Cerita sebelumnya bisa klik disini :)
Foto terakhir sebelum pendakian |
Perjalanan dimulai dengan barisan sesukanya. Tak ada peraturan satu jalur atau bergerombol. Pengunjung Papandayan hari itu bisa dibilang agak ramai. Eh, bukan agak ramai lagi, namun sangat--ramai--sekali. Om Ipung dan Bang Endi jalan duluan. Kebetulan mereka-lah yang membawa tenda. Lagipula mereka juga sudah hapal rute pendakian. Anggap saja ini daerah kekuasaan mereka. *PasangKacamata*
Kak Ida berjalan paling belakang dan dikawal ketat oleh Bang Coco. Entah persiapan fisik yang kurang matang atau kaget dengan pengalaman pertamanya dengan gunung, ia merasakan sesak. Sabar kak, Kakak pasti kuat :'( Sementara saya, ehm, saya berjalan sesuka hati. Kadang dekat mas Nur, kadang kejar-kejaran sama a'Novel, kadang ngobrol-ngobrol unyu disebelah Ibang, kadang diam tanpa kata dibelakang bang Adi, kadang dorong-dorongan ke kawah sama Immut. Hahahaha :D
Barisan terlihat tak putus-putus. Beberapa kali saya dibalap anak Lab School, nampaknya mereka sedang diklat disini. Seringkali saya membatin, "Hae, dedek-dedek ganteng. Gak ada yang mau kenalan sama kakak?" (--,)> *sambil-guling-guling-di-pasir*
Setelah dua jam berjalan, akhirnya kami tiba di Hutan Mati. Dan saatnya berfoto-foto-ria *LepasCadar*
ini namanya hutan mati |
Dua Bendera |
OrangeHolic dan Bapaknya |
inih akoh gelayutan :3 |
Mari Lanjutkan Perjalanan, Kawan :) |
Om Ipung dan Bang Endi mungkin sudah tiba di Camp Pondok Salada. Perkiraan hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit dari Hutan Mati untuk sampai kesana.Saya dan Bang Adi melanjutkan perjalanan duluan. Rombongan kami masih berfoto-foto ria di belakang. Sampai akhirnya tersesat dan tak tau arah jalan pulang #halah. Iya, saya sama Bang Adi tiba-tiba cuma berdua di hutan mati dan bingung mesti kemana. Lalu apa yang kami lakukan disanaaa? Hayoooo!! PADA KEPO KAN!! :D
Kami beristirahat sejenak, membuka cemilan sambil meneriakkan rombongan yang jauh di belakang. Agak lama juga menunggu kedatangan mereka. Ah iya, disini kami sempat kena jepret reporter nakal. Foto dibawah ini diambil dari metrotvnews(dot)com . Sempat dipublish juga di Koran Media Indonesia edisi 1 April 2013. Ehm, baeklah..
Jangan tinggalkan aku, Bang Adi :'( |
Setelah kami berkumpul, akhirnya Bang coco menunjukkan jalan terang. Dari kejauhan nampak tenda warna-warni mengelilingi Camp Pondok Salada. Hmm, sudah ramai.
disini masih keliatan sepi |
ini gunung atau pasar? :| |
Ternyata benar dugaan saya bahwa Om Ipung dan Bang Endi telah sampai duluan. Bahkan mereka sudah mendirikan tenda. Rombongan A'Novel juga sudah gelar lapak disana. Hmm, ternyata saya keong juga jalannya. Lama :(
Sesampainya di Pondok Salada, kami segera makan siang. Perut Om Ipung yang kelaparan agak terlihat menciut. Hahaha. Tapi gak cuma Om Ipung doang kok yang kelaparan, kami semua kelaparan. Terutama saya yang paginya hanya makan bubur ayam. Dan saking laparnya, sampai lupa tak ada yang mendokumentasi kegiatan makan siang ini. huhu :(
Setelah makan siang, beres-beres tenda dan gear, beberapa teman kami tidur siang. Saya juga sebenarnya mengantuk sekali saat itu. Cuma Om Ipung emang resek, tiap saya merem diteriakin suruh ambil air. Errr >_< Saya sendiri gak ngerti kenapa sesiang itu doi nyuruh ngambil air. Katanya buat masak. Ha? Barusan kan habis makan!!
