Sunday 7 April 2013

Kemping Unyu Papandayan #2

Cerita sebelumnya bisa klik disini :)



28 Maret 2013

Meeting Point kami tentukan di perempatan Kayu Ringin. Hampir semua peserta trip kali ini mahasiswa/i STIBA, diluar stiba hanya Bang Adi dan Bang Endi. Bang Adi datang belakangan, dan kami cukup lama menunggu kedatangannya. Bang Adi diantar oleh Ibunya menggunakan sepeda motor. Ibunya ini benar-benar DEWI sekali, beliau dibonceng bang Adi sambil mengenakan kerir, namun ketika ingin turun dari motor, beliau jatuh ngejengkang karena keberatan. Antara mau ketawa atau prihatin, saya hanya bungkam. Dan seluruh mata yang sedang terjebak lampu merah di perempatan Kayu Ringin, terpana melihat kejadian tersebut. Maaf ya Tante :')


di perempatan lampu merah kayu ringin. pengendara motor yang melintas selalu menoleh ke arah kami :)

Oke, perjalanan dimulai pukul sepuluh malam. Kami berjalan beriringan menuju halte tol Bekasi Barat. Sempat tertipu oleh Kenek Bus Cililitan yang mengatakan Bus menuju Kampung Rambutan telah habis malam itu. Kami sudah sempat naik dan ber-leyeh-leyeh di Bus Cililitan namun tiba-tiba bis terakhir menuju Kampung Rambutan tiba. Alhasil dengan tergopoh-gopoh kami pindah bis. (Kok bahasa saya aneh ya?)

Bus mulai jalan perlahan. Dengan ditemani alunan suara sumbang pengamen, beberapa dari kami tertidur atau sekedar memejamkan mata. Menembus jarak Bekasi - Jakarta Timur melalui Cikunir sehingga memaksa otak saya untuk mengingatnya. Saya menghela napas, ini trip ke-sekian saya tak bersamanya...

Bisakah kau merasakan perasaan seorang gadis di pojokan bus sana?

Kami tiba di Kampung Rambutan setengah sebelas malam. Sesaat ketika kami sampai, saya bertemu dengan Siskom. Siskom ini temannya A' Novel, kami memang janjian untuk bertemu disini dan berangkat ke Garut bersamaan. Tak lama kemudian kami bertemu dengan Om Ipung. Setelah personel lengkap dan urusan buangair selesai, akhirnya kami berjalan beriringan dan masuk kedalam terminal. Memilih dan mencari bus dengan sangat selektif #halah

Seluruh kerir diletakkan di bagasi. Saya duduk terpisah dengan rombongan. Siskom ini ajaib, bisa-bisanya dia menyisakan satu tempat duduk untuk temannya, padahal temannya ada di Rest Area KM 57. Sementara kondisi bus penuh dan beberapa penumpang yang berdiri mulai gelisah melihat ada satu bangku kosong tak berpenghuni. Beberapa kali ia ditegur Bapak Kondektur. Namun tetap saja cuek dan, ehm, agak sedikit ribet sepertinya. Hehehe :D



29 Maret 2013

Kondisi jalan saat itu macet, long weekend. Bus baru bergerak meninggalkan kampung rambutan pukul duabelas malam. Kemudian baru melintasi daerah Bekasi satu jam berikutnya. Dan tiba di Rest Area KM 57 tepat jam dua. Setelah bersitegang dengan Bapak Kondektur, akhirnya temannya siskom ditemukan sedang berdiri di pinggir jalan. Ia masuk dan dengan santainya duduk disebelah Siskom. Batin saya agak miris melihat pendaki lain yang sedaritadi kelelahan berdiri. Sudahlah, biar dijadikan pengalaman.

Target kami tiba di terminal Guntur jam empat pagi. Namun apa daya, karena macet yang tiada tara ternyata jam empat kami masih di Cileunyi. Dan touchdown Terminal Guntur tepat setengah enam pagi. Hari sudah terlalu siang untuk melanjutkan tidur lagi.

