Friday, 18 January 2013

Ranu Pani - Ranu Kumbolo : Diguyur Hujan


Cerita Sebelumnya bisa dibaca, Disini :)

Minggu, 30 Desember 2012

Kok lupa ya?
Sebentar..

Waktu itu kami diharuskan bangun pagi, kemudian packing ulang dan memisahkan barang-barang yang tak terpakai untuk ditinggal di Tumpang. Saling berebut kamar mandi untuk membersihkan badan terakhir kalinya. Namun tiba-tiba Bang Ucup datang dengan handuk yang melingkar di lehernya.

“Pada mandi di pasar aja gih. Enak sepi.” Ujar Bang Ucup.

“Hah? Di Pasar deket Terminal?” Tanya yang lainnya.

“Iya. Tadi gue mandi disitu.” Beberapa orang mulai terpengaruh, namun aku tetap menunggu. Agak ragu sebenarnya, lagi pula malas mengeluarkan sandal dari dalam tas. Aku tetap mengandalakan sandal swallow milik Donny.

Cukup lama kami leyeh-leyeh di Balai Desa Tumpang. Dari makan pagi, jalan-jalan ke pasar, fotokopi berkas-berkas yang dibutuhkan, makan siang pake fun chicken dan melakukan hal-hal gila.

Oro-oro Ombo memang team gila. Gak ngerti ide ini tercetus dari mana, tiba-tiba Caesa membuat sebuah titik hitam yang agak besar di bagian kiri dagu tiap anggota dengan menggunakan spidol. Alhasil team kami disebut team Tompel :-D Kemudian jajan eskrim dan gak bagi-bagi sehingga membuat team lainnya mupeng. Jahat kan :-|


Dua team telah berangkat terlebih dahulu menuju Ranu Pani dengan menggunakan Jeep, sementara team kami tertinggal lama dan akhirnya memutuskan untuk menaiki truk sapi. Ajaib.

Kami tiba di Ranu Pani sekitar pukul dua siang, kemudian simaksi dan mencicipi bakso malang ditemani hujan. Lagi-lagi semangkuk dengan Caesa. Hehehe. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo dimulai pukul empat sore. Berbekal Raincoat, ponco dan payung kami menerjang hujan yang semakin deras. Seharusnya waktu yang dibutuhkan untuk menuju Ranu Kumbolo dari Ranu Pani hanyalah empat jam, namun cuaca dan keadaan alam yang tidak mendukung, termasuk beberapa kali melewati longsor dan pohon tumbang. Saat itulah kesolidan tim kami diuji. Arya yang keram akibat Carrier-ku yang berat, jalanan yang licin sehingga mengharuskanku merangkak, Bang Ucup dan Donny yang bergantian menarik dan mendorongku. Aku tak henti-hentinya mengoceh ‘di sebelah kiri jurang’, ‘awas batu’. ‘ada akar’, ‘licin parah’sampai-sampai disebut penyiar RRI oleh Uchil, Guide team Oro-oro Ombo. Kemudian tibalah kami di Ranu Kumbolo pukul dua belas malam. Dingin sekali :’(

Ketika beristirahat di Pos 2, sempat bertemu rombongan pendaki asal Cirebon. Aku menawarkan Rainbow Cake asal Bontang kepada mereka. Bukan, bukan rainbow cake seperti yang di kota-kota, namun dodol Kalimantan yang bungkusnya kertas wajik warna-warni -_- Itu oleh-oleh dari Bang Yasin, Member CISC dari Bontang yang turut serta dalam acara ini. 

Senin, 31 Desember 2012

Tak banyak yang kami lakukan setibanya di Ranu Kumbolo. Hanya membuat minuman hangat, beres-beres, berganti pakaian dan tidur didalam tenda masing-masing. Hujan masih turun menerjang tenda kami. Namun aku tak dapat tidur sampai jam tiga pagi. Aku memutuskan keluar tenda dan memainkan kompor.

“Ngapain lu, Git?” Tanya Kibo muncul dari balik tendanya.

“Mau masak air. Tapi ngeri nih kompornya.” Jawabku polos.

“Gue mau masak mie ah.” Ujarnya seraya mengaduk-aduk plastik besar yang berisi logistik.

