Saturday 3 May 2014

Giraffe Journey 3; Antara Gunung Gede dan Merapi

Ketika saya sedang sibuk dengan Event Fun Hiking Education di Gunung Gede, pada tanggal yang sama, Asti sedang melangkahkan kakinya ke Gunung Merapi. Kami terpisah ratusan kilometer, namun raga tetap berada di tempat yang sama, di atas awan.

Sebenarnya, saya malas ke Gunung Gede. Begitu pula Asti, ia pun malas jauh-jauh ke Merapi. Banyak faktor yang membuat kami berdua malas melangkah ke ketinggian. Banyak alasan betapa naik gunung bersama banyak orang sungguh tidak mengenakkan. Kami hanya ingin mencari pelarian berdua. Bukan dengan dia dan dia yang lain.

Berlari sungguh melelahkan. 
Apalagi jika kau berlari hanya untuk menghindari sebuah rasa takut.
Takut untuk jatuh cinta.

Karena naik gunung berhari-hari dengan lawan jenis, sangat sulit menolak hadirnya benih-benih cinta. Dan yang paling menyebalkan, ketika cinta yang kau percaya sebagai tujuan akhir, ternyata hanyalah sebuah tempat singgah. Sekedar numpang lewat. Turun gunung? Usai sudah. Ah, cinta yang datang terburu-buru, biasanya akan berakhir dengan cepat. Seperti yang sudah-sudah.

Mari kesampingkan dulu masalah pelarian dan cinta-cintaan. 

*hela nafas panjang*

Perjalanan dari Surya Kencana ke Puncak Gunung Gede adalah perjalanan yang paling 'sendiri' untuk saya. Saat itu saya diberi tugas mendampingi tiga orang anak yaitu Amelia Poki-poki, Dila dan Bungsu. Seperti biasa, pikiran saya entah berlarian kemana. Anak-anak saya pun sudah bisa dilepas bahkan mendahului saya menuju ke puncak. Dalam hati saya membatin, "Kak Ast, apa kabar? Trekking ada yang nemenin, kan? Minum ada yang bawain, kan? Muncak nggak sendirian, kan?"

Tidak lama untuk mencapai puncak, sekitar 1 - 2 jam. Dan sesampainya di atas, hujan turun deras. Beberapa peserta tumbang sehingga memaksa pendakian dengan jumlah 57 orang ini harus dihentikan. Saya sendiri tidak bisa berbuat dan membantu lebih banyak. Saya merasa kedinginan. Syukurlah saya memiliki partner paling pengertian yang menyodorkan segelas susu hangat. Tapi sayang, ia ndak sekalian menyewakan jasa peluk.

Cukup lama kami terhenti di Puncak Asmara Gunung Gede. Berdiam di sana dalam waktu yang lama justru membuat kepala saya pusing dan badan semakin menggigil. Akhirnya saya memutuskan untuk turun daripada saya sendiri ikut tumbang karena menghirup asap belerang. Beberapa peserta dan panitia juga mengisyaratkan untuk segera turun karena takut kemalaman. Dari situ, saya tidak tahu siapa lagi anak-anak saya. Semua berpencar dan saling mendahului.

Aku di sini
Kamu di mana?

Kami berjalan, berlari, terjatuh, mencoba bangkit dan terus melangkah lagi hingga kembali ke peradaban yang sebenarnya. Walau jalur Cibodas di malam hari benar-benar menghantui, sampai-sampai kuku kaki saya nunclep lagi. Bagaimana denganmu, Kak Ast? Kuku kakimu sehat? Btw, jaket kita kok sama-sama warna pink? Nah, Giraffe Journey 3 versi Asti bisa dilihat di >>> sini! :)

Wednesday 30 April 2014

Keluarga Kecil di Surya Kencana


Dan, taraaaaaa...
Finally, saya ngetik ini pakai komputer kantor sambil diliatin karyawan yang lain :( Iya, laptop saya, si Arjuna, metong bo'! Gara-gara dicolak-colok flashdisk dan memory card jahanam. Sekarang dia nginep di konter Asus selama dua minggu :(((

Kenapa Keluarga Kecil? Karena team saya kecil-kecil! Heuheuheu. Jadi gini, sebelumnya saya sudah pernah membahas Fun Hiking Education di sini >> Now, Women No Cry! Iya, saya terjebak pendakian massal dari Bekasi Summiter dan diberi tugas menjadi Leader Team 3 dengan partner saya seorang pria betawi berhidung mancung dengan nama Hanis.

Tail Team 3
Kami berdua diberi beban mengurus lima orang anak perempuan yang bawel dan berisiknya minta ampun. Diantaranya yaitu Raha, Amira, Erlita, Annisa dan Amelia Poki-poki. Sesuai dengan namanya, Amelia Poki-poki adalah yang ter-rempong dan ter-rusuh. Ia memprovokatori teman-temannya untuk memanggil kami berdua dengan sebutan Ayah dan Bunda. What?!!!

"Kak Agit, Bang Hanis, kelompok lain pada manggil leader-nya Daddy-Mommy, Opa-Oma, Ummi-Abi. Berarti kita manggil kalian Ayah sama Bunda aja, yaaaa!" Seru Amelia Poki-poki dengan manja. Yang lainnya meng-iyakan. Sementara saya hanya bisa menghela napas panjang. Dan Hanis, ia hanya geleng-geleng kepala.