Setibanya di Terminal Garut, kami segera menuju masjid terdekat. Disana telah berkumpul ratusan bahkan ribuan pendaki. Eh, kedengarannya berlebihan ya. Hahaha. Iya, jumlah pendaki saat itu memang banyak sekali. Rada curiga pengunjung Tangkuban Parahu pindah kesini -_-

Kedatangan kami disambut oleh a' Novel yang sudah menunggu lama. Beberapa teman kami menunaikan ibadah shalat shubuh yang tertunda, beberapa orang lagi bersih-bersih-badan, namun saya yang sedang berhalangan (lagi) kebagian menjaga tas dan kangen-kangenan sama a' Novel. hahaha dan akhirnya berkenalan sama teman-teman beliau yang semuanya merupakan mahasiswa/i UPI Bandung. Teman-teman saya pada sombong nih, bukannya kenalan malah sibuk ngerumpi sendiri.

Hastag UHUK :D
Penitipan Barang


ini saya sama teman-temannya A' Novel a.k.a anak-anak UPI
Ngerumpi Sendiri

Kami juga menyempatkan diri untuk sarapan. Saya dan beberapa orang lainnya hanya makan bubur ayam yang berhasil membuat perut kami keroncongan lagi beberapa jam kemudian.


Selamat Makan Pagi :)


Perjalanan kami lanjutkan setelah urusan perut selesai. Kurang lebih jam tujuh kami baru meninggalkan Terminal Garut dan men-charter angkot menuju desa Cisurupan. Total rombongan kami menjadi 25 orang sehingga membutuhkan dua angkot. Saya dan Bang Endi kebagian angkot bareng anak-anak UPI. Setelah bercakap-cakap dengan beberapa orang diantara mereka, ternyata ada satu orang tetangga saya disana. Namanya Vian, anak Narogong, sekolahnya di 9. Hahaha jauh-jauh ke Garut ketemunya anak Bekasi lagi.

Setibanya di Desa Cisurupan, kami segera men-charter mobil bak terbuka dan ternyataaaaa, jalur menuju basecamp terakhir maceeeeet sekaliiiiiiii. Mungkin sangking ramainya pengunjung ya? Entahlah..

Dan saya pribadi lupa jam berapa kami tiba di basecamp. Setelah re-packing, simaksi, foto-foto dan berdoa bersama, pendakian dimulai...





(Bersambung ke Papandayan #3 bisa klik disini)

Saturday 6 April 2013

Kemping Unyu Papandayan #1

Daaaaaaaan, yak!
Setelah turun dari Papandayan seminggu lalu, akhirnya saya mosting juga. Mengingat-ingat hal apa yang telah terjadi disana, suka-duka-dan-modus-pastinya. Serta target turun berat badan 6kg yang ternyata malah nambah berkilo-kilo karena makan terus. Sukses Kak Ida dan Mbak Gita!!!

Harus saya perkenalkan satu persatu lagi nggak, sih?
Kebetulan yang join trip ini hampir sama kayak Cidahu-Cicurug kemarin (bisa dibaca di sini) walaupun ada beberapa tambahan orang. Yah, sekalian numpang tenar, mari saya perkenalkan satu per satu (lagi) orangnya :)



Bang coco ini Captain tim kita. Doi yang paling bawel masalah perlengkapan dan persiapan perorangan. Terutama dalam hal ngingetin "Bawa baju yang banyak, disana dingin banget. Berlapis-lapis" -- Tapi karena kulit saya tebel dan lemaknya banyak, saya bahkan gak bawa baju apa-apa, cuma jaket doang dua lembar sama pakaian dalem. Hehehe. Bang Coco bawa banyak temen backpackerannya. Yuk, scroll kebawah.



Wuuuuhuuuu :D Salam jempol braddaaa d(-_-)b
Doi emang backpacker sejati, tapi ini first time doi meng'gunung'. Dulu sempet ke Gede tapi mentok di curug, terus mau ke Semeru malah melipir ke Bromo. Jalannya selow tapi cepet, rada curiga doi ini titisan keong atau kancil #Abaikan. Masih pendiem kayak trip sebelumnya, susah dimodusin. Percaya deh! Keliatannya doi orang yang sabar. Iya, rata-rata Gooner emang penyabar kan? Ehhh ^^v



