Monday, 8 April 2013

Kemping Unyu Papandayan #3

Cerita sebelumnya bisa klik disini :)


Foto terakhir sebelum pendakian

Perjalanan dimulai dengan barisan sesukanya. Tak ada peraturan satu jalur atau bergerombol. Pengunjung Papandayan hari itu bisa dibilang agak ramai. Eh, bukan agak ramai lagi, namun sangat--ramai--sekali. Om Ipung dan Bang Endi jalan duluan. Kebetulan mereka-lah yang membawa tenda. Lagipula mereka juga sudah hapal rute pendakian. Anggap saja ini daerah kekuasaan mereka. *PasangKacamata*

Kak Ida berjalan paling belakang dan dikawal ketat oleh Bang Coco. Entah persiapan fisik yang kurang matang atau kaget dengan pengalaman pertamanya dengan gunung, ia merasakan sesak. Sabar kak, Kakak pasti kuat :'( Sementara saya, ehm, saya berjalan sesuka hati. Kadang dekat mas Nur, kadang kejar-kejaran sama a'Novel, kadang ngobrol-ngobrol unyu disebelah Ibang, kadang diam tanpa kata dibelakang bang Adi, kadang dorong-dorongan ke kawah sama Immut. Hahahaha :D

Barisan terlihat tak putus-putus. Beberapa kali saya dibalap anak Lab School, nampaknya mereka sedang diklat disini. Seringkali saya membatin, "Hae, dedek-dedek ganteng. Gak ada yang mau kenalan sama kakak?" (--,)> *sambil-guling-guling-di-pasir*

Setelah dua jam berjalan, akhirnya kami tiba di Hutan Mati. Dan saatnya berfoto-foto-ria *LepasCadar*

ini namanya hutan mati

Dua Bendera

OrangeHolic dan Bapaknya

inih akoh gelayutan :3

Mari Lanjutkan Perjalanan, Kawan :)


Om Ipung dan Bang Endi mungkin sudah tiba di Camp Pondok Salada. Perkiraan hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit dari Hutan Mati untuk sampai kesana.Saya dan Bang Adi melanjutkan perjalanan duluan. Rombongan kami masih berfoto-foto ria di belakang. Sampai akhirnya tersesat dan tak tau arah jalan pulang #halah. Iya, saya sama Bang Adi tiba-tiba cuma berdua di hutan mati dan bingung mesti kemana. Lalu apa yang kami lakukan disanaaa? Hayoooo!! PADA KEPO KAN!! :D

Kami beristirahat sejenak, membuka cemilan sambil meneriakkan rombongan yang jauh di belakang. Agak lama juga menunggu kedatangan mereka. Ah iya, disini kami sempat kena jepret reporter nakal. Foto dibawah ini diambil dari metrotvnews(dot)com . Sempat dipublish juga di Koran Media Indonesia edisi 1 April 2013. Ehm, baeklah..

Jangan tinggalkan aku, Bang Adi :'(



























Setelah kami berkumpul, akhirnya Bang coco menunjukkan jalan terang. Dari kejauhan nampak tenda warna-warni mengelilingi Camp Pondok Salada. Hmm, sudah ramai.


disini masih keliatan sepi

ini gunung atau pasar? :|

Ternyata benar dugaan saya bahwa Om Ipung dan Bang Endi telah sampai duluan. Bahkan mereka sudah mendirikan tenda. Rombongan A'Novel juga sudah gelar lapak disana. Hmm, ternyata saya keong juga jalannya. Lama :(

Sesampainya di Pondok Salada, kami segera makan siang. Perut Om Ipung yang kelaparan agak terlihat menciut. Hahaha. Tapi gak cuma Om Ipung doang kok yang kelaparan, kami semua kelaparan. Terutama saya yang paginya hanya makan bubur ayam. Dan saking laparnya, sampai lupa tak ada yang mendokumentasi kegiatan makan siang ini. huhu :(

Setelah makan siang, beres-beres tenda dan gear, beberapa teman kami tidur siang. Saya juga sebenarnya mengantuk sekali saat itu. Cuma Om Ipung emang resek, tiap saya merem diteriakin suruh ambil air. Errr >_< Saya sendiri gak ngerti kenapa sesiang itu doi nyuruh ngambil air. Katanya buat masak. Ha? Barusan kan habis makan!!