“Masakin gue air dulu kibooo..” Kataku.

“Buat apaan sih?” Tanyanya kemudian.

“Buat di sleeping bag. Biar tidurnya anget.” Ia menatapku bingung namun tetap merebuskan air untukku. Aku nyengir.

Selesai berbincang-bincang sambil menunggu Kibo selesai melahap mie rebusnya, kami akhirnya kembali kedalam tenda masing-masing. Tidurku pulas memeluk termos berisi air panas. Kemudian terbangun pukul setengah enam pagi karena kebelet pipis.


(Bersambung ke cerita selanjutnya, Bisa Klik Disini)

We Are Oro-oro Ombo - Ora Opo-opo!!


Cerita sebelumnya bisa dibaca Disini :)

Sabtu, 29 Desember 2012

Pagi menjelang, beberapa peserta mulai gila. Mereka berfoto-foto ria di pintu kereta dengan gaya Zafran dan Arinda. Aku masih mengantuk sekali waktu itu, bahkan tertidur dengan mulut menganga :-D

Ketika KA Matarmaja berhenti di Stasiun apa, entah aku lupa, tiba-tiba Bang Daud masuk ke gerbong yang dekat dengan kursiku, ia menawarkan kami Biji Matoa. Kami tak tau ia datang darimana. Hahaha katanya sih habis nginep dirumah temennya, terus ngejar kereta kita deh. Saluuuut.

Aku benar-benar tebangun ketika Kereta melintasi Stasiun Kepanjen, ahh rumah mbak Mel, batinku dalam hati. Berarti sebentar lagi sampai. Aku mulai berkemas dan menurunkan carrier. Dan tak lama, Stasiun Malang Kota Lama terlewati. Kemudian, sampailah kami di Stasiun Malang. Deg-degan!!!

Keluar Stasiun, negosiasi dengan angkot, sarapan duluuuuu ^_^
Sempet kaget waktu tau Mie ayam disana harganya tigaribu limaratus :o
Aku makan Soto daging, enamribu rupiah :-)

Sejam berlalu didepan Stasiun Malang, kemudian lanjut ke Balai Desa Tumpang yang memakan waktu setengah jam lebih sekian. Beres-beres, packing ulang, ada yang leyeh-leyeh ada juga yang mandi. Kami tiba disana menjelang dzuhur. Yang paling pertama diserbu ketika sampai disana adalah COLOKAN LISTRIK :-D



Perut ini akhirnya menunjukkan tanda-tanda kontraksi. Kebetulan Balai Desa Tumpang memiliki dua buah kamar mandi yang cukup terawat. Namun keduanya penuh kala itu. Tak lama aku menunggu, salah satu pintu kamar mandi terbuka. Muncullah seseorang yang sedang sikat gigi. Lelaki asal Bandung bernama Fuadi. Entah kaget atau grogi, sikat gigi terlepas dari genggamannya dan nyemplung ke wc. Aku menahan tawa dengan mulas yang semakin menjadi-jadi :-|

Sebelumnya sempat mencicipi makanan vegetarian di Malang bareng Kak Lid dan Donny. Kemudian menjelang maghrib nyobain burger daging dan telur seharga enam ribu rupiah bareng Donny lagi.

Kami menginap disana hingga keesokan paginya. Salah satu tujuan kami stay disana adalah menunggu peserta lain yang berangkat dari luar Jakarta. Ada pula peserta dari Bandung, Surabaya, Kalimantan, Sumatera dan lainnya. Bhinneka Tunggal Ika :D

Ah iya! Oro-oro Ombo Team berisi sepuluh orang anggota. Tujuh orang pria dan tiga orang wanita. Mari kita perkenalkan satu persatu :)


Beliau adalah ketua kelompok kami, berbadan kurus tinggi dengan rambut yang sering dikuncir. Dulunya nge-band, sekarang jadi tukang keluyuran. Panggilannya Nganga. Nggak ngerti apa karena orangnya suka mangap atau gara-gara akun twitternya @kengaga_KRSB (Yuk Follow!!) Selalu meyakinkan orang-orang kalo dirinya manis. Doi paling pengertian sama gue *kedip-kedip*