Ini temennya Bang Coco juga. Lulusan Tata Boga UNJ. Hahaha panggil aja Om, Om Ipung. Iya, beliau sejenis om-om-ganjen-dengan-motto-om-senang-om-bayar. Udah punya anak tapi masih modus kemana-mana. Gak ada yang mau satu tenda sama Om Ipung. Entah takut diapa-apain atau emang tendanya gak muat sama badan doi yang gede banget ini. Kesalahan terbesar gue adalah sering keceplosan ngomong jorok didepan Om Ipung, jadi panjang urusannya -___-




Panggilannya Bang Endi. Inisiatif saya aja sih ngetik namanya jadi A. Suhendi. Bacanya jangan disambung ya :D Hahaha. Doi orangnya kecil tapi kancil. Jalannya cepet banget padahal cuma pakek sendal jepit yang udah banyak streplesan dimana-mana. Dulu pernah kerja di restoran belanda, tapi gakmau masakin kita makanan belanda. Paling jago minta rokok sama kopi ke orang yang bahkan baru doi kenal saat itu juga. Bang Endi adalah contoh mountaineer dan biker sejati yang sangat sayang istri (baca : suami-suami-takut-istri)

Wahyudi Eko Wantoro


Perkenalkan, ini dia penampakan Ketua BEM STIBA IEC Bekasi TA 2012/2013. Doi nekat ikut dengan bawaan tas Laptop yang isinya baju sama celana selembar. Berangkat pun cuma pake jeans, sepatu sneakers dan jaket kulit yang katanya anti air. Kita yang cewek-cewek bawa beban berat rasanya iri deh yah liat dia tasnya enteng gituuuh. Oke, untung doi gak hypotermia gara-gara tidur pun gak pake sleeping bag. Serem yah :( Posenya itu lhooo, gak nahan bangeeeet. Antara lagi jadi model coverboy atau lagi nahan boker. Pfffffft -_-

Mas Andre - Kuncen STIBA


Mas Andre juga sama, nekat bawa daypack doang tanpa sleeping bag. Tapi doi sih mending, sebelumnya uda pernah 'munggah'. Terus juga nurut disuruh bawa logistik yang bikin tasnya jadi berat. Doi baik hati dan tidak sombong, mau morterin mbak Gita bawa tas depan belakang, selalu nyemangatin temen-temen kita yang mulai kepayahan dengan suara medhoknya yang khas banget. "Tangghung, Tangghuuung! Lima menit laghi sampeeek. Diatas adha mall" :''')



Ibang join lagiiiiiiii :D Bermodalkan lemparan gear dari pacar kakaknya, eh maksudnya kakaknya si pacar, akhirnya doi ikut. Ngoceh terus sepanjang perjalanan, cadangan cokelatnya banyak, pakek topi rimba dari bahan kulit yang warnanya merah tanah unyu-unyu gituh, nanti deh liat pictnya. Hahaha. And that was the first time doi munggah :)



GELA KAN IMMUT FOTONYA GELA BANGETTT!!! hahahhaha
Masih suka ngakak kalo zoom in - zoom out foto ini. Immut ini pedenya over banget deh. Gak ngerti apa karena impuls-impuls otaknya yang udah gak beraturan atau hormon testosteronnya berhenti bekerja dengan baik #ApaHubungannya. Coba liat dari atas kebawah, "Barang apa dari semua barang yang melekat ditubuh Immut, yang nggak minjem?" Hahahaha SEMUANYA MINJEM!! Cuma celana sama baju rajut panjang warna merahnya itu doang yang gak minjem. Hastagaaa... Immuuuut... Sangarrr tas pinggangnya. Hahaha (Apa lo, Mut? Mau bales postingan gue? Sinihhh baleeees. wkwkwkw :p )




Nggak sebawel biasanya, nggak se-resek biasanya, nggak seceria biasanya. Tidur duluan, bangun belakangan. Gak ikut muncak pula. Iyah, Mas Nur emang lagi galau. Dari munggah sampe mudhun, doi galau. Bapak pacarnya meninggal, dan doi bingung harus balik duluan atau gimana. Jadinya doi galau. Mari teman-teman, kita bacakan Al-Fatihah...