Immut dan Mbak Gita, Bobo-bobo-Unyu

Hae, Ibang dan Topi merahnya ;)

ini saya sendiri gak ngerti dua orang ini lagi ngapain :|

Kavling Tenda Anak Stiba B-)
Setelah ambil air, leyeh-leyeh dan istirahat, jam empat sore kami bersiap untuk summit attack. Gak summit juga sih ceritanya, cuma ke Tegal Alun ajah. Hahaha soalnya waktu itu cuacanya lagi berkabut dan agak gerimis. Oh iya, sebelum saya berangkat, tiba-tiba rombongan ayek-ayek datang (Temen Nyemeru, bisa dibaca disini). Ada Kang Fachri juga, iya, Kang Fachri yang itu. Kalo ketemu beliau mah bawaannya langsung bikin rencana, "Mau boker dimana? Bareng ya." Hemm -_- Mereka datang kesini dengan tujuan wisuda di gunung.


ini luchuk :D
ini anak siapa?

Mas Eko, Mas Nur dan Om Ipung stay di tenda. Dan yak, kami terpisah menjadi beberapa rombongan. Kak Ida jalan duluan sama bang Endi dan bang Coco. Sementara saya dan yang lainnya bersama anak-anak UPI. Ternyata a'Novel juga belum hapal jalur ke puncak. Memang agak sulit menemukan tanda-tanda jalur di hutan mati. Beberapa kali Mbak Gita mengeluh minta pulang karena kami tiga kali menemukan jalan buntu. Namun Mas Andre tetap menyemangati, "Tangghuuung".

Dan kami bersyukur ketika melintasi tanda ini...


















Beberapa kali bersimpangan dengan pendaki yang akan turun dan berkali-kali mendengar ucapan, "Semangat mbak, sepuluh menit lagi sampee..."

Tanjakan ini benar-benar 'Mamang' sekali -_-

Sempat bersitegang dengan Immut cuma gara-gara air minum. Ehm, sorry, Mut, diriku ndhak tega cerita disini. Hehe ^^v


Immut dan Kak Amel terlihat pasrah
Papandayan bener-bener gak ada bonusnya, yah. Jalurnya nanjak terus. Kak Amel sempat keram berkali-kali. Dan, ehm, kali ini gak ada yang menemani saya sampai puncak. Rombongan juga terputus-putus, terpisah-pisah. Mbak Gita sama Mas Andre, Immut sama Kak Amel, saya sebatang kara :( Eh enggak deng, saya jalan dibelakang Bang Adi. hemm *garuk-garuk-kepala*

Setelah merangkak dan tarik-tarikan di tanjakan mamang, jalan lagi, istirahat, jalan, istirahat, dan kayaknya itu lebih dari sepuluh menit deh -_- akhirnya kami tiba disini...



Semesta, Izinkan Aku Berpuisi...



Dan disinilah kakiku berpijak,
Tegal Alun,
Padang edelweis yang meninggalkan ribuan jejak..

Disinilah kakiku berpijak,
Hamparan rumput dan dedaunan hijau,
Laksana permadani menjuntai di langit,
Bunga-bunga abadi,
Malu-malu bermekaran,
Ranum..
Harum...

Disinilah kakiku berpijak,
Diantara jutaan edelweis,
Dibumi pertiwi yang gerimis,
Ditanah lembab yang beraroma manis,
Udara gunung yang dingin nan romantis,
Mistis...

Disinilah kakiku berpijak,
Seorang diri,
Tanpamu,
Lagi...

 Puncak Tegal Alun
Papandayan - Garut
29 Maret 2013


  

 







Bersambung ke Papandayan #4 (end) bisa klik disini...


