajahi tiga pulau sekaligus dalam satu hari. Karena banyak pelajaran tentang sejarah Indonesia, terutama masa pertahanan di Jakarta alias Batavia Tempo Doeloe yang membuat mata dan pikiran kami terbuka lebar dan kagum dengan pejuang pembela tanah air.

Soekarno pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya."
Andrea Hirata pernah melanjutkan, "Bangsa yang besar menurunkan sifatnya kepada warganya."
Sekarang saya yang bertanya, "Sudah sejauh mana kamu menghargai sejarah dan bersifat membela tanah air seperti para pahlawan/pejuang?"

Kenali tempat kelahiranmu,
dan berhentilah memaki negerimu sendiri.

17 comments:

  1. Ajakin adek kesana mbak :'' Need holiday :''

    ReplyDelete
    Replies
    1. yok deeek, jadi porter yak! wkwkwk

      Delete
    2. Pulau nya asik buat liburan ramai - ramai :D Tapi harusnya pejalan yang main kesitu nggak boleh buang sampah sembarangan :|

      Delete
  2. ihiiirrr... kentchun gratis :3

    iya antusias kurang kalo ke laut, karena aku ga bisa renang dan takut air :(

    ReplyDelete
  3. Jadi HANIS ..... ok dech hahaha.
    gw suka ketuker2 ama nama ke 3 pulau itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah, kamu udah kebanyakan keliling pulau sih kaaak.
      bukan pulau kelor kamu mah pulau kolor. wkwkwk

      Delete
  4. Tiga pulau bersejarahnya sayang banget ya kurang terpelihara dengan baik, padahal itu bisa menjadi postensi wisata yang baik untuk tempat wisata alam sejarah yang bagus. Kalau saya tidak akan pernah memaki negeriku sndiri, namun lebih kesal bila masih banyak para petugas yang memiliki wewenang daerah potensi ini hanya saling berharap dan mengandalkan. Padahal potensinya cukup besar negeri Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul bgt pak. mungkin itu jg yg membuat orang2 lebih cenderung ke bali atau lombok daripada kepulauan seribu.

      Delete
  5. wah, kusam ya, kalau gak die;ihara bisa2 hancur dan kita akan kehilangan bukti sejarah yang belum tentu bisa dibuat lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, takutnya abrasi terus pulaunya tenggelem deh. hiiiiy sereeeem

      Delete
  6. Tempatnya sih bagus, sayang sampahnya :( harusnya yang berkunjung kesitu nggak boleh buang sampah sembarangan euy :|

    ReplyDelete
  7. Asik ya perjalananya meski kegiatan sosial seru juga. Tp serem pas di pulau yg adbangunan tuanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, hawanya juga jadi horor2 gimana gitu, kak :|

      Delete
  8. Halo, boleh minta cp sewa kapal dari muara kamal?minta diemail ke annisalistyorini @gmail.com
    Terimakasih :)

    ReplyDelete
  9. sayang banget ya kebersihannya kurang, coba kalau sampahnya gak berserakat gitu pasti bagus..

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...