Skip to main content

Bertamasya ke Ocean Dream Samudra Ancol

Gerbang Utama Ocean Dream

Mungkin sebagian orang merasa bosan dengan tempat wisata paling tersohor di Jakarta yang bernama Ancol. Entah karena lokasinya yang berada di ujung utara Jakarta, atau memang wahananya yang itu-itu saja. Tapi tidak bagi murid-murid kursus ini. Mereka antusias mengikuti acara tamasya ke Ocean Dream Samudra Ancol tanpa sedikitpun mengeluh jauh, macet ataupun panas. Apalagi saya, yang asik-asik aja kalau diajak halan-halan harates. (baca: jalan-jalan gratis)

Aneka Pertunjukan di Ocean Dream

Pertama masuk ke arena Ocean Dream, kami disuguhi atraksi Lumba-lumba. Di sini saya baru tahu kalau lumba-lumba ternyata bukan ikan, karena lumba-lumba bernapas menggunakan paru-paru sedangkan ikan bernapas dengan insang. Lumba-lumba juga merupakan hewan mamalia yang melahirkan dan menyusui, sementara ikan bertelur. Nah, proses kehamilannya sendiri sekitar dua belas bulan atau satu tahun.

Jadi, kata kakak pemandunya, besok-besok cukup sebut Lumba-lumba atau dolphin saja, jangan ikan Lumba-lumba. Karena lumba-lumba bukan ikan.

Lumba-lumba lompat, bukan ikan terbang.

Pertunjukan yang kedua adalah Pentas Aneka Satwa. Kakak pemandu menghibur kami dengan kelakuan sepasang berang-berang yang lucu dan menggemaskan seperti mengibarkan bendera sampai bermain bola sambil berjalan di sebuah tong. Ada juga atraksi dari burung, bebek dan beruang madu yang tak kalah keren. Layaknya sirkus, mereka baru diberi upah berupa makanan kalau bisa membuat penonton tertawa.

Pindah ke tempat yang lebih luas, kali ini tiga ekor singa laut tidak mau kalah unjuk gigi. Serius, mereka beneran ngunjukin gigi dengan cengar-cengir sambil melet-melet gitu. Hihihi. Ah iya, kalau proses kehamilan singa laut berkisar 8 - 11 bulan. Dan hebatnya, singa laut betina sudah siap dibuahi lagi 4 - 23 hari setelah melahirkan. Cepet amat :|

Pentas Aneka Satwa dan Pertunjukan Singa Laut

Yang berikutnya adalah Pertunjukan Underwater. Jadi ceritanya si Putri Duyung dan ikan lumba-lumba diserang sama gurita jahat, lalu ditolong oleh si manusia laut. Semacam drama theater gitu, tapi di dalam air! Nggak kebayang deh gimana caranya nahan napas selama itu. Btw, saya nggak gitu memperhatikan jalan ceritanya. Habis, ruangannya ber-AC. Dingin dan sukses bikin saya ngantuk.

Pertunjukan terakhir adalah The Lost World yang menceritakan tentang kehidupan di dunia air. Sekilas mirip Universal studios punya. Cerita-cerita macam bajak laut, kebut-kebutan pakai speedboat, jotos-jotosan dan ledakan bom. Secara keseluruhan patut diacungi jempol!

Arena Perang-perangan di Scorpion Pirates

Selain pertunjukan-pertunjukan di atas, Ocean Dream Samudra Ancol juga memiliki arena bermain seperti boto-boto, ubur-ubur, bumper car dan lain-lain. Buat ibu hamil juga jangan khawatir, di sini tersedia rest area, toilet dan ruang menyusui. Jadi yah, sambil nungguin si kecil main sama bapaknya, si ibu bisa nyusuin si dedek bayi. Cocok buat main-main sama anak deh pokoknya. Huhu. Gara-gara ngawal bocah-bocah kecil yang pada tamasya sama ibunya, saya kok ya jadi kepingin punya anak :(

kayak gini....

Udahan dulu, ah. Yang penting selfie :3

Comments

  1. Awas... nanti dinosaurus yang ikutan selfi di belakang mengamuk.

    ReplyDelete
  2. Terakhir saya nonton atraksi gituan klo ga salah pas study tour jaman SMP. Habis itu terakhir kali lihat lumba-lumba jumping beneran (bukan atraksi) pas nyebrang dari Lombok ke Bali. Eh, tapi beneran Git, kamu nggak tahu klo lumba-lumba itu bukan ikan? Paus juga bukan ikan lho...

    ReplyDelete
    Replies
    1. engggg, anu... iya deng, aku nggak tahu. hahaha
      ketahuan malas waktu sekolah :((

      Delete
  3. Pengennya ke ancol bareng kak Agit nih seru, biar bisa bedain lumba-lumba sama unyu-unyu nya kak Agit.

    Keep Blogging ya ... Sudah mulai terkenal di Internet tuh. Indeks artikel nya sudah 206 artikel. Dua Jempol.....

    ReplyDelete
  4. Tunggu aku di jakarta ya Bulan Mei hehehe

    ReplyDelete
  5. seru juga ya di ocean dream samudra ancol..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.