Wuhuuuuu :D Kak Ida satu-satunya emak-emak yang join di trip ini. Liat dong badannya, Keker banget kan :D Semangatnya gak pernah habis walaupun napasnya udah hampir habis. Doi akhirnya nyerah bawa kerir segede gaban yang baru dibeli itu dan kerirnya dibawain Mas Eko si ketua BEM (Rasakno --") Doi objek foto dengan jumlah pict terbanyak di kameranya Bang Coco #EhMaap #CeritanyaKeceplosan. Dan suaminya uring-uringan dirumah sampai jatuh sakit karena istrinya pergi dengan pria lain. ihiiiiiiiiiiiyyyy :D Saya tau pasti Kak Ida mbatin gini, "Ih Gete parah banget. Lemes nih Gete. Bocooooooor" ^^v




Si OrangeHolic yang unyu-unyu dan serba jijik-an ini akhirnya betah dihutan. Hahaha. Target susut enam kilonya juga gagal gara-gara dikit-dikit makan. Seneng ada dia di trip ini, jadi ada hiburan yang manja-manja gimana gitu. wkwkwk. Hei kakak dengan nama sama, lain kali kita main ke gunung lagi ya :)




Kak Amel, orang yang paling antusias waktu saya baru turun dari Semeru. Dan paling interest waktu diajak ke Papandayan. Orangnya baik banget, gak emosian kayak saya. Makanya Immut betah deket doi dan ngejauh dari saya. Doi sempet keram berkali-kali dan muka melasnya itu kasihan banget :'(




Nah ini saya, Agita Violy, anak kecil unyu yang suka modus dan cengengesan. Sebagian manggil Gete, ada juga yang manggil Agit. Tujuan saya kesini sebenernya mau reunian sama temen-temen Semeru kemarin. Hehehe tapi berhubung temen-temen kampus berhasil diracunin, jadi ya saya berangkat bareng mereka. Udah ah, tentang diriku jangan banyak-banyak, nanti suka loh ;) *kedip-kedip-ganjen*



Pria tangguh asal Bandung. Rombongan saya dijemput sama dia di Terminal Guntur, Garut. Rencana awalnya kita sama-sama bawa rombongan terus jalan bareng, eh ternyata malah saya sama dia doang yang jalan berdua, rombongan kita misah. Hahaha enggak ding, betjanda *blush* A'novel ini temen nyemeru, doi bawa temen-temen kuliahnya, tapi saya juga lupa siapa aja. Hahaha. Jangan panjang-panjang juga deh tentang A' Novel, nanti ada yang cemburuuuuuu :D


Ada yang belum kesebut kah? Mention aja ya di twitter saya @agitavio. Hahaha kali ini perkenalan aja dulu, cerita selanjutnya di Part 2, Oke? 


(Bersambung ke Papandayan #2 bisa klik disini)

Wednesday 6 March 2013

Cerita dari Kaki Gunung Salak (End)

Cerita sebelumnya bisa klik disini :)

Setelah berfoto mesra dan bermain air, kami akhirnya pulang. Agak labil dan terlunta-lunta akan pulang hari ini juga, atau menginap di rumah kawan Bang Coco (Papanya Cikal). Perjalanan pulang melalui jalur yang berbeda. Jalur ini lebih dekat dengan rumahnya Cikal. Dan sepanjang perjalanan pulang, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa, kawan sekelas yang luar biasa serta perjalanan yang luar  biasa :D


Coboy Senior - Nunggu Bidadari jatuh dari surga

Cikal :D

cikal lagiiiiiiiiii :D

 
Anak Sawah


Desa Cicurug - Cidahu

Menatap Surau

Sebut saja empang :)

Langit dan Bumi

Angkot

Cubluk a.k.a Jamban a.k.a Toilet Umum

Nampak Gunung apa itu dari kejauhan :')

Kakiku, di kaki Gunung Salak
Dan disaat perjalanan turun, ada yang sempet-sempetnya jajan cilok.
Patah sudah teori "Demi Enam Kiloooo!!!"