Sunday, 7 April 2013

Kemping Unyu Papandayan #2

Cerita sebelumnya bisa klik disini :)



28 Maret 2013

Meeting Point kami tentukan di perempatan Kayu Ringin. Hampir semua peserta trip kali ini mahasiswa/i STIBA, diluar stiba hanya Bang Adi dan Bang Endi. Bang Adi datang belakangan, dan kami cukup lama menunggu kedatangannya. Bang Adi diantar oleh Ibunya menggunakan sepeda motor. Ibunya ini benar-benar DEWI sekali, beliau dibonceng bang Adi sambil mengenakan kerir, namun ketika ingin turun dari motor, beliau jatuh ngejengkang karena keberatan. Antara mau ketawa atau prihatin, saya hanya bungkam. Dan seluruh mata yang sedang terjebak lampu merah di perempatan Kayu Ringin, terpana melihat kejadian tersebut. Maaf ya Tante :')


di perempatan lampu merah kayu ringin. pengendara motor yang melintas selalu menoleh ke arah kami :)

Oke, perjalanan dimulai pukul sepuluh malam. Kami berjalan beriringan menuju halte tol Bekasi Barat. Sempat tertipu oleh Kenek Bus Cililitan yang mengatakan Bus menuju Kampung Rambutan telah habis malam itu. Kami sudah sempat naik dan ber-leyeh-leyeh di Bus Cililitan namun tiba-tiba bis terakhir menuju Kampung Rambutan tiba. Alhasil dengan tergopoh-gopoh kami pindah bis. (Kok bahasa saya aneh ya?)

Bus mulai jalan perlahan. Dengan ditemani alunan suara sumbang pengamen, beberapa dari kami tertidur atau sekedar memejamkan mata. Menembus jarak Bekasi - Jakarta Timur melalui Cikunir sehingga memaksa otak saya untuk mengingatnya. Saya menghela napas, ini trip ke-sekian saya tak bersamanya...

Bisakah kau merasakan perasaan seorang gadis di pojokan bus sana?

Kami tiba di Kampung Rambutan setengah sebelas malam. Sesaat ketika kami sampai, saya bertemu dengan Siskom. Siskom ini temannya A' Novel, kami memang janjian untuk bertemu disini dan berangkat ke Garut bersamaan. Tak lama kemudian kami bertemu dengan Om Ipung. Setelah personel lengkap dan urusan buangair selesai, akhirnya kami berjalan beriringan dan masuk kedalam terminal. Memilih dan mencari bus dengan sangat selektif #halah

Seluruh kerir diletakkan di bagasi. Saya duduk terpisah dengan rombongan. Siskom ini ajaib, bisa-bisanya dia menyisakan satu tempat duduk untuk temannya, padahal temannya ada di Rest Area KM 57. Sementara kondisi bus penuh dan beberapa penumpang yang berdiri mulai gelisah melihat ada satu bangku kosong tak berpenghuni. Beberapa kali ia ditegur Bapak Kondektur. Namun tetap saja cuek dan, ehm, agak sedikit ribet sepertinya. Hehehe :D



29 Maret 2013

Kondisi jalan saat itu macet, long weekend. Bus baru bergerak meninggalkan kampung rambutan pukul duabelas malam. Kemudian baru melintasi daerah Bekasi satu jam berikutnya. Dan tiba di Rest Area KM 57 tepat jam dua. Setelah bersitegang dengan Bapak Kondektur, akhirnya temannya siskom ditemukan sedang berdiri di pinggir jalan. Ia masuk dan dengan santainya duduk disebelah Siskom. Batin saya agak miris melihat pendaki lain yang sedaritadi kelelahan berdiri. Sudahlah, biar dijadikan pengalaman.

Target kami tiba di terminal Guntur jam empat pagi. Namun apa daya, karena macet yang tiada tara ternyata jam empat kami masih di Cileunyi. Dan touchdown Terminal Guntur tepat setengah enam pagi. Hari sudah terlalu siang untuk melanjutkan tidur lagi.

