Cerita sebelumnya klik di sini :)
Saya terbangun karena bunyi alarm Hanis yang semakin kencang. Sementara yang lainnya belum ada yang bergerak, masih pada mengkerut di sleeping bag masing-masing. Setelah ngulet dan membunyikan semua tulang, saya menyadari kalau semalaman saya tidur mepet ke Hanis. Hanis sampai bikin tendanya doyong. Begitu pula dengan Opin di sisi pojok satunya, tidur mepet tenda sampai-sampai inner tenda menempel dengan outernya.
Pohon Afrika dan Ojek Cikasur |
Saya terbangun karena bunyi alarm Hanis yang semakin kencang. Sementara yang lainnya belum ada yang bergerak, masih pada mengkerut di sleeping bag masing-masing. Setelah ngulet dan membunyikan semua tulang, saya menyadari kalau semalaman saya tidur mepet ke Hanis. Hanis sampai bikin tendanya doyong. Begitu pula dengan Opin di sisi pojok satunya, tidur mepet tenda sampai-sampai inner tenda menempel dengan outernya.
Saya duduk, Hanis juga duduk. Opin yang latah juga ikut-ikutan duduk sambil menggaruk kepala. Pandangan kami tertuju pada orang yang tidurnya kayak huruf Wau dalam Hijaiyah. Sadar akan terlalu lama dipandang, Acrut akhirnya terbangun.
"Lu ngapain pada ngeliatin gue?" Tanya dia bingung sambil membetulkan kerudung."