Wednesday, 6 March 2013

Cerita dari Kaki Gunung Salak (End)

Cerita sebelumnya bisa klik disini :)

Setelah berfoto mesra dan bermain air, kami akhirnya pulang. Agak labil dan terlunta-lunta akan pulang hari ini juga, atau menginap di rumah kawan Bang Coco (Papanya Cikal). Perjalanan pulang melalui jalur yang berbeda. Jalur ini lebih dekat dengan rumahnya Cikal. Dan sepanjang perjalanan pulang, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa, kawan sekelas yang luar biasa serta perjalanan yang luar  biasa :D


Coboy Senior - Nunggu Bidadari jatuh dari surga

Cikal :D

cikal lagiiiiiiiiii :D

 
Anak Sawah


Desa Cicurug - Cidahu

Menatap Surau

Sebut saja empang :)

Langit dan Bumi

Angkot

Cubluk a.k.a Jamban a.k.a Toilet Umum

Nampak Gunung apa itu dari kejauhan :')

Kakiku, di kaki Gunung Salak
Dan disaat perjalanan turun, ada yang sempet-sempetnya jajan cilok.
Patah sudah teori "Demi Enam Kiloooo!!!"

Jajan Cilok

Tak lama setelah jajan cilok, kami tiba dirumah Cikal. Membersihkan badan dan berganti pakaian. Hampir semuanya mandi, namun saya tidak. Saya cuma mitu-an. Apa itu mitu-an? Sebut saja tisu-basah-an. #Abaikan

Sempat beberapa kali ditawarkan Papanya Cikal agar menginap dan bakar ikan. Namun apa daya, sebagian menolak dan punya acara penting keesokan harinya. Baiklah, perjalanan pulang dilanjut dengan Angkot putih. Beberapa orang tertidur, sebagian bercandaan. Cukup lama perjalanan pulang kali ini, Sukabumi - Bogor macet di malam minggu.

Beberapa jam berlalu...
*maaf saya gak ngebahas apa saja yang kita bicarakan di angkot. Saya sudah lupa semuanya. Saya gakmau mengingat yang sudah-sudah. Hahahaha*

Oke,
beberapa jam berlalu.. Dan akhirnya kami tiba di Stasiun Bogor. Dan dimanakah pintu masuknya?
Kami ternyata berpencar. Entah memang tau arah pintu masuk, atau cuma sok tau, Bang Hadi jalan duluan dan saya mengikutinya. Namun bang Coco meneriakkan nama saya dan saya berbalik badan mengikuti bang Coco, tanpa sedikitpun memperdulikan Bang Hadi. Saya dan beberapa teman lainnya berinisiatif membeli tiket KA Ekonomi jurusan Jakarta. Kereta berangkat lima menit lagi. Namun Bang Hadi hilang entah kemana. Beberapa kawan mencari, dan Immut menemukan beliau sedang membeli pulsa. What The???!!!

Saya, Bang Addie dan Mas Nur mengejar kereta ekonomi. Bang Addie naik duluan. Saya tak berhasil meraihnya. Bang Addie melambaikan tangan dari jendela. Sebelas tiket KA Ekonomi hangus seketika.

Akhirnya Bang Coco membelikan lagi tiket Commuter Line. Beberapa orang, termasuk saya, memasang wajah kesal dan cemberut sepanjang perjalanan. Immut merasa bersalah karena telah melukai jiwa backpacker. Ia membesarkan hati untuk minta maaf atas kelakuan Bang Hadi yang absurd agar semua memaklumi. Sungguh anak yang baik.



Commuter Line Bogor - Jakarta
Transit di Setasiun Manggarai

Setelah transit dan mendapatkan kereta terakhir jurusan Bekasi, wajah kami mulai ceria kembali. Namun saya sungguh mengantuk dan sudah mulai ditelfon Ayahanda. Setibanya di St. Bekasi, saya bergegas pamit kepada rekan-rekan sejawat. Beberapa teman perempuan bermalam dirumah immut, saya kebagian mengantar Mbak Bella sampai rumah, kemudian pulang kerumah dan cengar-cengir mendapati pintu rumah belum terkunci. Saya melesat ke kamar dan tidur.

