"Papih, Ciah ngidam nii.. Mau ke Belitung.""Yang bener aja, ngidam ke Belitung.""Beneran. Dedeknya mau liat laut sama naik-naik ke batu!""Git, cariin tiket buat kakak lu. Sekalian sama lu juga. Akhir Mei berangkat ke Belitung."
Percakapan di atas terjadi ketika saya sedang asyik menatap laptop di teras rumah, ditemani secangkir cokelat panas dan
rintik hujan. Kakak saya, Ciah, yang baru saja menikah dan langsung
'isi' tiba-tiba ngidam ke Belitung. Suaminya, si Papih, mau tak mau
menuruti permintaan istrinya. Sementara saya jadi bingung sendiri. Saya
telah memiliki tiket PP Jakarta - Malang karena berencana ke Semeru
dengan Imam, Om Pulung dan Dek Danang. Ceritanya nebus hutang karena
gagal Lawu. Eh tapi mendadak diajak ke Belitung gratisan. Aku kudu piye?
Jadilah
sore itu juga saya memesan tiket penerbangan Jakarta - Tanjung Pandan
untuk libur panjang akhir Mei tanpa tahu harus menginap dimana dan akan
kemana saja. Saya langsung memberi kabar kepada The Homblo Group bahwa
saya gagal ke Semeru. Layaknya ditinggal seorang kekasih tanpa alasan, mereka kecewa kepada saya. Kecewa sedalam-dalamnya. #lho #kokjadicurhat
***
Selasa, 27 Mei 2014
Pagi hari, kami yang tinggal serumah diantar ke bandara oleh Ayah. Tapi di tengah perjalanan, mobil mengeluarkan asap. Entah apa yang rusak. Akhirnya dengan sigap kami bertiga segera memberhentikan taksi yang kebetulan lewat. Saat itu sudah pukul tujuh pagi, dan kami masih di Tol Bekasi Timur. Sementara penerbangan pesawat yang kami pesan yaitu setengah sembilan.
Masih satu setengah jam lagi.
Begitu memasuki jalan tol, kendaraan sudah terlihat merayap. Ada dua truk yang menggelinding ke bahu jalan sehingga menyebabkan kemacetan. Saya menepuk jidat dan membatin, bakalan lama deh ini. Raut cemas menghiasi wajah kami bertiga. Kan nggak asik kalau ketinggalan pesawat dan gagal libur panjang. Sementara tiket Semeru yang keberangkatannya esok hari, sudah saya berikan ke Keyko. Mereka napak tilas ke Semeru tanpa saya :(
Tapi Tuhan berkehendak lain, taksi yang kami tumpangi mampu mencapai Bandara Soetta hanya dalam waktu satu jam. Sesampainya di Terminal 1B, sesosok pria keturunan arab dengan carrier besar yang melekat di punggungnya, berjalan menghampiri saya sambil cengar-cengir. Saya shock. Nauvael juga ke Belitung :|
"Check in-nya barengan aja, biar duduknya sebelahan." Ujar Nauvael. Dasar modus. Pantas saja ia bertanya-tanya saya naik maskapai apa, tanggal berapa, keberangkatan pukul berapa. Ternyata ia tak tega meninggalkan saya sendiri untuk mengawal sepasang suami istri ini.
Sambil menunggu pesawat di boarding room, kami sibuk mengunyah bekal yang sengaja dibawa dari rumah. Sudah lewat setengah sembilan, tapi tak dipanggil-panggil. Ternyata pesawatnya delay dooooong -__- udah buru-buru dari rumah sampai mobil kebakar juga.
"Aku dong, berangkat dari Bandung jam empat pagi naik travel paling pertama." Ujar Nauvael sambil menutup wajahnya dengan jaket. Dan sejurus kemudian, ia tertidur pulas, begitu juga kami bertiga.
Waiting is a boring thing. Satu jam terasa begitu lama sekali. Akhirnya pesawat yang kami tunggu-tunggu tiba dan tak lama kemudian kami dipersilakan naik. Perjalanan menuju Bandara H.AS.Hanandjoeddin hanya memakan waktu satu jam. Andai saja tadi tidak delay, pasti kami sudah sampai dan leyeh-leyeh di penginapan.
Di udara, degradasi warna laut memberikan kesan sejuk di mata saya. Tidak ada barisan gunung seperti yang biasa kita lihat kalau ke Surabaya atau Bali. Tapi, di bawah sana terbentang luas laut biru dan gugusan pulau. Dari sini saya baru percaya bahwa Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Iya, Geografi saya payah.
Sesampainya di tempat tujuan, Tanjung Pandan hujan deras. Nauvael segera mengontak Pak Maulidi yang akan mengantar kami ke penginapan. Tujuan kami Hotel Surya, sebuah penginapan yang berada di kawasan Pecinan dengan budget yang relatif murah. Lokasinya di Pusat Kota, sehingga memudahkan kami ke pasar, ATM, atau warung makan.
Hujan masih mengiringi perjalanan kami menuju penginapan. Kami sempat takjub melihat kondisi jalan yang benar-benar sepi dan tak semrawut. Kata Pak Maulidi, naik kendaraan di Belitung selama satu jam bisa sampai 90 km. Boro-boro di Jakarta, 1 jam paling baru 10 km, belum lagi kalau macet.