Jajan Cilok

Tak lama setelah jajan cilok, kami tiba dirumah Cikal. Membersihkan badan dan berganti pakaian. Hampir semuanya mandi, namun saya tidak. Saya cuma mitu-an. Apa itu mitu-an? Sebut saja tisu-basah-an. #Abaikan

Sempat beberapa kali ditawarkan Papanya Cikal agar menginap dan bakar ikan. Namun apa daya, sebagian menolak dan punya acara penting keesokan harinya. Baiklah, perjalanan pulang dilanjut dengan Angkot putih. Beberapa orang tertidur, sebagian bercandaan. Cukup lama perjalanan pulang kali ini, Sukabumi - Bogor macet di malam minggu.

Beberapa jam berlalu...
*maaf saya gak ngebahas apa saja yang kita bicarakan di angkot. Saya sudah lupa semuanya. Saya gakmau mengingat yang sudah-sudah. Hahahaha*

Oke,
beberapa jam berlalu.. Dan akhirnya kami tiba di Stasiun Bogor. Dan dimanakah pintu masuknya?
Kami ternyata berpencar. Entah memang tau arah pintu masuk, atau cuma sok tau, Bang Hadi jalan duluan dan saya mengikutinya. Namun bang Coco meneriakkan nama saya dan saya berbalik badan mengikuti bang Coco, tanpa sedikitpun memperdulikan Bang Hadi. Saya dan beberapa teman lainnya berinisiatif membeli tiket KA Ekonomi jurusan Jakarta. Kereta berangkat lima menit lagi. Namun Bang Hadi hilang entah kemana. Beberapa kawan mencari, dan Immut menemukan beliau sedang membeli pulsa. What The???!!!

Saya, Bang Addie dan Mas Nur mengejar kereta ekonomi. Bang Addie naik duluan. Saya tak berhasil meraihnya. Bang Addie melambaikan tangan dari jendela. Sebelas tiket KA Ekonomi hangus seketika.

Akhirnya Bang Coco membelikan lagi tiket Commuter Line. Beberapa orang, termasuk saya, memasang wajah kesal dan cemberut sepanjang perjalanan. Immut merasa bersalah karena telah melukai jiwa backpacker. Ia membesarkan hati untuk minta maaf atas kelakuan Bang Hadi yang absurd agar semua memaklumi. Sungguh anak yang baik.



Commuter Line Bogor - Jakarta
Transit di Setasiun Manggarai

Setelah transit dan mendapatkan kereta terakhir jurusan Bekasi, wajah kami mulai ceria kembali. Namun saya sungguh mengantuk dan sudah mulai ditelfon Ayahanda. Setibanya di St. Bekasi, saya bergegas pamit kepada rekan-rekan sejawat. Beberapa teman perempuan bermalam dirumah immut, saya kebagian mengantar Mbak Bella sampai rumah, kemudian pulang kerumah dan cengar-cengir mendapati pintu rumah belum terkunci. Saya melesat ke kamar dan tidur.

And Then, When will we go to trip again? Are you ready go to Papandayan? :D



Notes :
Tulisan ini dibuat ketika saya gak masuk matkul Indo - Agama, dalam keadaan tepar dan mimisan.
Jadi harap maklum kalo endingnya gak menarik. #KeepUnyu :)

Tuesday 26 February 2013

Cerita dari Kaki Gunung Salak (Part II)

ahhh, lama juga ya saya ndak mosting. Saya 'agak' sibuk akhir-akhir ini. Entah memang sengaja menyibukkan diri atau memang benar-benar sibuk. Jadi beginilah jadwal sehari-hari saya;
  • 05.00 Bangun - Ibadah
  • 05.15 Tidur lagi
  • 07.00 Bangun lagi, Mandi pagi, Dandan
  • 07.30 Sarapan, Prepare Bekal
  • 07.50 Berangkat Kerja
  • 08.00 - 14.00 Jaga Klinik
  • 14.00 - 14.50 Ibadah, Makan siang, Tidur di Meja Kerja
  • 14.50 Pulang dari Klinik menuju Tempat Kursus
  • 15.00 - 17.00 Ngajar Kursus
  • 17.00 Pulang ke Rumah
  • 17.15 Ibadah, Makan sore, Mandi (kalau sempat)
  • 18.00 Berangkat Kuliah
  • 18.20 Tiba di Kampus, Ibadah
  • 18.30 - 21.00 Belajar dengan benar, sambil sesekali smsan & twitteran
  • 21.00 Pulang
  • 21.30 Tiba di rumah, Ibadah, Makan malam
  • 22.00 Twitteran
  • 23.00 Tidur
Dan kegiatan seperti ini berlangsung dari Senin sampai Sabtu. Lalu kapan pacarannya? Minggu. Lalu kapan mosting di Blog-nya? Tarsok, tarsok, Ntar.. Besok.. Ntar.. Besok..