And Then, When will we go to trip again? Are you ready go to Papandayan? :D



Notes :
Tulisan ini dibuat ketika saya gak masuk matkul Indo - Agama, dalam keadaan tepar dan mimisan.
Jadi harap maklum kalo endingnya gak menarik. #KeepUnyu :)

Tuesday, 26 February 2013

Cerita dari Kaki Gunung Salak (Part II)

ahhh, lama juga ya saya ndak mosting. Saya 'agak' sibuk akhir-akhir ini. Entah memang sengaja menyibukkan diri atau memang benar-benar sibuk. Jadi beginilah jadwal sehari-hari saya;
  • 05.00 Bangun - Ibadah
  • 05.15 Tidur lagi
  • 07.00 Bangun lagi, Mandi pagi, Dandan
  • 07.30 Sarapan, Prepare Bekal
  • 07.50 Berangkat Kerja
  • 08.00 - 14.00 Jaga Klinik
  • 14.00 - 14.50 Ibadah, Makan siang, Tidur di Meja Kerja
  • 14.50 Pulang dari Klinik menuju Tempat Kursus
  • 15.00 - 17.00 Ngajar Kursus
  • 17.00 Pulang ke Rumah
  • 17.15 Ibadah, Makan sore, Mandi (kalau sempat)
  • 18.00 Berangkat Kuliah
  • 18.20 Tiba di Kampus, Ibadah
  • 18.30 - 21.00 Belajar dengan benar, sambil sesekali smsan & twitteran
  • 21.00 Pulang
  • 21.30 Tiba di rumah, Ibadah, Makan malam
  • 22.00 Twitteran
  • 23.00 Tidur
Dan kegiatan seperti ini berlangsung dari Senin sampai Sabtu. Lalu kapan pacarannya? Minggu. Lalu kapan mosting di Blog-nya? Tarsok, tarsok, Ntar.. Besok.. Ntar.. Besok..

Okeh, Cukup tau!

Apasih gak jelas -_-

Ehm, Maaf Reader, yang diatas itu lagi belajar monolog. Mohon diabaikan.
Dan yak, cerita sebelumnya bisa Klik disini :)


***


Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan Angkot berwarna putih yang telah diCharter oleh temannya Bang Coco. Dan sepanjang jalan kenangan, mulailah drama dan modus-modusan. Imut yang tak henti-hentinya menggoda Mbak Bella dan Bang Hadi secara bergantian. Kemudian Mbak Gita dan Kak Ida yang berkeluh kesah tentang berat badan. Lalu saya dan Bang Coco yang meracuni mereka agar naik gunung. Sementara Mas Nur, Ibang dan Kaka Novel ikut nimbrung.

"Bang Hadi, entar bayarin gua lagi lah. Nanti lo gua anter sampe rumah daaah." Celetuk Immut yang pada trip kali ini tak bawa uang sama sekali. Bang Hadi hanya menjawab dengan kerlingan mata dan senyum genit. Hahahaha :D

"Atau enggak, nanti gua keluarin beasiswa buat elu, Bang. Hahahaha" Nah, kebetulan Bapaknya Immut ini kepala Dekan di kampus kami.

"Eh iya, Mut, gimana si caranya dapet beasiswa?" Tanya salah satu diantara kami.

"Gampang. Jadi cewe gua aja sini. Ahahaha" 

"Hahahaha"

"Berarti aku dapet beasiswa dong, dek?" Tanya Mbak Bella dengan suara kalem.

"Ciyeeeeeeeeeee... Hahahaha" Kami kompak menyorakki mereka berdua, eh, bertiga. Benar-benar hubungan yang absurd.


"Jadi, kemana next trip kita?" Tanya Bang Coco serius.

"Papandayaaaaaan" Sahut saya.

"Ayoooo yuuuk... Pengen naik gunuuuung." Sahut Mbak Gita manja.

"Eh, gue kemaren turun Semeru susut enam kilo dong." Jawab saya sambil cengar-cengir.

"Eh, yang bener, Te?" Kak Ida terlihat antusias.

"Iyaaa. Beneeer. Gue disono jarang makan, tapi ngemil mulu, minum mulu, sama boker mulu. Ahahaha" 

"Ih, ih, terus Bokernya dimana?" Tanya Mbak Gita dengan tatapan jijik.