Sesampainya di Penginapan, kami langsung dijemput oleh Bang Kiray, seorang pecinta alam dari Belitung yang kebetulan direkomendasikan Keyko untuk menemani kami selama disana. Selepas Dzuhur, Bang Kiray mengajak kami ke Pantai Tanjung Kelayang bersama istri dan teman-temannya. Kami ikut mereka dengan motor sewaan yang disediakan hotel. Jadilah kami berasa anak genk motor yang touring dan menguasai jalanan. #halah
Perjalanan dari pusat kota sampai ke Tanjung Kelayang berkisar 45 menit sampai satu jam. Eh, kayaknya lebih cepat deh. Jalanan yang kami lalui sangat sepi sehingga membebaskan kami untuk kebut-kebutan. Di Tanjung Kelayang, kami disambut dengan tulisan ini...
Masih satu setengah jam lagi.
Begitu memasuki jalan tol, kendaraan sudah terlihat merayap. Ada dua truk yang menggelinding ke bahu jalan sehingga menyebabkan kemacetan. Saya menepuk jidat dan membatin, bakalan lama deh ini. Raut cemas menghiasi wajah kami bertiga. Kan nggak asik kalau ketinggalan pesawat dan gagal libur panjang. Sementara tiket Semeru yang keberangkatannya esok hari, sudah saya berikan ke Keyko. Mereka napak tilas ke Semeru tanpa saya :(
Tapi Tuhan berkehendak lain, taksi yang kami tumpangi mampu mencapai Bandara Soetta hanya dalam waktu satu jam. Sesampainya di Terminal 1B, sesosok pria keturunan arab dengan carrier besar yang melekat di punggungnya, berjalan menghampiri saya sambil cengar-cengir. Saya shock. Nauvael juga ke Belitung :|
"Check in-nya barengan aja, biar duduknya sebelahan." Ujar Nauvael. Dasar modus. Pantas saja ia bertanya-tanya saya naik maskapai apa, tanggal berapa, keberangkatan pukul berapa. Ternyata ia tak tega meninggalkan saya sendiri untuk mengawal sepasang suami istri ini.
Sambil menunggu pesawat di boarding room, kami sibuk mengunyah bekal yang sengaja dibawa dari rumah. Sudah lewat setengah sembilan, tapi tak dipanggil-panggil. Ternyata pesawatnya delay dooooong -__- udah buru-buru dari rumah sampai mobil kebakar juga.
"Aku dong, berangkat dari Bandung jam empat pagi naik travel paling pertama." Ujar Nauvael sambil menutup wajahnya dengan jaket. Dan sejurus kemudian, ia tertidur pulas, begitu juga kami bertiga.
Waiting is a boring thing. Satu jam terasa begitu lama sekali. Akhirnya pesawat yang kami tunggu-tunggu tiba dan tak lama kemudian kami dipersilakan naik. Perjalanan menuju Bandara H.AS.Hanandjoeddin hanya memakan waktu satu jam. Andai saja tadi tidak delay, pasti kami sudah sampai dan leyeh-leyeh di penginapan.
Di udara, degradasi warna laut memberikan kesan sejuk di mata saya. Tidak ada barisan gunung seperti yang biasa kita lihat kalau ke Surabaya atau Bali. Tapi, di bawah sana terbentang luas laut biru dan gugusan pulau. Dari sini saya baru percaya bahwa Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Iya, Geografi saya payah.
Ciyeee.. honeymoon... Ciyeee... |
Sesampainya di tempat tujuan, Tanjung Pandan hujan deras. Nauvael segera mengontak Pak Maulidi yang akan mengantar kami ke penginapan. Tujuan kami Hotel Surya, sebuah penginapan yang berada di kawasan Pecinan dengan budget yang relatif murah. Lokasinya di Pusat Kota, sehingga memudahkan kami ke pasar, ATM, atau warung makan.
Hujan masih mengiringi perjalanan kami menuju penginapan. Kami sempat takjub melihat kondisi jalan yang benar-benar sepi dan tak semrawut. Kata Pak Maulidi, naik kendaraan di Belitung selama satu jam bisa sampai 90 km. Boro-boro di Jakarta, 1 jam paling baru 10 km, belum lagi kalau macet.
Sesampainya di Penginapan, kami langsung dijemput oleh Bang Kiray, seorang pecinta alam dari Belitung yang kebetulan direkomendasikan Keyko untuk menemani kami selama disana. Selepas Dzuhur, Bang Kiray mengajak kami ke Pantai Tanjung Kelayang bersama istri dan teman-temannya. Kami ikut mereka dengan motor sewaan yang disediakan hotel. Jadilah kami berasa anak genk motor yang touring dan menguasai jalanan. #halah
Perjalanan dari pusat kota sampai ke Tanjung Kelayang berkisar 45 menit sampai satu jam. Eh, kayaknya lebih cepat deh. Jalanan yang kami lalui sangat sepi sehingga membebaskan kami untuk kebut-kebutan. Di Tanjung Kelayang, kami disambut dengan tulisan ini...
Menuju Jauh ke Belitong :D |