Okeh, Cukup tau!

Apasih gak jelas -_-

Ehm, Maaf Reader, yang diatas itu lagi belajar monolog. Mohon diabaikan.
Dan yak, cerita sebelumnya bisa Klik disini :)


***


Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Angkot berwarna putih yang telah diCharter oleh temannya Bang Coco. Dan sepanjang jalan kenangan, mulailah drama dan modus-modusan. Imut yang tak henti-hentinya menggoda Mbak Bella dan Bang Hadi secara bergantian. Kemudian Mbak Gita dan Kak Ida yang berkeluh kesah tentang berat badan. Lalu saya dan Bang Coco yang meracuni mereka agar naik gunung. Sementara Mas Nur, Ibang dan Kaka Novel ikut nimbrung.

"Bang Hadi, entar bayarin gua lagi lah. Nanti lo gua anter sampe rumah daaah." Celetuk Immut yang pada trip kali ini tak bawa uang sama sekali. Bang Hadi hanya menjawab dengan kerlingan mata dan senyum genit. Hahahaha :D

"Atau enggak, nanti gua keluarin beasiswa buat elu, Bang. Hahahaha" Nah, kebetulan Bapaknya Immut ini kepala Dekan di kampus kami.

"Eh iya, Mut, gimana si caranya dapet beasiswa?" Tanya salah satu diantara kami.

"Gampang. Jadi cewe gua aja sini. Ahahaha" 

"Hahahaha"

"Berarti aku dapet beasiswa dong, dek?" Tanya Mbak Bella dengan suara kalem.

"Ciyeeeeeeeeeee... Hahahaha" Kami kompak menyorakki mereka berdua, eh, bertiga. Benar-benar hubungan yang absurd.


"Jadi, kemana next trip kita?" Tanya Bang Coco serius.

"Papandayaaaaaan" Sahut saya.

"Ayoooo yuuuk... Pengen naik gunuuuung." Sahut Mbak Gita manja.

"Eh, gue kemaren turun Semeru susut enam kilo dong." Jawab saya sambil cengar-cengir.

"Eh, yang bener, Te?" Kak Ida terlihat antusias.

"Iyaaa. Beneeer. Gue disono jarang makan, tapi ngemil mulu, minum mulu, sama boker mulu. Ahahaha" 

"Ih, ih, terus Bokernya dimana?" Tanya Mbak Gita dengan tatapan jijik.

"Di semak-semak, atau di hutan, gali lubang terus ditutup lagi. Kayak kucing." Saya menjelaskan sambil nyengir.

"Iiiiiiiiiih, terus ceboknya pakek apa? Terus nanti kalo keliatan orang gimana?" Tanyanya lagi.

"Pakek tissue basah, dong. Terus kalau buang air ditutupin pakek sarung." Tutur Bang Coco. Yang lain terlihat mengangguk-angguk.

"Gue mau dong, Gete. Lo kenapa nggak bilang kalo naik gunung bisa nurunin berat badan? Enam kilo lagi!!!" Tutur Kak Ida bersemangat.

"Yaudah ayooo, Papandayaaan!!" Teriak saya riang.

"Susun aja itinerary-nya. Nanti aku anterin. Papandayan gak gitu susah kok, cocok buat pemula. Nanti disiapin barangnya dari jauh-jauh hari." Jelas Bang Coco lagi.

"Tanggal berapa, nih?" Tanya saya kemudian.

"Tanggal 22-24 Februari aja gimana? Katanya ada event disana." Jawab Bang Coco.

"Yaudah yuk. Tanggal segitu ajaaa, gak sabar pengen kuruuuuus." Jawab Mbak Gita dan Kak Ida bergantian.

