Antusias sudah pasti saya rasakan. Setahun berlalu, akhirnya
ke Muara Gembong lagi! Cuaca setahun belakangan yang kadang hujan kadang terang
ini membuat saya dan Hanis ragu untuk ke Muara Gembong, mengingat terakhir kali
kami kesana kepleset dan terjerembab ke lumpur beberapa kali.
Kali ini kami siap untuk hal itu. Jangankan jatuh ke lumpur, kami bahkan siap untuk menanam mangrove di antara lumpur hitam yang menggenang. Siap memulai petualangan?
Kali ini kami siap untuk hal itu. Jangankan jatuh ke lumpur, kami bahkan siap untuk menanam mangrove di antara lumpur hitam yang menggenang. Siap memulai petualangan?
***
Pagi yang ramai di Alun-alun Bekasi. Angkutan dan kendaraan
yang seharusnya melalui Jalan Ahmad Yani dialihkan ke Jalan Pramuka karena adanya
Car Free Day. Ratusan orang dari berbagai komunitas hadir demi perubahan
pesisir Bekasi yang lebih baik. Saya dan Hanis tergabung di antara mereka.
Pukul tujuh pagi, kami bergegas menuju Muara Gembong. Beberapa menggunakan sepeda
motor sebagai moda transportasi, selebihnya menggunakan mobil.
Saya de ja vu.
“Kangen, yah?” Gumam saya kepada Hanis.
“Iya. Akhirnya ke Gembong lagi.” Jawabnya dengan raut muka
sumringah.
Masih dengan jalanan yang sama. Berlubang di sepanjang Jalan
Perjuangan hingga Pasar Babelan, masih becek dan berlumpur di depan Pertamina.
Semua tak ada yang berubah. Hanya satu hal yang membuat mata kami terus-terusan
menoleh ke sebelah kiri jalan. Gunung Gede dan Pangrango memamerkan
kecantikannya dari tanah Muara Gembong.
Mereka nampak begitu aduhai dari jarak sejauh ini.
Bahkan, di Bekasi pun amat jarang melihat mereka sejelas ini.
Selamat Pagi, Cantik... |
Semesta mendukung. Kami tiba di Kecamatan Muara Gembong
pukul sepuluh pagi. Estimasi waktu dari Kota Bekasi sampai ke Kecamatan masih
sama, yaitu dua sampai tiga jam. Usai menunggu peserta lain terkumpul lengkap,
kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya dan Hanis masuk ke dalam kelompok Bang Baniq akhirnya mendapat giliran untuk naik perahu dengan kapasitas tiga puluh orang. Tujuan pertama adalah
kawasan pesisir Pantai Bahagia. Untuk menuju ke sana masih sama, turun di dermaga kemudian jalan kaki sampai SDN Pantai Bahagia 04. Lokasi penanaman mangrove tak jauh dari sana.
Adzan Dzuhur menyambut kedatangan kami. Menu makan siang berupa nasi, ikan goreng, ayam semur, sayur sop, lalapan dan sambal. Beberapa
peserta lainnya lebih memilih untuk membayar semangkuk bakso yang penjualnya kebetulan
mangkal di dekat lokasi makan siang. Warga yang ramah menemani canda tawa kami selama
mengisi perut dan menunaikan ibadah dzuhur.
Muara Gembong masih terasa terik dengan panas yang menyentuh
kulit, masih dengan langit dan awannya yang tergantung seperti menggoda untuk
diraih. Sementara kami bergegas menuju tempat penanaman mangrove dan bersiap
untuk menjebloskan diri ke dalam lumpurnya yang entah kenapa rasanya seperti
bumi yang amblas.
Awannya. |
Langitnya |
Pohonnya |
Masih tetap sama. Tak berubah. Perjalanan ini benar-benar membuat saya terlempar ke satu tahun lalu di saat Hanis bela-belain ajak saya ke Muara Gembong siang-siang dan pulangnya kemalaman. Tempat ini tak banyak berubah. Hanya beberapa pohon mangrove yang terlihat masih muda dan baru mulai tumbuh.
Menanam Mangrove di Lumpur |
"Ih, kok pada nyusruk-nyusruk gitu ya, Kak?" Tanya Dilla cemas.
"Kayaknya enggak deh, paling cuma selutut tingginya." Jawab Hanis santai. Namun ketika kami mencoba sendiri, ternyata... lumpurnya amblas.
"Gue tenggeleeeem. Tolooong. Hahahaha." Saya berteriak sambil tertawa ngakak. Rasanya seru berjalan di atas lumpur yang ternyata susah banget gerakin seluruh anggota badan, terutama kaki. Apalagi kami diberi tugas menanam bibit-bibit mangrove ini.
Walhasil, saya, Hanis, Dilla, Kak Davit dan Kak Fahrul yang kebetulan memang saling kenal karena pernah terlibat aksi Bekasi Summiter di Gunung Gede, maka kami membuat kelompok sendiri. Saling tarik menarik dengan Kak Fahrul sebagai yang terlincah, sedangkan saya dan Dilla yang paling gembel. Nggak bisa gerak karena kegendutan.
"Aslinya kalau airnya lagi pasang, itu lumpurnya encer, kak. Jadi mudah dilewatin. Nah, ini airnya lagi surut, jadi lumpurnya padat." Ujar Bang Dagul selaku panita. Kami yang diberitahu hanya mengangguk-angguk.