Setibanya di Terminal Garut, kami segera menuju masjid terdekat. Disana telah berkumpul ratusan bahkan ribuan pendaki. Eh, kedengarannya berlebihan ya. Hahaha. Iya, jumlah pendaki saat itu memang banyak sekali. Rada curiga pengunjung Tangkuban Parahu pindah kesini -_-

Kedatangan kami disambut oleh a' Novel yang sudah menunggu lama. Beberapa teman kami menunaikan ibadah shalat shubuh yang tertunda, beberapa orang lagi bersih-bersih-badan, namun saya yang sedang berhalangan (lagi) kebagian menjaga tas dan kangen-kangenan sama a' Novel. hahaha dan akhirnya berkenalan sama teman-teman beliau yang semuanya merupakan mahasiswa/i UPI Bandung. Teman-teman saya pada sombong nih, bukannya kenalan malah sibuk ngerumpi sendiri.

Hastag UHUK :D
Penitipan Barang


ini saya sama teman-temannya A' Novel a.k.a anak-anak UPI
Ngerumpi Sendiri

Kami juga menyempatkan diri untuk sarapan. Saya dan beberapa orang lainnya hanya makan bubur ayam yang berhasil membuat perut kami keroncongan lagi beberapa jam kemudian.


Selamat Makan Pagi :)


Perjalanan kami lanjutkan setelah urusan perut selesai. Kurang lebih jam tujuh kami baru meninggalkan Terminal Garut dan men-charter angkot menuju desa Cisurupan. Total rombongan kami menjadi 25 orang sehingga membutuhkan dua angkot. Saya dan Bang Endi kebagian angkot bareng anak-anak UPI. Setelah bercakap-cakap dengan beberapa orang diantara mereka, ternyata ada satu orang tetangga saya disana. Namanya Vian, anak Narogong, sekolahnya di 9. Hahaha jauh-jauh ke Garut ketemunya anak Bekasi lagi.

Setibanya di Desa Cisurupan, kami segera men-charter mobil bak terbuka dan ternyataaaaa, jalur menuju basecamp terakhir maceeeeet sekaliiiiiiii. Mungkin sangking ramainya pengunjung ya? Entahlah..

Dan saya pribadi lupa jam berapa kami tiba di basecamp. Setelah re-packing, simaksi, foto-foto dan berdoa bersama, pendakian dimulai...





(Bersambung ke Papandayan #3 bisa klik disini)

Saturday, 6 April 2013

Kemping Unyu Papandayan #1

Daaaaaaaan, yak!
Setelah turun dari Papandayan seminggu lalu, akhirnya saya mosting juga. Mengingat-ingat hal apa yang telah terjadi disana, suka-duka-dan-modus-pastinya. Serta target turun berat badan 6kg yang ternyata malah nambah berkilo-kilo karena makan terus. Sukses Kak Ida dan Mbak Gita!!!

Harus saya perkenalkan satu persatu lagi nggak, sih?
Kebetulan yang join trip ini hampir sama kayak Cidahu-Cicurug kemarin (bisa dibaca di sini) walaupun ada beberapa tambahan orang. Yah, sekalian numpang tenar, mari saya perkenalkan satu per satu (lagi) orangnya :)



Bang coco ini Captain tim kita. Doi yang paling bawel masalah perlengkapan dan persiapan perorangan. Terutama dalam hal ngingetin "Bawa baju yang banyak, disana dingin banget. Berlapis-lapis" -- Tapi karena kulit saya tebel dan lemaknya banyak, saya bahkan gak bawa baju apa-apa, cuma jaket doang dua lembar sama pakaian dalem. Hehehe. Bang Coco bawa banyak temen backpackerannya. Yuk, scroll kebawah.