"Jangaaaaaaaaaan. Kukuh tanggal 24 ultaaaaaaaaaaaah! Masa iya, tahun baru udah gue tinggal, ulang tahun gue tinggal lagiiiiiii!!" Saya berteriak kesal. Mereka malah tertawa.

"Gakpapa lah, Kukuh mah gausah dipikirin, mending lo sama gue aja." Sahut Immut.

"Krik... Kriik.. Kriikkk.." Hanya Jangkrik yang bersuara.

"Ajak aja Gete, mas Kukuhnya, Celebrate on the top of mountain." Tawar Bang Coco kemudian.

"Mana mau dia, Bang." Saya memelas.

"Yaudah, nanti diatur lagi. Yang penting siapin aja dulu barang-barangnya, sama massanya juga. Jangan sampe dia lagi-dia lagi yang ikut." Jelas Bang Coco.

"Gete, lo kemaren ke Semeru ada yang aneh-aneh gak?" Tanya kak Novel kemudian.

"Gue lagi haid tuh. Pas Night Trekking headlamp gue lepas, padahal itu susah banget dibuka. Pas cerita-cerita di kereta katanya pada ngeliat penampakan gitu, tapi gue nunduk terus gak berani liat kemana-mana"

"Ih, serem yaa.."

"Ada lagi, temen gue waktu ke Gede, dia egois ceritanya. Makan Chacha sendirian. Temennya minta, tapi dia pura-pura gak denger. Terus dia umpetin deh tuh Cha-cha ke kantong celana, terus diresletingin. Masa tau-tau ilang. Nah, dia kepikiran sampe malem. Pas dia lagi masak mie, tiba-tiba Cha-cha-nya nyemplung ke nesting. Dia kaget. Nengok keatas tapi gak ada siapa-siapa. Dia buang aja semua-muanya terus langsung ke tenda."

"Iiiiih, Geteeee, gue punya cokelat banyak niiiih.. Gue gamau ah diikutin gituuuu." Tutur Kak Ida seraya mengeluarkan bungkusan plastik yang berisi banyak cokelat. Kami semua tertawa melihat kelakuannya.

Kami bercerita ngalor-ngidul sampai akhirnya tiba di Desa terakhir di Kaki Gunung Salak.

"Bang, mobilnya gak kuat nanjak, nih.Yang cowok-cowok pada turun gih." Kata Pak Supir.

"Eh, gue aja yang turun!" Celetuk Mbak Gita sambil bergegas turun.

"Eh, gue juga deh. Sekalian itung-itung pemanasan. Demi enam kilooooo!" Sahut Kak Ida ikut-ikutan turun. Beberapa orang ikut turun. Kami tertawa. Saya dan empat orang yang tergolong berbadan kecil tetap stay di Angkot sampai akhirnya tiba disebuah bukit. Kami berlima akhirnya turun sambil menunggu mereka yang jalan kaki. Dan semesta menyuguhkan keindahan perbukitan hijau dan berkabut di hadapan saya.

"Gilaaaaa!! Baru segini aja udah ngos-ngosan! Gimana naik gunung beneran!!" Teriak Mbak Gita ketika sampai di hadapan kami. Kak Ida tak bergeming, wajahnya pucat. Kami menahan tawa. Hahahahaha ada-ada saja.

Belum lagi nanti bawa beban berat, bawa Carrier." Celetuk Bang Coco. Mereka berdua langsung lemas. Kami cekikikan.

Perjalanan dilanjutkan sampai akhirnya tiba di Pos perizinan pendakian Taman Nasional Gunung Halimun- Salak. Kami menjama' shalat Zuhur dan Ashar dan Bang Coco mengurus perizinan. Saya yang lagi-lagi sedang berhalangan akhirnya kebagian sebagai tempat penitipan tas dan sepatu. Ah, sebagian dari kami hanya memakai sendal. Dan sendal yang paling ajaib sekaligus absurd adalah sendal milik Bang Hadi. Bentuknya aneh, kemudian warna-warni polkadot dan bling-bling yang aneh pula. Saya pribadi gak ngerti dia beli dimana. Hahahaha saya juga bingung ngejelasinnya disini. Mungkin, ada yang punya fotonya? Hahahaha :D



