Skip to main content

Sepenggal Cerita dari Cikasur

Cerita sebelumnya klik di sini :)

Catatan pendakian Argopuro
Pohon Afrika dan Ojek Cikasur

Saya terbangun karena bunyi alarm Hanis yang semakin kencang. Sementara yang lainnya belum ada yang bergerak, masih pada mengkerut di sleeping bag masing-masing. Setelah ngulet dan membunyikan semua tulang, saya menyadari kalau semalaman saya tidur mepet ke Hanis. Hanis sampai bikin tendanya doyong. Begitu pula dengan Opin di sisi pojok satunya, tidur mepet tenda sampai-sampai inner tenda menempel dengan outernya.

Saya duduk, Hanis juga duduk. Opin yang latah juga ikut-ikutan duduk sambil menggaruk kepala. Pandangan kami tertuju pada orang yang tidurnya kayak huruf Wau dalam Hijaiyah. Sadar akan terlalu lama dipandang, Acrut akhirnya terbangun.

"Lu ngapain pada ngeliatin gue?" Tanya dia bingung sambil membetulkan kerudung."


"Elu tidurnya rusuh! Kepala dimana kaki dimana." Opin ngomel.

"Lah, elu aja yang tidurnya ngapain mojok-mojok ke tenda. Bukannya di tengah." Acrut malah balik menyalahkan.

"Elu tidur udah kayak huruf Wau. Di tengah sendirian, yang lain ditendang-tendang sampe pada ke pojok." Timpal Opin lagi.

"Mending huruf Wau, udah kayak huruf Ya' dia mah. Melengkung! Wakakakak." Saya menimpali. Kemudian yang lainnya tertawa. 

"Pantesan gue tidur pules, lega bener. Ahahahaha." Acrut malah kesenengan.

"Yang cowok pada ngambil air sama nyuci nesting, gih. Kita mau masak ni." Ujar saya mengalihkan pembicaraan. Serentak Hanis dan Opin malah mapan tidur lagi. Saya dan Acrut sampai menarik-narik sleeping bag mereka agar mereka keluar dari kehangatan tersebut. Tapi rasanya tak tega. Hingga akhirnya kami membuka resleting sleeping bag dan melebarkannya menjadi selimut. Agar mereka merasa hangat sampai sarapan matang.

"Kita aja yuk, Git. Gue mau pup nih." Ajak Acrut. Saya hanya menganggukan kepala dan membuka resleting tenda. Iya, semenjak kejadian di Pos Mata Air Satu, kami tak dibiarkan hanya tidur berdua. Lantas Hanis dan Opin yang menemani kami. Sementara Ki Nana, Bang Cehu dan Ekki di tenda satunya. Kalau mereka mah, jangan ditanya lagi. Sudah pasti bangun siang.

Saya keluar tenda dan membereskan botol-botol minum ke dalam totebag Mayapada. Iya, saya menyebutnya begitu karena si Acrut membawa sebuah tas dari rumah sakit mayapada untuk tempat membawa beberapa bungkus makanan. Istilah kerennya, go green lah. Masa apa-apa dimasukin ke plastik kresek terus. Selain itu, kami juga nggak menggunakan aqua botolan untuk minum, lho. Aqua yang kami beli malah dibuat tempat telur. Sementara kami minum menggunakan botol masing-masing dari berbagai merk. Ada yang eigger, tupperware, moorlife, termos, sampai water bladder. Jadi kalau ada yang minta minum, dialognya begini; "Bagi minum, dong!"

"Nih, di tupperware gue masih ada. Di water bladder-nya Cehu juga masih banyak. Apa mau di termos eigger-nya Hanis nih yang anget?" Hahahaha. Sombong? Biarin. Yang penting go green. Daripada nyampah mulu :p

Kembali ke Cikasur...

"Git, ada eek meong tau." Ujar Acrut sambil nendang-nendang bongkahan sebesar genggaman tangan yang awalnya saya pikir itu batu, ternyata eek meong. Iya, meong gede. Alias macan.

"Waduh, asal jangan ketemu meong lagi minum aja." Sahut saya sambil terus berjalan megikuti Acrut menuju aliran sungai yang menjadi surga utama di Cikasur ini. Selain airnya yang segar, di pinggiran sungai juga terdapat tumbuhan yang dikenal dengan selada air. Kebetulan Bang Cehu sudah mengambil selada air dari tadi malam dan merendamnya hingga tanah dan warnanya luntur. Pagi ini akan kami jadikan pecel dengan kombinasi kacang panjang, timun dan tauge. Nyam!

Catatan pendakian Argopuro
Selada Air dan Air Segar

"Git, gue pengen pup." Ujar Acrut lagi. Sementara saat itu satu-satunya cewek ya cuma kami berdua. Lainnya cowok-cowok lagi pada mandi.

"Di atas sana aja, Crut. Tuh pinjem goloknya si mas." Jawab saya sambil mengarahkan telunjuk ke golok seorang pendaki yang sepertinya juga habis pup. Dengan gerakan secepat kilat, Acrut sudah menghilang di balik semak-semak. Sementara saya masih melanjutkan kegiatan nyuci nesting di pinggiran sungai.

"Mas, jangan sikat gigi di sungai, dong!" Ujar salah seorang pendaki kepada mas-mas yang tampangnya ngeselin.