"Di semak-semak, atau di hutan, gali lubang terus ditutup lagi. Kayak kucing." Saya menjelaskan sambil nyengir.

"Iiiiiiiiiih, terus ceboknya pakek apa? Terus nanti kalo keliatan orang gimana?" Tanyanya lagi.

"Pakek tissue basah, dong. Terus kalau buang air ditutupin pakek sarung." Tutur Bang Coco. Yang lain terlihat mengangguk-angguk.

"Gue mau dong, Gete. Lo kenapa nggak bilang kalo naik gunung bisa nurunin berat badan? Enam kilo lagi!!!" Tutur Kak Ida bersemangat.

"Yaudah ayooo, Papandayaaan!!" Teriak saya riang.

"Susun aja itinerary-nya. Nanti aku anterin. Papandayan gak gitu susah kok, cocok buat pemula. Nanti disiapin barangnya dari jauh-jauh hari." Jelas Bang Coco lagi.

"Tanggal berapa, nih?" Tanya saya kemudian.

"Tanggal 22-24 Februari aja gimana? Katanya ada event disana." Jawab Bang Coco.

"Yaudah yuk. Tanggal segitu ajaaa, gak sabar pengen kuruuuuus." Jawab Mbak Gita dan Kak Ida bergantian.

"Jangaaaaaaaaaan. Kukuh tanggal 24 ultaaaaaaaaaaaah! Masa iya, tahun baru udah gue tinggal, ulang tahun gue tinggal lagiiiiiii!!" Saya berteriak kesal. Mereka malah tertawa.

"Gakpapa lah, Kukuh mah gausah dipikirin, mending lo sama gue aja." Sahut Immut.

"Krik... Kriik.. Kriikkk.." Hanya Jangkrik yang bersuara.

"Ajak aja Gete, mas Kukuhnya, Celebrate on the top of mountain." Tawar Bang Coco kemudian.

"Mana mau dia, Bang." Saya memelas.

"Yaudah, nanti diatur lagi. Yang penting siapin aja dulu barang-barangnya, sama massanya juga. Jangan sampe dia lagi-dia lagi yang ikut." Jelas Bang Coco.

"Gete, lo kemaren ke Semeru ada yang aneh-aneh gak?" Tanya kak Novel kemudian.

"Gue lagi haid tuh. Pas Night Trekking headlamp gue lepas, padahal itu susah banget dibuka. Pas cerita-cerita di kereta katanya pada ngeliat penampakan gitu, tapi gue nunduk terus gak berani liat kemana-mana"

"Ih, serem yaa.."

"Ada lagi, temen gue waktu ke Gede, dia egois ceritanya. Makan Chacha sendirian. Temennya minta, tapi dia pura-pura gak denger. Terus dia umpetin deh tuh Cha-cha ke kantong celana, terus diresletingin. Masa tau-tau ilang. Nah, dia kepikiran sampe malem. Pas dia lagi masak mie, tiba-tiba Cha-cha-nya nyemplung ke nesting. Dia kaget. Nengok keatas tapi gak ada siapa-siapa. Dia buang aja semua-muanya terus langsung ke tenda."

"Iiiiih, Geteeee, gue punya cokelat banyak niiiih.. Gue gamau ah diikutin gituuuu." Tutur Kak Ida seraya mengeluarkan bungkusan plastik yang berisi banyak cokelat. Kami semua tertawa melihat kelakuannya.

Kami bercerita ngalor-ngidul sampai akhirnya tiba di Desa terakhir di Kaki Gunung Salak.

"Bang, mobilnya gak kuat nanjak, nih.Yang cowok-cowok pada turun gih." Kata Pak Supir.

"Eh, gue aja yang turun!" Celetuk Mbak Gita sambil bergegas turun.

"Eh, gue juga deh. Sekalian itung-itung pemanasan. Demi enam kilooooo!" Sahut Kak Ida ikut-ikutan turun. Beberapa orang ikut turun. Kami tertawa. Saya dan empat orang yang tergolong berbadan kecil tetap stay di Angkot sampai akhirnya tiba disebuah bukit. Kami berlima akhirnya turun sambil menunggu mereka yang jalan kaki. Dan semesta menyuguhkan keindahan perbukitan hijau dan berkabut di hadapan saya.