Perjalanan dimulai pukul... (Saya lupa)
Sebelumnya saya dan Bang Ibang menyiapkan air mineral sebanyak 5 atau 6 botol yang dibeli dari warung terdekat.  Kami berjalan dengan melalui trek tanah dan bebatuan yang licin dan menurun. Terbagi menjadi 3 kelompok yang berpencar di perjalanan ini. Kelompok pertama dipimpin oleh Ayahnya Cikal, Cikal dan Bang Addie. Kemudian disusul oleh Mas Nur, saya, Bang Ibang dan Bang Hadi. Lalu yang terakhir ada Immut, Mbak Bella, Mbak Gita, Kak Ida, Kaka Novel dan Bang Coco as a sweeper *Pasang Kacamata Bang* :D

Sampai akhirnya, kami melihat sebuah pondok kecil dipinggir aliran sungai yang berarus cukup deras dan jembatan bambu tergantung diatasnya. Kami menyeberanginya perlahan.

*Jepret*




Tanpa sadar, Bang Addie telah memfokuskan lensa kamera Bang Coco ke arah kami yang sedang menyeberang di jembatan bambu. Kami beristirahat sebentar di pondok kecil itu. Terlihat Cikal sedang memakan Popmie. Aku memesan kopi.

Dan secangkir kopi pahit dihadapanku,
Menggodaku,
Jari jemariku yang tak segan memeluk cangkir panas dan beruap
Menghangatkan hidung dengan menghirup aromanya
Membangkitkan liur ketika diseruput
Membasahi bibir yang mulai kering
Membasuh kerongkongan yang tercekat
Tak henti-hentinya membuat lidah mengecap

Secangkir kopi pahit dihadapanku,
Mengajarkanku,
Dengan merasakan pahit, aku baru bisa merasakan manis.
Dengan menghadapi kenyataan yang pahit,
Aku akan sadar begitu banyak kemanisan yang telah kudapat,
Maka bersyukurlah...

Secangkir kopi pahit dihadapanku,
Kini tinggal ampas,
Berpahit-pahitlah, berlelah-lelahlah,
Manisnya hidup akan terasa setelah kau lelah berjuang...


***

Kami melanjutkan perjalanan dan tiba di pondok kecil terakhir. Saat itu hujan. Saya dan yang lainnya mengenakan raincoat, namun Mbak Gita tetap setia dengan payung Pink milik bang Coco. Kami melewati hutan dan berfoto-foto ria. Sampai terdengar suara air yang sangat deras. Tibalah kami di sebuah air terjun yang cukup besar dan tak ada pengunjung. Tempat ini bagaikan Privat Area. Kami segera melepas ransel, melepas sepatu/sendal, menggulung celana, melepas raincoat dan melepas baju *lho? Salahhhh!!!!*

Bermain air dan melanjutkan dokumentasi, Silakan dinikmati :)


Seperti Kapas :)
Sebut saja Ibang :)
Keep The Blue Flag Flying High :D
Antara Kedinginan dan Kebelet E'ek :o
Ini dia penampakan Bang Hadi :D
Ada Bang Hadi juga disini..
Tiga Bidadari :D
Ibu dan Anak

Big Family of Evening Class

Berani Kotor itu Baik :D
Mau ke Mall, Jeng? :D



Dalam keadaan menggembirakan seperti itu, saya sempat berbisik kepada Mas Nur.

"Kalo lagi kayak gini, biasanya kita lupa sama Tuhan, Mas.. Makanya banyak bencana alam di tempat wisata." Mas Nur mengangguk-angguk.

"Gue jarang bisa nikmatin suatu tempat lama-lama, apalagi ikut-ikutan main air dan ketawa lepas. Lo liat batu-batu dan tebing itu...." Saya menunjuk tebing yang menyangga air terjun.

"... Kebayang gak, kalo tiba-tiba tebing, batu dan tanah itu longsor?" Lanjut saya pelan.

"Oh, iya ya.. Serem ya Get.. Apalagi kata kamu di Bogor juga lagi rawan longsor." Sahut Mas Nur. Saya mengangguk. Kemudian kami terdiam dalam pikiran masing-masing.



(Bersambung ke Part Terakhir sila klik disini)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...