Acara ini dimulai dari Hari Jum'at, 18 April 2014. Para peserta dan panitia telah berkumpul sejak pagi, sedangkan saya baru datang ketika hari hampir sore. Jam keberangkatan cukup ngaret, kami baru meninggalkan Bekasi pukul lima sore. Saat itu terbagi menjadi tiga tronton. Total peserta dan panitia yaitu lima puluh tujuh orang. Rame, ya?

Tronton yang kami tumpangi memutuskan untuk melalui jalur Cianjur menuju Basecamp Putri yang terletak di Cipanas, mengingat jalur puncak dan Cisarua pasti macet sekali. Maklum, long weekend. Di tronton, perut kami serasa di-aduk-aduk. Jalurnya naik turun, kayak hati saya tiap kali ingat dia (╥﹏╥) 

Kami baru tiba di Basecamp Putri menjelang tengah malam. Entah kenapa lama sekali. Kepala saya pusing nggak karuan. Selesai memastikan anak-anak saya telah mengisi perut dan tidur dalam keadaan kenyang, saya memaksakan diri untuk menelan dua buah antimo agar bisa cepat tidur.


Sabtu, 19 April 2014

Saya bangun pukul tiga pagi. Itu pun dibangunkan Hanis karena beberapa peserta yang maag-nya kambuh. Duh, dek ( ._.)/||  Mbok ya kayak saya, kerjanya makan terus. Kan kasihan perutmu. Untung anak-anak Bunda rajin makan, ya  (/‾▿‾)/ 

Selesai mengurus peserta sakit, saya mulai kelaparan dan mencari makan. Hanis menyuapi saya beberapa sendok nasi uduk. Beberapa melanjutkan tidur hingga subuh, beberapa yang lainnya sibuk mandi dan berkemas. Hari begitu cepat menuju pagi. Matahari juga terlalu cepat terbit. Roda dunia terus berputar, sementara hati saya tak juga singgah dari hatimu. #eaaaa

Matahari terbit

Wednesday 23 April 2014

Lomba Kreasi Cover Catatan Layang

Setelah koar-koar di twitter dan facebook beberapa waktu lalu, akhirnya sudah terkumpul beberapa gambar yang masuk nan lucu-lucu tentang Lomba Kreasi Cover Catatan Layang. Apa, sih, Catatan Layang? Catatan Layang (Twitter: @CatatanLayang) adalah buku catatan sederhana untuk merekam hidupmu yang luar biasa. Sebelumnya saya pernah posting di sini >> Jalan-jalan Sambil Nulis? Gimana Caranya?

Catatan Layang 2nd Edition

Wednesday 16 April 2014

Giraffe Journey 2; Kereta, Kuliner dan Keraton.

Bermula dari keisengan saya dengan nyeletuk, "Pengen ke Cirebon, ih. One day trip aja. Naek kereta, jalan-jalan ke keraton, kulineran, terus...."

"Hayuk!" Potong Asti cepat. Dan kebetulan kereta ke Cirebon dari Jakarta lumayan banyak. Maka, sepakatlah duo rumpi ini halan-halan ke Cirebon pada hari Minggu tanpa lupa mengajak boneka kesayangannya.

Kereta yang saya pesan keberangkatannya pukul enam pagi. Saya tiba di Stasiun Gambir setengah jam sebelumnya. Itu pun bela-belain naik taksi yang tarifnya lebih mahal dari tiket kereta :( Kenapa saya naik taksi? Sebenarnya ada bus yang lewat pukul lima pagi di tol timur. Baru saja saya meletakkan motor di penitipan, eh busnya sudah jalan dan luput dari pandangan. Ya sudahlah, itung-itung ngerasain jadi borju.

Sementara Asti, dia malah leyeh-leyeh dan baru berangkat dari rumahnya di Rawamangun ketika saya sudah tiba di Stasiun Gambir. Alhasil dia sambung-menyambung dengan ojek dan lari-lari sepanjang stasiun.

Akhir-akhir ini saya mulai jadi pribadi yang 'kepepet' tiap naik kereta. Waktu mau ke Merbabu, mau ke Lawu, dan ke Cirebon ini. Saya heran, kenapa kereta jarak jauh selalu tepat waktu, padahal kereta lokal hampir selalu ngaret.

di kereta
Selama di Kereta, kami berdua bukannya melanjutkan tidur malah terus ngerumpi dan haha-hihi. Padahal kami pun belum tahu akan kemana nanti ketika tiba di Cirebon. Kami jalan tanpa itinerary dan percaya semua akan baik-baik saja. Saya terus bertanya kepada teman-teman asli Cirebon tentang, 'enaknya kemana aja' dan Asti terus-terusan gugling dengan gadget barunya. ihiiiiy~

Tanpa rencana, ternyata Kunthi juga sedang di Cirebon! Ia soulmate-nya Asti yang kebetulan sedang pulang kampung menjenguk neneknya. Jadilah perjalanan kami aman dengan seorang tourguide gadungan ini.

Perjalanan St. Gambir - St. Cirebon Kejaksan memakan waktu tiga jam-an. Kami tiba di sana ketika matahari belum meninggi, masih pukul setengah sembilan, dan saya sudah mulas akibat makan pisang kepagian.
Say, "Yeeeaaaah!!!"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...