Panggil dia Bray aja, pasti nengok. Arya ini koki-nya Oro-oro Ombo Team, paling jago masak pasta. Dari macaroni bolognese sampe cream soup. Nyam-nyam enyak lah pokoknya. Doi pahlawan gue, rela tukeran carrier gue yang guedhe ini sama carriernya yang kecil dan enteng. Walaupun Arya galak, tapi baik :') Oh, iya. Doi sempet bikin Nganga galau di kereta gara-gara rebutan cewe. Ciyeeee :D


Panggilannya Ucup. Sekilas mirip bapak-bapak, tapi ternyata masih muda *pasangkacamata* Bang Ucup perutnya sensitif, suka gerak-gerak sendiri, curiga didalem perutnya ada janin yang tumbuh dan berkembang. Kalo mau tidur masih suka mentil. Ada yang tau mentil itu apa? hahaha.. Doi berhasil muncak sampe 3/4 Mahameru. Keren kan? Udah ah jangan panjang-panjang, tar Agit diomelin :p


Abang satu ini dari Kalimantan. Kerjanya di Travel-Agent. Enak ya jalan-jalan terus.. Beban di tasnya berat banget. Orangnya juga tinggi banget, terus pendiem banget. Yang banget-banget dah pokoknya.Satu hal yang mengingatkanku pada Bang Hengky adalah botol minum Tupperware ijo yang selalu ada disamping carriernya. Unyu kan :3


Hendra ini dipanggil Kibo. Dari rambut, alis, bulu kaki, bulu mata sampe bulu hidungnya kribo :D Makhluk yang unik sekali bukan? Katanya sih dengan rambutnya yang kayak gitu, doi jadi anti air alias waterproof. Kerjaannya ngambil air di Ranu Kumbolo. Pernah minum air bekas cucian kakinya sendiri gara-gara salah ambil botol. hahaha. Kibo nggak bisa diem. Suka loncat-loncatan kesana kemari. Eh pernah deng sekali-kalinya dia diem pas sampe kalimati, bajunya basah semua. Sepatunya juga. Satu jam dia diem karena kedinginan, namun tak ada seorang pun yang peduli akan dirinya. Tragis.


Budi ini soulmatenya Kibo, tapi lebih pendiem dan gak se-urakan Kibo. Katanya sih sekampus sama Kibo. Tapi mudah-mudahan gak teracuni Kibo ya... Budi penurut orangnya. Kalem-kalem gimana gitu. Tapi suka lupa naro kancut di sembarangan tempat. Masa iya kancut dia pernah nyasar ketenda gue -_- gilaaaaak!!!


Donny ini mahasiswa ITB. Dia kira kalo dia adalah peserta termuda, dan teori itu terbantahkan oleh gue *pasangkacamata* Paling sering jalan dibelakang gue, tapi pas summit ninggalin gue. Gak doyan sarden. Makanannya sosis sonice sama minum susu bantal. Masih suka labil kalo makan popmie harus minum kuahnya atau enggak. Sendal jepit swallownya suka ilang dipinjem orang tanpa izin. Partner kulineran gue di Tumpang, ye nggak don? :-D


Panggilannya Caesa, mahasiswi Fisip Unpad yang lagi sibuk skripsi tapi masih sempet-sempetnya kabur buat nyemeru. Doi partner trip-nya Nganga. Suka pake kupluk Consina yang bikin mukanya kayak dede bayi unyu :3 kalo ketawa gak bisa melek, suka manggil orang "nyeeeeeeet". Hampir setengah isi carrier-nya susu beruang. Gak ngerti doi ini anak sapi, anak beruang atau anak naga terbang. Kalo makan gak pernah habis, selalu dibagi dua sama gue. Gak suka kalo dipanggil Sesah :D


Mama yang satu ini keren, kecil-kecil tenaganya maut. Jalannya cepet banget kayak porter. Paling sigap dan paling cepet kalo siap-siap. Kancil banget deh pokoknya. Hampir jadi korban mentil-nya Bang Ucup waktu di Tumpang. Buahahaha :D Doi lebih pilih tidur daripada makan. Paling sering nanya, "mau pipis gak" wkwkwkwk


Kali ini gue dipanggil Agit, paling muda, paling nyusahin, paling iseng, paling onta B-)

WE ARE ORO-ORO OMBO!! ORA OPO-OPO :-D



(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Matarmaja : Dan Petualangan Dimulai



Jum'at, 28 Desember 2012

"Ndhuk, udah bangun? Ayah berangkat kerja dulu. Salim untuk terakhir kalinya.." Seru Ayah dibalik pintu kamarku. Aku tersontak kaget mendengar kata 'terakhir' keluar dari mulutnya. Memangnya aku mau kemana? 