"Gilaaaaa!! Baru segini aja udah ngos-ngosan! Gimana naik gunung beneran!!" Teriak Mbak Gita ketika sampai di hadapan kami. Kak Ida tak bergeming, wajahnya pucat. Kami menahan tawa. Hahahahaha ada-ada saja.

Belum lagi nanti bawa beban berat, bawa Carrier." Celetuk Bang Coco. Mereka berdua langsung lemas. Kami cekikikan.

Perjalanan dilanjutkan sampai akhirnya tiba di Pos perizinan pendakian Taman Nasional Gunung Halimun- Salak. Kami menjama' shalat Zuhur dan Ashar dan Bang Coco mengurus perizinan. Saya yang lagi-lagi sedang berhalangan akhirnya kebagian sebagai tempat penitipan tas dan sepatu. Ah, sebagian dari kami hanya memakai sendal. Dan sendal yang paling ajaib sekaligus absurd adalah sendal milik Bang Hadi. Bentuknya aneh, kemudian warna-warni polkadot dan bling-bling yang aneh pula. Saya pribadi gak ngerti dia beli dimana. Hahahaha saya juga bingung ngejelasinnya disini. Mungkin, ada yang punya fotonya? Hahahaha :D



Perjalanan dimulai pukul... (Saya lupa)
Sebelumnya saya dan Bang Ibang menyiapkan air mineral sebanyak 5 atau 6 botol yang dibeli dari warung terdekat.  Kami berjalan dengan melalui trek tanah dan bebatuan yang licin dan menurun. Terbagi menjadi 3 kelompok yang berpencar di perjalanan ini. Kelompok pertama dipimpin oleh Ayahnya Cikal, Cikal dan Bang Addie. Kemudian disusul oleh Mas Nur, saya, Bang Ibang dan Bang Hadi. Lalu yang terakhir ada Immut, Mbak Bella, Mbak Gita, Kak Ida, Kaka Novel dan Bang Coco as a sweeper *Pasang Kacamata Bang* :D

Sampai akhirnya, kami melihat sebuah pondok kecil dipinggir aliran sungai yang berarus cukup deras dan jembatan bambu tergantung diatasnya. Kami menyeberanginya perlahan.

*Jepret*




Tanpa sadar, Bang Addie telah memfokuskan lensa kamera Bang Coco ke arah kami yang sedang menyeberang di jembatan bambu. Kami beristirahat sebentar di pondok kecil itu. Terlihat Cikal sedang memakan Popmie. Aku memesan kopi.

Dan secangkir kopi pahit dihadapanku,
Menggodaku,
Jari jemariku yang tak segan memeluk cangkir panas dan beruap
Menghangatkan hidung dengan menghirup aromanya
Membangkitkan liur ketika diseruput
Membasahi bibir yang mulai kering
Membasuh kerongkongan yang tercekat
Tak henti-hentinya membuat lidah mengecap

Secangkir kopi pahit dihadapanku,
Mengajarkanku,
Dengan merasakan pahit, aku baru bisa merasakan manis.
Dengan menghadapi kenyataan yang pahit,
Aku akan sadar begitu banyak kemanisan yang telah kudapat,
Maka bersyukurlah...

Secangkir kopi pahit dihadapanku,
Kini tinggal ampas,
Berpahit-pahitlah, berlelah-lelahlah,
Manisnya hidup akan terasa setelah kau lelah berjuang...