Wuuuuhuuuu :D Salam jempol braddaaa d(-_-)b
Doi emang backpacker sejati, tapi ini first time doi meng'gunung'. Dulu sempet ke Gede tapi mentok di curug, terus mau ke Semeru malah melipir ke Bromo. Jalannya selow tapi cepet, rada curiga doi ini titisan keong atau kancil #Abaikan. Masih pendiem kayak trip sebelumnya, susah dimodusin. Percaya deh! Keliatannya doi orang yang sabar. Iya, rata-rata Gooner emang penyabar kan? Ehhh ^^v



Ini temennya Bang Coco juga. Lulusan Tata Boga UNJ. Hahaha panggil aja Om, Om Ipung. Iya, beliau sejenis om-om-ganjen-dengan-motto-om-senang-om-bayar. Udah punya anak tapi masih modus kemana-mana. Gak ada yang mau satu tenda sama Om Ipung. Entah takut diapa-apain atau emang tendanya gak muat sama badan doi yang gede banget ini. Kesalahan terbesar gue adalah sering keceplosan ngomong jorok didepan Om Ipung, jadi panjang urusannya -___-




Panggilannya Bang Endi. Inisiatif saya aja sih ngetik namanya jadi A. Suhendi. Bacanya jangan disambung ya :D Hahaha. Doi orangnya kecil tapi kancil. Jalannya cepet banget padahal cuma pakek sendal jepit yang udah banyak streplesan dimana-mana. Dulu pernah kerja di restoran belanda, tapi gakmau masakin kita makanan belanda. Paling jago minta rokok sama kopi ke orang yang bahkan baru doi kenal saat itu juga. Bang Endi adalah contoh mountaineer dan biker sejati yang sangat sayang istri (baca : suami-suami-takut-istri)

Wahyudi Eko Wantoro


Perkenalkan, ini dia penampakan Ketua BEM STIBA IEC Bekasi TA 2012/2013. Doi nekat ikut dengan bawaan tas Laptop yang isinya baju sama celana selembar. Berangkat pun cuma pake jeans, sepatu sneakers dan jaket kulit yang katanya anti air. Kita yang cewek-cewek bawa beban berat rasanya iri deh yah liat dia tasnya enteng gituuuh. Oke, untung doi gak hypotermia gara-gara tidur pun gak pake sleeping bag. Serem yah :( Posenya itu lhooo, gak nahan bangeeeet. Antara lagi jadi model coverboy atau lagi nahan boker. Pfffffft -_-

Mas Andre - Kuncen STIBA


Mas Andre juga sama, nekat bawa daypack doang tanpa sleeping bag. Tapi doi sih mending, sebelumnya uda pernah 'munggah'. Terus juga nurut disuruh bawa logistik yang bikin tasnya jadi berat. Doi baik hati dan tidak sombong, mau morterin mbak Gita bawa tas depan belakang, selalu nyemangatin temen-temen kita yang mulai kepayahan dengan suara medhoknya yang khas banget. "Tangghung, Tangghuuung! Lima menit laghi sampeeek. Diatas adha mall" :''')



Ibang join lagiiiiiiii :D Bermodalkan lemparan gear dari pacar kakaknya, eh maksudnya kakaknya si pacar, akhirnya doi ikut. Ngoceh terus sepanjang perjalanan, cadangan cokelatnya banyak, pakek topi rimba dari bahan kulit yang warnanya merah tanah unyu-unyu gituh, nanti deh liat pictnya. Hahaha. And that was the first time doi munggah :)



GELA KAN IMMUT FOTONYA GELA BANGETTT!!! hahahhaha
Masih suka ngakak kalo zoom in - zoom out foto ini. Immut ini pedenya over banget deh. Gak ngerti apa karena impuls-impuls otaknya yang udah gak beraturan atau hormon testosteronnya berhenti bekerja dengan baik #ApaHubungannya. Coba liat dari atas kebawah, "Barang apa dari semua barang yang melekat ditubuh Immut, yang nggak minjem?" Hahahaha SEMUANYA MINJEM!! Cuma celana sama baju rajut panjang warna merahnya itu doang yang gak minjem. Hastagaaa... Immuuuut... Sangarrr tas pinggangnya. Hahaha (Apa lo, Mut? Mau bales postingan gue? Sinihhh baleeees. wkwkwkw :p )