Aku bangun lebih pagi dari biasanya setelah melalui tidur yang tak nyenyak semalam suntuk. Melanjutkan packing yang belum kelar karena over-muatan, memantau Timeline peserta Memorable Trekking Semeru 2013 yang bikin tambah deg-degan, dan tak lupa menunaikan sarapan yan benar-benar tak berselera pagi itu. Kepalaku pusing, seperti demam panggung. Keringat dingin bercucuran. Tak lama kuputuskan untuk mandi pagi. Namun pada guyuran pertama, aku muntah.

Entah masuk angin atau kelelahan karena seminggu sebelumnya benar-benar dihajar olah fisik yang lebih berat dari biasanya. Aku takut sakit. Takut sekali. Sempat terpikir untuk membatalkan semua rencana gila ini, takut semua orang merasa direpotkan oleh kondisi fisikku yang tidak stabil ini. Namun sudahlah, Life must go on.

Pukul sembilan pagi, aku siap berangkat. Carrier Eiger 55L milik Bang Koko menempel kokoh dipunggungku. Ibu menatapku cemas melihat anaknya yang pemalas dan lemah ini menggendong beban seberat itu.

"Kamu yakin kuat, Ndhuk? Itu berat, Ibu aja nggak kuat. Keluarin aja sebagian, nanti sisanya beli disana. Di Tumpang ada Indomaret kan?" Tanya Ibu.

"Kuat, Bu. Udah ya, Cita pamit." Jawabku segera mencium tangannya. Kemudian kucium tangan nenek dan kakakku. Beberapa detik sempat kutatap bayi mungil yang merupakan adik bungsuku, usianya baru lima bulan kala itu. Kuusap-usap pipinya seraya berkata, " Cita pamit ya dek, nanti kalau sudah besar kayak cita ya.. Suka jalan-jalan."

Aku menaikki angkot 19a menuju Terminal Bekasi, kemudian dilanjut angkot yang melewati Stasiun Bekasi. Sedikit terbersit rasa bangga ketika melihat mata orang-orang yang menatapku menggendong tas sebesar itu. Untuk menuju Stasiun Pasar Senen, aku harus transit di Stasiun Jatinegara. Beberapa kali disapa orang, "Mau ndaki kemana, mbak?" dan entah mengapa selalu kujawab, "Mau pulang kampung" disertai anggukan dan senyum ramahku. Seketika aku berpikir, kenapa aku jawab seperti itu? Apa benar ini tanda-tanda aku akan 'pulang'?

Aku tiba di Stasiun Pasar Senen pukul sepuluh lewat sekian. Ketika baru saja melintasi pintu keluar, aku menemukan sosok Riries dihadapanku.

"Ri!!!" Seketika ia menoleh dan menatapku bingung.

"Cita? Tasnya gede baaaangeeet." Ia terbata. Mulutnya menganga.

"Tuh, banyak yang bawa tas gede tuh Ri, mau kesana juga paling." Lanjutku sambil memberi 'kode mata' ke Riries.

"Wah iya, ya." Riries bengong.

"Duduk dulu yuk" Aku menyeretnya duduk. Carrier bang Koko kusandarkan ke tembok.

"Nih Cita buat elu, gue bawain bekel." Katanya sambil cengengesan. Mataku berkaca-kaca.

"Kukuh mana? Nggak nganter?" Tanyanya kepadaku. Aku menggeleng lemah.

"Uuuuu.. kaciiiaaaaann.." Ia meledekku lagi.

"Gaktau lah Ri, gue bingung. Jutek banget dia. Bilangnya sih kerja. Yaudahlah biarin aja, lagi gakmau gue ganggu juga kali." Jelasku. Ia sibuk melahap puding yang baru saja dibelinya.

"Cita mau? Enak lho." Ia menawarkanku. Aku meraih sendoknya.