***

Kami melanjutkan perjalanan dan tiba di pondok kecil terakhir. Saat itu hujan. Saya dan yang lainnya mengenakan raincoat, namun Mbak Gita tetap setia dengan payung Pink milik bang Coco. Kami melewati hutan dan berfoto-foto ria. Sampai terdengar suara air yang sangat deras. Tibalah kami di sebuah air terjun yang cukup besar dan tak ada pengunjung. Tempat ini bagaikan Privat Area. Kami segera melepas ransel, melepas sepatu/sendal, menggulung celana, melepas raincoat dan melepas baju *lho? Salahhhh!!!!*

Bermain air dan melanjutkan dokumentasi, Silakan dinikmati :)


Seperti Kapas :)
Sebut saja Ibang :)
Keep The Blue Flag Flying High :D
Antara Kedinginan dan Kebelet E'ek :o
Ini dia penampakan Bang Hadi :D
Ada Bang Hadi juga disini..
Tiga Bidadari :D
Ibu dan Anak

Big Family of Evening Class

Berani Kotor itu Baik :D
Mau ke Mall, Jeng? :D



Dalam keadaan menggembirakan seperti itu, saya sempat berbisik kepada Mas Nur.

"Kalo lagi kayak gini, biasanya kita lupa sama Tuhan, Mas.. Makanya banyak bencana alam di tempat wisata." Mas Nur mengangguk-angguk.

"Gue jarang bisa nikmatin suatu tempat lama-lama, apalagi ikut-ikutan main air dan ketawa lepas. Lo liat batu-batu dan tebing itu...." Saya menunjuk tebing yang menyangga air terjun.

"... Kebayang gak, kalo tiba-tiba tebing, batu dan tanah itu longsor?" Lanjut saya pelan.

"Oh, iya ya.. Serem ya Get.. Apalagi kata kamu di Bogor juga lagi rawan longsor." Sahut Mas Nur. Saya mengangguk. Kemudian kami terdiam dalam pikiran masing-masing.



(Bersambung ke Part Terakhir sila klik disini)

Sunday, 17 February 2013

Cerita dari Kaki Gunung Salak (Part I)

Awal Februari 2013,

Keluarga Besar Evening Class dari STIBA IEC smt. I mengadakan jalan-jalan ceria ke sebuah curug di Sukabumi, sebut saja curug Cangkuang. Lokasinya terletak di Desa Cidahu - Cicurug, dan memasuki kawasan TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun - Salak). Trip kali ini dilaksanakan sebagai pengisi liburan semester sekaligus perayaan nilai-nilai jelek :D

Perjalanan dimulai dari terminal Bekasi dengan perjanjian paling telat kumpul jam setengah tujuh pagi. Namun apa daya, pagi yang begitu mendung ditambah dengan kegalauan saya untuk join atau tidak membuat jadwal acara yang telah tersusun rapi oleh Bang Coco jadi berantakan. Sebelumnya mari saya perkenalkan satu persatu siapa saja yang join pada trip kali ini;




Seorang adventurer sejati asal Bekasi yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Dia ketua sekaligus uang kas berjalan pada trip kali ini. Semua biaya dari charter angkot sampe kereta dia yang nanggung. xixixi :D




Sebut saja Imut. Kelakuannya absurd, gakbisa diem, agak maho dan jago modus. Sepanjang jalan kenangan, selalu bergandengan tangan dengan mbak Bella, perempuan yang lebih tua darinya. Namun disisi lain, ada seorang pria dari kelas pagi yang diam-diam menaruh hati padanya. Nanti juga kalian tau.



Mungkin saya gak punya foto mbak Bella yang sendirian, jadi terpaksa makhluk absurd di sebelahnya juga ikut saya bawa. Mbak Bella pendiam, berbanding terbalik dengan Imut. Sangking pendiamnya, kakinya sakit dan maag-nya kambuh pun ia tetap diam :(



Panggilannya Ibang, murid kelas pagi yang gak sengaja 'ikutan' gila disini. Kemana-mana bawa gadget. Pegangannya kalo nggak tablet ya notes. Keliatan banget kalo doi suka baca. Terutama baca hati wanita #eaaak :D



Kakak yang biasa dipanggil Novel ini paling demen difoto dan sadar kamera. Rela bolos kantor demi ikutan 'gila'. Suaranya bijak dan keibuan #eh



Mbak Gita, namanya sama dengan saya. Dia selalu bermasalah dengan lemak dan berat badan. Rela jalan kaki dari tanjakan yang jauuuuuuuuh banget dari pintu TNGHS gara-gara angkot charteran kita gak kuat kalo orangnya kebanyakan. Akhir-akhir ini ngebet mau naik gunung buat pamer ke gebetannya. Dan trip kaki gunung salak ini merupakan latihan pengurusan badan untuknya.



