Skip to main content

Bertemu Lagi

Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. - Dee, Rectoverso.

Ia mendahului saya untuk ke-sekian kali. Entah merasa bosan karena langkah saya yang begitu lamban, atau memang tak peduli dan lebih memilih meninggalkan saya. Entah. Saya hanya suka memandanginya seperti ini. Melihatnya dari jarak sekian meter, mengamati tingkahnya ketika berjalan, atau sekadar terkikik geli ketika ia yang kadang ceroboh ini tersandung bebatuan.

Ia orang yang pendiam, lebih tepatnya sulit untuk memulai pembicaraan. Kerap kali saya temukan berjalan sendirian. Kadang paling depan sebagai penunjuk jalan, kadang malah berjalan paling belakang demi memantau keadaan rekan-rekan pendakiannya. Tipe lelaki seorang pemimpin, yang mampu bersahabat bahkan merangkul bawahannya. Ah, itu sekadar lamunan saya saja.

Kulitnya hitam manis. Dengan hidung mancung dan alis tebal yang menjadi kebanggaannya. Seperti pernah bertemu dengannya sebelumnya. Apa di alam sebelum dunia? Atau hanya perasaan saya saja?

Ia selalu membawa beban berat di setiap pendakian. Itu yang selalu saya amati. Ia bersedia membawa apapun keperluan kelompok, atau bahkan beberapa bawaan orang lain yang halnya bersifat pribadi, terkadang juga ia menawarkan diri untuk membawakan. Ia orang yang mau berbagi ruang di carriernya dengan orang lain. Entah terlalu baik atau memang dia terlalu kuat. Saya tidak tahu.

Yang saya tahu, adalah melihat punggungnya yang kokoh, itupun dari jauh.
Punggung yang membuat bahagia siapapun yang memeluknya.
Punggung yang saya harapkan dapat ditemui lagi di gunung yang lain, seperti kemarin.

Seperti di saat ia menyambut pagi.

Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa. - Dee, Rectoverso.

Namun kali ini, saya tak boleh gegabah.




April 2014 - Maret 2015

Comments

  1. hmm, alam memang hebat. dapat memberi sejuta inspirasi.
    kalimat yang indah, mas :)

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. yang atas surya kencana, kak.
      yang bawah taman hidup argopuro :)

      Delete
    2. Ah.. Tapi pemandangannya ngga kalah menakjubkan ya :D

      Delete
    3. semua gunung pemandangannya menakjubkan :))

      Delete
  3. wkwkwkwkwk...

    Mas mas mas ....

    ReplyDelete
  4. wih fotonya bagus banget yg terakhir.. ini gunung apa ya mbak.. thanks for visiting my blog btw.. pemula nih untuk blog jalan-jalan :p/

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang bawah di argopuro, mas.

      iya, makasih udah berbagi. seru! :D

      Delete
  5. keren banget, kata-katanya begitu menyentuh..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.