Dan saling bertukarceritalah dua sahabat itu sambil cekikikan belepotan puding dan beng-beng. Sampai kelaparan dan memesan hokben. Dua jam telah berlalu sampai akhirnya Ken Rangga datang dengan Carrier yang tak kalah besar dan menggenggam kantong plastik berukuran raksasa yang katanya berisi baju peserta Trekking, beliau adalah ketua kelompok II (Oro-oro Ombo Team) yang merupakan kelompokku juga.

Beberapa peserta lainnya mulai hadir. Riries meminta izin untuk pulang tanpa melihatku masuk kedalam kereta. Sedih sekali kala itu. Dan sepasang sahabat, akhirnya berpisah kota.



Ketika jarum jam menunjukkan pukul dua siang, penumpang KA Matarmaja telah diperbolehkan memasuki peron. Para peserta dan penumpang lainnya secara tertib mengantre. Sebelumnya kami telah berkenalan dan bercerita satu sama lain. Dari sanalah sebuah keluarga baru tercipta. Kemudian KA Matarmaja bergerak pelan, sebuah perjalanan akan segera dimulai.

Aku kebagian tempat duduk di sebelah Mbak Kunthi, mahasiswi asal Bogor yang sedang melanjutkan kuliahnya di Binus. Dihadapan kami berada Kak Lidya, seorang calon dokter yang berdomisili di antara Medan - Pekanbaru - Padang. Beliau berangkat pagi dari Sumatera naik pesawat, lalu naik Damri sampai Gambir dan lanjut ke St. Senen. Saluuut!! Kami bertiga bertukar cerita sepanjang perjalanan, tak lupa pula saling bertukar makanan B-)

Kemudian beberapa kali berseliweran tokoh-tokoh lain didalam kereta, yang hanya sekedar mampir atau numpang makan, kebetulan ada satu bangku kosong disebelah kak Lid :-D

Beberapa menit menjelang maghrib, kereta tiba di Stasiun Cirebon. Aku memutuskan untuk turun sambil melemaskan otot-otot kakiku. Bertegur sapa dengan beberapa pendaki lain yang satu kereta dan sedang duduk-duduk diluar. Aku membeli sebungkus nasi, dengan lauk sayur tahu dan tumis udang. Kemudian menyempatkan diri ke toilet untuk buang air kecil.

Aku menatap sekeliling stasiun dengan pandangan nanar, perjalanan kali ini terasa begitu aneh, lain sekali dari biasanya. Entahlah, aku sendiri sulit mendeskripsikannya. Aku menaiki kereta dan kembali ke tempat dudukku semula. Nafsu makanku hilang seketika. Kunyalakan ponselku yang sebelumnya kubiarkan mati, namun lagi-lagi amarah kekasihku tak kunjung reda. Sudahlah, tak usah diladeni. Kemudian kumatikan lagi.

Aku memakan nasi bungkusku ketika hari mulai malam. Kemudian bertukar cerita dengan penumpang di kursi seberang. Ternyata mereka juga orang Bekasi dengan tujuan yang sama, Mahameru. Kami bahkan tak berkenalan atau sekedar bertukar nama, namun perbincangan malam itu mengalir begitu hangat layaknya saudara yang lama tak bertemu. Saling tertawa. Mbak Kunthi entah kemana waktu itu, hanya ada aku dan Kak Lid. Kami saling bertukar permen karet Big Bubble dan bermain tebak-tebakkan dari bungkusnya. Sampai akhirnya pegawai KA yang menjual makanan ikut nimbrung dalam acara kami. Ia duduk dihadapanku sambil memeluk nampannya.

Beliau, entah siapa juga namanya - kami menyebutnya Bapak AL (Angkatan Ludruk). Seragamnya Biru-biru seperti Angkatan Laut namun tak ada lencana-lencana di bajunya. Beliau bercerita bahwa hari itu adalah hari terakhirnya bekerja. Beliau akan pensiun dan beternak belut. Namun beliau menceritakannya tidak dengan sedih-sedihan, beliau membuat kami tertawa sepanjang malam. Sempat aku bertanya,

"Bapak kerja di kereta? Pulang pergi Jakarta - Malang?"

"Ho'oh."

"Anak istri di kampung?"

