Kok lupa ya?
Sebentar..
Waktu itu kami diharuskan bangun pagi,
kemudian packing ulang dan memisahkan barang-barang yang tak terpakai untuk
ditinggal di Tumpang. Saling berebut kamar mandi untuk membersihkan badan
terakhir kalinya. Namun tiba-tiba Bang Ucup datang dengan handuk yang melingkar
di lehernya.
“Pada mandi di pasar aja gih. Enak
sepi.” Ujar Bang Ucup.
“Hah? Di Pasar deket Terminal?” Tanya
yang lainnya.
“Iya. Tadi gue mandi disitu.” Beberapa
orang mulai terpengaruh, namun aku tetap menunggu. Agak ragu sebenarnya, lagi
pula malas mengeluarkan sandal dari dalam tas. Aku tetap mengandalakan sandal
swallow milik Donny.
Cukup lama kami leyeh-leyeh di Balai Desa Tumpang. Dari makan pagi, jalan-jalan ke
pasar, fotokopi berkas-berkas yang dibutuhkan, makan siang pake fun chicken dan
melakukan hal-hal gila.
Oro-oro Ombo memang team gila. Gak
ngerti ide ini tercetus dari mana, tiba-tiba Caesa membuat sebuah titik hitam
yang agak besar di bagian kiri dagu tiap anggota dengan menggunakan spidol.
Alhasil team kami disebut team Tompel :-D Kemudian jajan eskrim dan gak
bagi-bagi sehingga membuat team lainnya mupeng. Jahat kan :-|
Dua team telah berangkat terlebih dahulu
menuju Ranu Pani dengan menggunakan Jeep, sementara team kami tertinggal lama
dan akhirnya memutuskan untuk menaiki truk sapi. Ajaib.
Kami tiba di Ranu Pani sekitar pukul dua
siang, kemudian simaksi dan mencicipi bakso malang ditemani hujan. Lagi-lagi
semangkuk dengan Caesa. Hehehe. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo dimulai pukul
empat sore. Berbekal Raincoat, ponco dan payung kami menerjang hujan yang semakin
deras. Seharusnya waktu yang dibutuhkan untuk menuju Ranu Kumbolo dari Ranu
Pani hanyalah empat jam, namun cuaca dan keadaan alam yang tidak mendukung,
termasuk beberapa kali melewati longsor dan pohon tumbang. Saat itulah
kesolidan tim kami diuji. Arya yang keram akibat Carrier-ku yang berat, jalanan
yang licin sehingga mengharuskanku merangkak, Bang Ucup dan Donny yang
bergantian menarik dan mendorongku. Aku tak henti-hentinya mengoceh ‘di sebelah
kiri jurang’, ‘awas batu’. ‘ada akar’, ‘licin parah’sampai-sampai disebut
penyiar RRI oleh Uchil, Guide team Oro-oro Ombo. Kemudian tibalah kami di Ranu
Kumbolo pukul dua belas malam. Dingin sekali :’(
Ketika beristirahat di Pos 2, sempat
bertemu rombongan pendaki asal Cirebon. Aku menawarkan Rainbow Cake asal
Bontang kepada mereka. Bukan, bukan rainbow cake seperti yang di kota-kota,
namun dodol Kalimantan yang bungkusnya kertas wajik warna-warni -_- Itu
oleh-oleh dari Bang Yasin, Member CISC dari Bontang yang turut serta dalam
acara ini.
Senin,
31 Desember 2012
Tak banyak yang kami lakukan setibanya
di Ranu Kumbolo. Hanya membuat minuman hangat, beres-beres, berganti pakaian
dan tidur didalam tenda masing-masing. Hujan masih turun menerjang tenda kami.
Namun aku tak dapat tidur sampai jam tiga pagi. Aku memutuskan keluar tenda dan
memainkan kompor.
“Ngapain lu, Git?” Tanya Kibo muncul
dari balik tendanya.
“Mau masak air. Tapi ngeri nih
kompornya.” Jawabku polos.
“Gue mau masak mie ah.” Ujarnya seraya
mengaduk-aduk plastik besar yang berisi logistik.
“Masakin gue air dulu kibooo..” Kataku.
“Buat apaan sih?” Tanyanya kemudian.
“Buat di sleeping bag. Biar tidurnya
anget.” Ia menatapku bingung namun tetap merebuskan air untukku. Aku nyengir.
Selesai berbincang-bincang sambil
menunggu Kibo selesai melahap mie rebusnya, kami akhirnya kembali kedalam tenda
masing-masing. Tidurku pulas memeluk termos berisi air panas. Kemudian
terbangun pukul setengah enam pagi karena kebelet pipis.
No comments:
Post a Comment