"Lah, emang kenapa?" Tanyanya nyolot. Kemudian yang tadi menegur malah diam saja. Saya bergumam, ini air Cikasur seger-seger terus jadi cemar gara-gara cunguk satu ini. Tak lama, Acrut selesai. Lalu membantu saya membilas nesting sambil memenuhi masing-masing nesting dan botol untuk masak serta bekal perjalanan nanti. Tapi sekarang si mas nyolot tadi makin menyebalkan. Ia mencuci peralatan makannya dengan sunlight.

"Lu kalo mau nyuci pake sabun jangan disitu, sana di atas! Tuh mbaknya aja nyuci nggak pake sabun!" Ujar pendaki tadi, menegur sambil menunjuk kami berdua sebagai contoh yang benar.

"Lah, kalo nggak pake sabun mana bisa bersih?" Sahutnya makin nyolot. Iya sumpah, ni orang nyebelin banget. Saya sampe agak-agak jijik minum air Cikasur gara-gara dia.

"Itu mbaknya bisa bersih. Kalo mau pake sabun buangnya ke tanah, jangan ke air! Udah gitu airnya kan ngalir ke mbak-mbak itu sama yang lain juga."

Semua orang melihat dia singit. Tapi dia cuek aja. Andai saya bawa kamera, udah saya foto itu orang biar dibully di-sosmed!

Malas berlama-lama di sana melihat kelakuan orang bodoh seperti dia, lantas kami meninggalkan sungai dan kembali ke Camp. Ternyata cowok-cowok udah pada bangun. Kami langsung mengeksekusi sarapan pagi berupa pecel dan telur dadar buatan Aki Nana. Saya sibuk melarutkan bumbu kacang dengan air hangat, Acrut dan Bang Cehu sibuk mengolah selada air, Aki Nana membuat telur dadar spesial, sementara cowok-cowok lainnya sibuk menunggu nasi dan sayur rebus lainnya matang.

Makanan tersaji dengan cepat. Saking cepatnya, kami langsung makan tanpa foto-foto dulu. Yah, selalu seperti itu :))

***

Usai sarapan, cowok-cowok pada mandi di sungai. Ingat, kalau mau mandi di sungai, pilih yang lebih rendah, ya. Jangan yang paling atas, itu buat ambil air. Jangan ngotorin gunung kayak mas-mas tadi deh pokoknya.

Sambil menunggu cowok-cowok mandi, saya dan Acrut membereskan peralatan. Menggulung semua sleeping bag dan menyiapkan bekal untuk perjalanan ke Cisentor. Menu sarapan kali ini pecel selada air, timun, tauge dan kacang panjang. Lauknya berupa telur dadar spesial buatan Aki Nana yang potongan bawang dan cabainya gede-gede banget. Tidak lupa kami siapkan otak-otak goreng sebagai bekal di perjalanan menuju Cisentor. Lengkapnya, dua bungkus otak-otak goreng yang tiap bungkus isinya 15 pcs, terus dipotong bagi dua. Jadi tigapuluh otak-otak kali dua bungkus. Sama dengan 60 potong otak-otak buat bertujuh. Hehehe.

Lagi, kami menjadi kelompok terakhir yang meninggalkan camp Cikasur. Kami keasyikan makan, foto-foto, haha-hihi. Berikut Cikasur dalam potret.

Catatan pendakian Argopuro
Cikasur
Catatan pendakian Argopuro
Lagi... Sabana Cikasur.
Catatan pendakian Argopuro
Edisi Mojok di Cikasur

Lagi asyik foto-foto, tiba-tiba Aki Nana bilang, "Git, git. Sebelah sini, Git. Yang ada dinosaurusnya tuh."

"Dinosaurus apaan?" Jawab saya bingung

"Itu, bukitnya kayak dinosaurus." Tunjuk Aki Nana pada sebuah bukit. Ternyata, maksud dia ini...

Sumpah gue nggak ngerti, apanya yang dinosaurus, coba...

Sementara itu, di sisi lain...

Ekki ngiket celana pake tali rapia
Dan kalau digabungin, jadinya kayak gini...

Catatan pendakian Argopuro
Scene 1
Scene 2
Catatan pendakian Argopuro
Scene 3
Sambil ngakak-ngakak nggak jelas, tau-tau udah adzan dzuhur aja. Sementara katanya, ke Cisentor bisa 4 - 6 jam. Kami baru jalan jam satu siang. Nggak tahu jam berapa bakalan sampai di Cisentor, tapi rasanya berat banget ninggalin Cikasur yang indah ini...

Catatan pendakian Argopuro
Lovieisme dan bukit dinosaurus


Baca lanjutannya di >> Pahit Manis Menuju Puncak Rengganis ^^

Comments

  1. wkwkwkk selin lu yang...kocak ini aseli *tegulingguling* huaha

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. itu bukan kolam ikan, kak. itu sumber air sudekat :|

      Delete
  3. liat scene nya bkin salah fokus,, wkwkwk,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa, pas banget foto2 candidnya bisa dibikin meme :D

      Delete
  4. kocak sumpeh komik berseries ahaha

    ReplyDelete
  5. Miris yak.. Ngakunya aja pendaki, tapi ngga bisa jaga alam.. :(

    ReplyDelete
  6. aaa mbak, bikin kangen Cikasur :")

    ReplyDelete
  7. Cikasur itu sepertinya menimbulkan dilema... Ditinggal sayang, tidak ditinggal kemaleman ke cisentornya :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.