"Lhoo, istri saya dirumah, anak saya di panti asuhan." Seketika kami semua tertawa. Entah dimana yang lucu, namun beliau menceritakannya dengan logat jawa yang khas.

"Kok di panti asuhan, Pak?" Tanyaku lagi.

"Enak toh, kita gak usah ngurus. Yang ngurusin panti. hehehe" Ooooh, jadi itu maksudnya.

Beberapa kali beliau memanggil tukang pop mie, tukang baju batik, dan semua tukang yang lewat. Hanya memanggil tanpa bermaksud untuk membeli. Ajaib sekali kelakuannya -_-

Dan beberapa cerita lain yang sekarang tinggal kenangan, si Bapak telah pensiun dan menikmati masa tuanya :)

Si Bapak pamit ketika melihat muka-muka kami mulai mengantuk. Entah pukul berapa kala itu, kami tertidur pulas di kursi masing-masing.


(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Memorable Trekking Semeru 2013 - The Series


Entah apa yang harus aku tulis pada post kali ini, untuk membuat judulnya saja aku bingung. Apa kabar blog-ku sayang? Sudah lama ya, ku tinggal? Aku mau cerita, lebih tepatnya disebut laporan. Laporan perjalanan akhir tahun 2012 sampai dengan awal tahun 2013. Sebuah perjalanan hati, perjalanan yang selalu kusebut dengan panggilan alam :-)

Semeru,
Gunung tertinggi di pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru pada ketinggian 3.676 Mdpl adalah tujuan destinasi akhir tahunku. Beribu maaf kuucapkan kepada Kukuh Purwo Atmojo, karena Semeru rencana pergantian tahun kita berantakkan, karena Semeru aku membuatmu resah tak karuan, karena Semeru hubungan kita agak sedikit merenggang. Dan maaf, aku lebih dulu ke Semeru, tanpamu.

Aku bukan anggota organisasi pecinta alam, berolahraga pun jarang. Persiapan naik gunung kali ini pun tak akan kelar tanpa bantuan Bang Koko Komaruddin dan Arif Budiman yang bersedia melemparkan peralatan mendakinya kepadaku, dengan sukarela menjelaskan apa saja yang dibutuhkan ketika di alam bebas, dengan sabar membalas pertanyaan-pertanyaan polosku seperti apa kondisi disana. Nama kalian berdualah yang selalu kusebut ketika aku kelelahan. Nama kalian berdualah yang membangkitkan semangat untuk meraih puncak itu. Aku muncak untuk kalian! Aku berhasil sampai puncak karena kalian!!

Dan Ibu,
Aku tak tahu harus bagaimana lagi berucap ketika kau mengizinkan ide gilaku ini. Delapan belas tahun aku hidup, hanya diizinkan pergi ke pantai dan kota-kota besar di Pulau Jawa, namun baru kali ini kau merestuiku naik gunung. Juga Ayah, terimakasih uang sakunya, maaf jika aku boros dan banyak jajan. Kemudian kakak dan adik-adikku, kalian selalu menjadi alasan kenapa aku harus pulang cepat. Tawa kalian mengiringi tiap hembusan nafasku yang berembun di jendela kereta matarmaja. Sebuah keluarga tidak harmonis yang begitu kurindukan pada perjalananku kali ini. Entahlah, rasanya lain. Lain sekali.

Kemudian terimakasih banyak untuk RiriesAgustiany Nursetto,
Yang tiba-tiba datang mengantar kepergianku di Stasiun Pasar Senen.
Terimakasih banyak atas bekalnya yang mampu mengisi perut-perut lapar di kereta, serta jaket pemberiannya yang mampu menghangatkan banyak orang.

Terimakasih..
Untuk Luluk Khanifah dan Mbak Mel - dua sahabat asli Malang,
Untuk Mas Lukman Nur Wahid – si pembuat jersey Meru 13,
Dan untuk seseorang yang mengenalkanku pada keindahan Drini dan Kumbolo..

Serta seluruh nama yang tak bisa disebut satu persatu,
Terimakasih atas dukungan dan cibirannya.
Terimakasih atas dorongan dan ejekannya.
Terimakasih atas semangat dan cemoohannya.
Karena kalianlah aku bisa lebih kuat dari sebelumnya.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...