Ini foto Kak Ida sama Bang Yaskur. Gak keliatan kan kalo kak Ida sudah punya anak sebesar Bang Yaskur? :D Kak Ida juga punya masalah dengan berat badan. Tapi stock cokelatnya banyak banget. Dia juga jadi ngebet naik gunung gara-gara saya cerita turun semeru susut 6kg. Dan setiap langkahnya ketika perjalanan dengan trek mendaki menuju Curug, ia selalu berteriak "Demi enam kilo!!!" Ehem, dia paling seneng kepleset dan Bang Coco paling sering khawatir. xixixi :D



Gak usah saya upload fotonya ya. Kan udah sekalian sama kak Ida. Bang Yaskur ini Rocker asal tegal yang rela-relain join padahal sebelumnya habis kerja shift malam. Jadi sepanjang perjalanan ia terkantuk-kantuk di sebelah mamanya. Kasihan :(



Ini foto Mas Nur sama sayaaaaaa *blush*
Kami adalah Supporter Chelsea FC yang sama-sama salah kostum, bukannya The Blues, malah merah. Sama trip ini, jadinya dia udah dua kali main bareng saya. Anaknya  asik diajak ngegembel, asik juga diutangin. xixixi :D doi penikmat bengbeng dan vit.C juga seperti saya~

Bang Hadi

Anak kelas pagi yang kita sendiri pun gak pernah tau dia datang darimana. Tiba-tiba dia datang dan hilang begitu saja. Punya ikatan batin sama Imut. Akhir-akhir ini baru ketauan kalo mereka bertetangga. Dan saya agak curiga dengan hubungan mereka. Fotonya gak ada yang sendirian. Entah karena emang doi pemalu atau memang gak ada yang mau moto dia. Hahahaha :D



Bang Addie ini temen Ngetrip-nya bang Coco. Disini kebagian tugas sebagai fotografer. Orangnya pendiam dan berhasil saya ajak foto bareng walaupun agak malu-malu :D


***

Saya tiba di terminal Bekasi pukul 7 pagi dan membuat mereka menunggu agak lama. Kemudian berangkat dengan menggunakan Bis jurusan Sukabumi dengan tujuan Cicurug. Selama perjalanan, saya kebagian duduk di sebelah kanda dan dinda yang sedang bermesraan, sebut saja Imut dan Mbak Bella. Beberapa diantara kami tertidur pulas, termasuk saya.

@Terminal Bekasi, menunggu saya. Bang Coco sebagai fotografer
Coba cari penampakkan Bang Hadi. Clue : doi lagi ngerayu ibu-ibu disebelahnya.


Kami tiba di Cicurug menjelang Zuhur karena perjalanan yang mulai tersendat dari Ciawi. Setibanya di Cicurug, teman dari Bang Coco yang berdomisili di Desa Cidahu menyambut kami dengan anaknya yang masih kecil bernama Cikal. Ia telah menyiapkan transportasi berupa angkot berwarna putih. Kemudian kami diantar menuju warung makan.

Teman Bang Coco dan Anaknya, Cikal - didepan warung makan

Selepas mengisi perut, kami segera melanjutkan perjalanan. 
Salak, tunggu kami~


(Bersambung ke Part II sila klik disini)

Saturday, 19 January 2013

Mahameru 2013 : Tak Kenal Maka Tak Sayang (Part III)

Foto-foto ini merupakan foto terakhir di Ranu Kumbolo, sebelum akhirnya kami semua berpisah :)

Nganga, Mas Yayan, Uchil mau buka celana, Kibo

Uchil Tanpa Celana

Pria-pria .... (silakan isi sendiri)
Digendong papa ucup :D


Kakak Benny, The Master of Packing B-)
Kibo sama Sesa gakpernah serius yah -_-

Sabar ya Nga, Kibo emang begitu. Sesa apalagi -_-

Arya lagi foto studio :D


Donny si Hidung Belang :D


Ini namanya Mbak Ida :)


We Are Oro-oro Ombo at Ranu Kumbolo :)
Keluarga Baru yang begitu besar


Lihat juga dokumentasi lainnya :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...