Immut dan Mbak Gita, Bobo-bobo-Unyu |
Hae, Ibang dan Topi merahnya ;) |
ini saya sendiri gak ngerti dua orang ini lagi ngapain :| |
Kavling Tenda Anak Stiba B-) |
Setelah ambil air, leyeh-leyeh dan istirahat, jam empat sore kami bersiap untuk summit attack. Gak summit juga sih ceritanya, cuma ke Tegal Alun ajah. Hahaha soalnya waktu itu cuacanya lagi berkabut dan agak gerimis. Oh iya, sebelum saya berangkat, tiba-tiba rombongan ayek-ayek datang (Temen Nyemeru, bisa dibaca disini). Ada Kang Fachri juga, iya, Kang Fachri yang itu. Kalo ketemu beliau mah bawaannya langsung bikin rencana, "Mau boker dimana? Bareng ya." Hemm -_- Mereka datang kesini dengan tujuan wisuda di gunung.
ini luchuk :D |
ini anak siapa? |
Mas Eko, Mas Nur dan Om Ipung stay di tenda. Dan yak, kami terpisah menjadi beberapa rombongan. Kak Ida jalan duluan sama bang Endi dan bang Coco. Sementara saya dan yang lainnya bersama anak-anak UPI. Ternyata a'Novel juga belum hapal jalur ke puncak. Memang agak sulit menemukan tanda-tanda jalur di hutan mati. Beberapa kali Mbak Gita mengeluh minta pulang karena kami tiga kali menemukan jalan buntu. Namun Mas Andre tetap menyemangati, "Tangghuuung".
Dan kami bersyukur ketika melintasi tanda ini...
Beberapa kali bersimpangan dengan pendaki yang akan turun dan berkali-kali mendengar ucapan, "Semangat mbak, sepuluh menit lagi sampee..."
Tanjakan ini benar-benar 'Mamang' sekali -_- |
Sempat bersitegang dengan Immut cuma gara-gara air minum. Ehm, sorry, Mut, diriku ndhak tega cerita disini. Hehe ^^v
Immut dan Kak Amel terlihat pasrah |
Papandayan bener-bener gak ada bonusnya, yah. Jalurnya nanjak terus. Kak Amel sempat keram berkali-kali. Dan, ehm, kali ini gak ada yang menemani saya sampai puncak. Rombongan juga terputus-putus, terpisah-pisah. Mbak Gita sama Mas Andre, Immut sama Kak Amel, saya sebatang kara :( Eh enggak deng, saya jalan dibelakang Bang Adi. hemm *garuk-garuk-kepala*
Setelah merangkak dan tarik-tarikan di tanjakan mamang, jalan lagi, istirahat, jalan, istirahat, dan kayaknya itu lebih dari sepuluh menit deh -_- akhirnya kami tiba disini...
Setelah merangkak dan tarik-tarikan di tanjakan mamang, jalan lagi, istirahat, jalan, istirahat, dan kayaknya itu lebih dari sepuluh menit deh -_- akhirnya kami tiba disini...
Semesta, Izinkan Aku Berpuisi... |
Dan disinilah kakiku berpijak,
Tegal Alun,
Padang edelweis yang meninggalkan ribuan jejak..
Disinilah kakiku berpijak,
Hamparan rumput dan dedaunan hijau,
Laksana permadani menjuntai di langit,
Bunga-bunga abadi,
Malu-malu bermekaran,
Ranum..
Harum...
Disinilah kakiku berpijak,
Diantara jutaan edelweis,
Dibumi pertiwi yang gerimis,
Ditanah lembab yang beraroma manis,
Udara gunung yang dingin nan romantis,
Mistis...
Mistis...
Disinilah kakiku berpijak,
Seorang diri,
Tanpamu,
Lagi...
Puncak Tegal Alun
Papandayan - Garut
29 Maret 2013
Bersambung ke Papandayan #4 (end) bisa klik disini...