Nggak sebawel biasanya, nggak se-resek biasanya, nggak seceria biasanya. Tidur duluan, bangun belakangan. Gak ikut muncak pula. Iyah, Mas Nur emang lagi galau. Dari munggah sampe mudhun, doi galau. Bapak pacarnya meninggal, dan doi bingung harus balik duluan atau gimana. Jadinya doi galau. Mari teman-teman, kita bacakan Al-Fatihah...



Wuhuuuuu :D Kak Ida satu-satunya emak-emak yang join di trip ini. Liat dong badannya, Keker banget kan :D Semangatnya gak pernah habis walaupun napasnya udah hampir habis. Doi akhirnya nyerah bawa kerir segede gaban yang baru dibeli itu dan kerirnya dibawain Mas Eko si ketua BEM (Rasakno --") Doi objek foto dengan jumlah pict terbanyak di kameranya Bang Coco #EhMaap #CeritanyaKeceplosan. Dan suaminya uring-uringan dirumah sampai jatuh sakit karena istrinya pergi dengan pria lain. ihiiiiiiiiiiiyyyy :D Saya tau pasti Kak Ida mbatin gini, "Ih Gete parah banget. Lemes nih Gete. Bocooooooor" ^^v




Si OrangeHolic yang unyu-unyu dan serba jijik-an ini akhirnya betah dihutan. Hahaha. Target susut enam kilonya juga gagal gara-gara dikit-dikit makan. Seneng ada dia di trip ini, jadi ada hiburan yang manja-manja gimana gitu. wkwkwk. Hei kakak dengan nama sama, lain kali kita main ke gunung lagi ya :)




Kak Amel, orang yang paling antusias waktu saya baru turun dari Semeru. Dan paling interest waktu diajak ke Papandayan. Orangnya baik banget, gak emosian kayak saya. Makanya Immut betah deket doi dan ngejauh dari saya. Doi sempet keram berkali-kali dan muka melasnya itu kasihan banget :'(




Nah ini saya, Agita Violy, anak kecil unyu yang suka modus dan cengengesan. Sebagian manggil Gete, ada juga yang manggil Agit. Tujuan saya kesini sebenernya mau reunian sama temen-temen Semeru kemarin. Hehehe tapi berhubung temen-temen kampus berhasil diracunin, jadi ya saya berangkat bareng mereka. Udah ah, tentang diriku jangan banyak-banyak, nanti suka loh ;) *kedip-kedip-ganjen*



Pria tangguh asal Bandung. Rombongan saya dijemput sama dia di Terminal Guntur, Garut. Rencana awalnya kita sama-sama bawa rombongan terus jalan bareng, eh ternyata malah saya sama dia doang yang jalan berdua, rombongan kita misah. Hahaha enggak ding, betjanda *blush* A'novel ini temen nyemeru, doi bawa temen-temen kuliahnya, tapi saya juga lupa siapa aja. Hahaha. Jangan panjang-panjang juga deh tentang A' Novel, nanti ada yang cemburuuuuuu :D


Ada yang belum kesebut kah? Mention aja ya di twitter saya @agitavio. Hahaha kali ini perkenalan aja dulu, cerita selanjutnya di Part 2, Oke? 