Seru! Dulu kami kesini takut-takut gimana gitu ketika lihat jalanan penuh lumpur. Setahun kemudian malah memasrahkan diri untuk bermain di lumpur. Untung aja nggak ada cacing. Saking asyiknya bermain di lumpur, kami sampai lupa waktu. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk mandi dan bersih-bersih juga terlewat begitu saja sehingga hari semakin sore dan air laut semakin pasang. Para Nelayan dan panitia acara tak berani melanjutkan perjalanan ke Habitat Lutung Jawa. Untunglah saya sudah sempat kesana sebelumnya.
"Kayaknya enggak deh, paling cuma selutut tingginya." Jawab Hanis santai. Namun ketika kami mencoba sendiri, ternyata... lumpurnya amblas.
"Gue tenggeleeeem. Tolooong. Hahahaha." Saya berteriak sambil tertawa ngakak. Rasanya seru berjalan di atas lumpur yang ternyata susah banget gerakin seluruh anggota badan, terutama kaki. Apalagi kami diberi tugas menanam bibit-bibit mangrove ini.
Walhasil, saya, Hanis, Dilla, Kak Davit dan Kak Fahrul yang kebetulan memang saling kenal karena pernah terlibat aksi Bekasi Summiter di Gunung Gede, maka kami membuat kelompok sendiri. Saling tarik menarik dengan Kak Fahrul sebagai yang terlincah, sedangkan saya dan Dilla yang paling gembel. Nggak bisa gerak karena kegendutan.
"Aslinya kalau airnya lagi pasang, itu lumpurnya encer, kak. Jadi mudah dilewatin. Nah, ini airnya lagi surut, jadi lumpurnya padat." Ujar Bang Dagul selaku panita. Kami yang diberitahu hanya mengangguk-angguk.
Seru! Dulu kami kesini takut-takut gimana gitu ketika lihat jalanan penuh lumpur. Setahun kemudian malah memasrahkan diri untuk bermain di lumpur. Untung aja nggak ada cacing. Saking asyiknya bermain di lumpur, kami sampai lupa waktu. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk mandi dan bersih-bersih juga terlewat begitu saja sehingga hari semakin sore dan air laut semakin pasang. Para Nelayan dan panitia acara tak berani melanjutkan perjalanan ke Habitat Lutung Jawa. Untunglah saya sudah sempat kesana sebelumnya.
Mari menanam bibit pohon. |
"Kalau kamu duduk di bawah pohon yang rindang dan sejuk, berterimakasihlah kepada seseorang yang telah menanam bibitnya di masa lampau." Sebuah kalimat bijak seketika membuat saya sadar betapa pentingnya menanam pohon dan betapa merugikannya bentuk penebangan liar atau bahkan kebakaran hutan. Tak ada lagi yang dapat menjaga bumi ini selain kita sendiri sebagai penghuninya.
***
Bekasi itu Indah, Kawan :) |
***
Thanks to: @SaveMugo, Delegasi Komunitas, Panitia Acara, Peserta Acara, dll
Artikel terkait Muara Gembong:
disini kami tanam 100 pohon eeh tapi penambang liar (sengaja dibiarkan menambang) malah membabat puluhan ribu pohon.. cape dee..
ReplyDeleteCAPEK AKU MAAAS, CAPEK!!! :(
DeleteLumpurnya dalem gtu yah
ReplyDeleteiyaaah, njeblooos :(
DeleteEh, ini yg dulu tempat yg bikin kamu menang lomba ngeblog itu kan Git?
ReplyDeleteiya betul mas. akhirnya balek sini lagi :')
Deleteseru dan bermanfaat ya mbak kegiatannya :)
ReplyDeleteiya, kak. ikutan ya kapan2 :)
Deletebermanfaat , hanay sebetulnya pemeliharaannya ynag pelu diperhatikan ya, karena kadang yang ditanam banyak tapi yang tumbuh sedikit. tapi daripada tidak. BTW foto pohon yang meranngas di depan mesjid. eksotis banget bisa aku bikinin puisi tuh
ReplyDeleteaih, kalau sudah jadi puisinya, bolehlah kulihat :)
DeleteKegiatan kalian asyik sekali. Semoga diikuti yang lain agar alam di negeri tercinta tetap terjaga :)
ReplyDeleteaamiiin, makasih kaak :)
DeletePengen ada bgini jg di jembrana bali..
ReplyDeleteCz sedikit demi sedikit dratan sdh banyak yg berkurang, banyak banget
iyah sayang banget yaa. Orang-orang hanya fokus bermain di Bali yang mewah tanpa tau pesisir Jembrana yang sudah banyak berkurang daratannya :''(
Deletetempatnya terisolir begitu ....
ReplyDeletetapi pantainya bisa rusak seperti itu ya ....
iya karena abrasi pantai kak :'(
DeleteAsyik banget tuh bisa nanem pohon sekalian maen lumpur.. Tapi sedih jugak sih karena mangrovenya baru muda-muda.. :(
ReplyDeleteiyah, pelan2 dia tumbuh kok :")
DeleteTerus semangat menanam pohon ya :D
ReplyDeleteayo kakkk, ikutaaan :D
DeleteMari bersama mewujudkan lingkungan yang hijau dan nyaman untuk dirasakan. Jika bukan kita yang memulai, siapa lagi? Kami sebagai perusahan kemasan makannan membuat produk ramah lingkungan untuk membantu mewujudkan lingkungan di indonesia agar lebih hijau dan nyaman. Lebih lanjut tentang kami di : http://www.greenpack.co.id/
ReplyDelete