(Bersambung ke Papandayan #2 bisa klik disini)

Wednesday, 6 March 2013

Cerita dari Kaki Gunung Salak (End)

Cerita sebelumnya bisa klik disini :)

Setelah berfoto mesra dan bermain air, kami akhirnya pulang. Agak labil dan terlunta-lunta akan pulang hari ini juga, atau menginap di rumah kawan Bang Coco (Papanya Cikal). Perjalanan pulang melalui jalur yang berbeda. Jalur ini lebih dekat dengan rumahnya Cikal. Dan sepanjang perjalanan pulang, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa, kawan sekelas yang luar biasa serta perjalanan yang luar  biasa :D


Coboy Senior - Nunggu Bidadari jatuh dari surga

Cikal :D

cikal lagiiiiiiiiii :D

 
Anak Sawah


Desa Cicurug - Cidahu

Menatap Surau

Sebut saja empang :)

Langit dan Bumi

Angkot

Cubluk a.k.a Jamban a.k.a Toilet Umum

Nampak Gunung apa itu dari kejauhan :')

Kakiku, di kaki Gunung Salak
Dan disaat perjalanan turun, ada yang sempet-sempetnya jajan cilok.
Patah sudah teori "Demi Enam Kiloooo!!!"

Jajan Cilok

Tak lama setelah jajan cilok, kami tiba dirumah Cikal. Membersihkan badan dan berganti pakaian. Hampir semuanya mandi, namun saya tidak. Saya cuma mitu-an. Apa itu mitu-an? Sebut saja tisu-basah-an. #Abaikan

Sempat beberapa kali ditawarkan Papanya Cikal agar menginap dan bakar ikan. Namun apa daya, sebagian menolak dan punya acara penting keesokan harinya. Baiklah, perjalanan pulang dilanjut dengan Angkot putih. Beberapa orang tertidur, sebagian bercandaan. Cukup lama perjalanan pulang kali ini, Sukabumi - Bogor macet di malam minggu.

Beberapa jam berlalu...
*maaf saya gak ngebahas apa saja yang kita bicarakan di angkot. Saya sudah lupa semuanya. Saya gakmau mengingat yang sudah-sudah. Hahahaha*

Oke,
beberapa jam berlalu.. Dan akhirnya kami tiba di Stasiun Bogor. Dan dimanakah pintu masuknya?
Kami ternyata berpencar. Entah memang tau arah pintu masuk, atau cuma sok tau, Bang Hadi jalan duluan dan saya mengikutinya. Namun bang Coco meneriakkan nama saya dan saya berbalik badan mengikuti bang Coco, tanpa sedikitpun memperdulikan Bang Hadi. Saya dan beberapa teman lainnya berinisiatif membeli tiket KA Ekonomi jurusan Jakarta. Kereta berangkat lima menit lagi. Namun Bang Hadi hilang entah kemana. Beberapa kawan mencari, dan Immut menemukan beliau sedang membeli pulsa. What The???!!!

Saya, Bang Addie dan Mas Nur mengejar kereta ekonomi. Bang Addie naik duluan. Saya tak berhasil meraihnya. Bang Addie melambaikan tangan dari jendela. Sebelas tiket KA Ekonomi hangus seketika.

Akhirnya Bang Coco membelikan lagi tiket Commuter Line. Beberapa orang, termasuk saya, memasang wajah kesal dan cemberut sepanjang perjalanan. Immut merasa bersalah karena telah melukai jiwa backpacker. Ia membesarkan hati untuk minta maaf atas kelakuan Bang Hadi yang absurd agar semua memaklumi. Sungguh anak yang baik.



Commuter Line Bogor - Jakarta
Transit di Setasiun Manggarai

Setelah transit dan mendapatkan kereta terakhir jurusan Bekasi, wajah kami mulai ceria kembali. Namun saya sungguh mengantuk dan sudah mulai ditelfon Ayahanda. Setibanya di St. Bekasi, saya bergegas pamit kepada rekan-rekan sejawat. Beberapa teman perempuan bermalam dirumah immut, saya kebagian mengantar Mbak Bella sampai rumah, kemudian pulang kerumah dan cengar-cengir mendapati pintu rumah belum terkunci. Saya melesat ke kamar dan tidur.

And Then, When will we go to trip again? Are you ready go to Papandayan? :D



Notes :
Tulisan ini dibuat ketika saya gak masuk matkul Indo - Agama, dalam keadaan tepar dan mimisan.
Jadi harap maklum kalo endingnya gak menarik. #KeepUnyu :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...