Wednesday, 12 March 2014

Nasi Pedas Bu Andika


"Di Bali susah cari makanan halal. Biar aman cari warung nasi Padang aja lah." Ujar Nauvel ketika saya sedang transit di Bali dan menunggu pesawat ke Lombok empat jam kemudian. Namun saya yang hanya bermodalkan motor sewaan tentu tak mudah menemukan warung nasi padang selain yang terdekat dengan bandara. Sementara sebagian besar dari warung-warung tersebut masih tutup karena dalam kondisi libur lebaran.

Saat itu saya berdua dengan seorang teman, sebut saja Bang Fadly. Ia mereferensikan Nasi Pedas Bu Andika sebagai menu wajib ketika berkunjung ke Bali. Ah, membayangkannya saja saya sudah ketakutan sendiri. Sebagai orang Jawa yang biasa makan manis, saya hanya bisa pasrah dan menyiapkan air minum yang banyak.

Warung Nasi Pedas Bu Andika terletak di Jl. Raya Kuta, tepat di depan Pasar Joger. Saya memilih menu ayam dan sayur rebung sementara Bang Fadly memesan ini...



Dari bentuknya sih biasa saja. Konsep mereka sama seperti warung nasi dengan etalase kaca dan kita bisa memilih sesukanya. Lauknya beranekaragam dari mulai teri kacang, ayam, telur, mie goreng, semur daging sapi, perkedel, sate, kulit ayam, urap, sayur daun singkong, sayur rebung dan masih banyak lagi. Saya kira awalnya nasinya yang pedas, ternyata hanya memakai nasi putih biasa. Nah, yang pedas ini sambalnya. Serius. Bagi penggemar pedas-pedasan wajib coba ini! Nasi Pedas Bu Andika sukses membuat muka saya melas seperti ini.




Untuk harga, tergantung lauk dan suka-suka pegawainya, sih. Kisarannya Rp 11.000-23.000an. Cukup bikin perut kenyang dan dijamin halal! ^^


*Catatan: Barusan setelah googling, ternyata warung nasi ini buka 24 jam! Wow :o

Thursday, 6 March 2014

Mari Lari



Saya bukan pelari yang ingin bercuap-cuap tentang lari...

Akhir-akhir ini, hampir setiap pagi dan malam Path dan twitter saya dipenuhi oleh postingan Nike+ yang menunjukan jarak dan waktu tempuh teman-teman saya berlari. Mereka berlomba-lomba menambah jarak dan mempercepat waktu tempuh larinya. Tak jarang juga yang mem-posting banner untuk lomba-lomba lari mendatang. Seolah-olah lari adalah olahraga yang paling eksis saat ini. Mengapa?

Lari merupakan olahraga paling simpel. Tak perlu keluar uang banyak seperti olahraga lainnya dan bisa dilakukan dimana saja. Berlari pagi mengitari kompleks perumahan dengan kaos oblong dan kolor bekas tidur semalaman bisa saja dilakukan. Gratis dan mudah sekali. Tapi, lain halnya dengan lari yang berkelas, ya. Pakai sepatu lari, compressport, jam dan gadget canggih, kaos dan celana quickdry, atau tas dari jenis spibelt hingga hydropack. (Loh, kok saya jadi jualan?!)

Oke, lanjut..
Jadi, kenapa harus lari? 


Lari, bagi saya adalah media untuk menghalau galau (halah). Semacam quality time bersama diri sendirilah. Dan ini tipikal olahraga yang saya banget (baca: egois). Hahahahahaaa kenapa? Karena ga perlu nunggu ada orang yang mau lari. Kapanpun saya mau dan butuh, saya tinggal melakukannya. - @KeykoCecilia.


Bagi sebagian orang, mereka berlari demi menjaga kesehatan. Pola makan yang tidak teratur ditambah tingkat stress pekerjaan membuat mereka harus berlari layaknya menekan F5 pada keyboard, butuh di-refresh. Bagi sebagian lainnya, lari hanyalah demi sebuah eksistensi. Mengingat akhir-akhir ini event lari dari Marathon hingga Trail Running bertebaran dimana-mana. Lumayan, dong. Koleksi medali finisher, syukur-syukur naik podium!

Wednesday, 5 March 2014

Domain Baru; "Menuju Jauh"


Finally!!!
Yeaaaaaaaaah!!

Rasanya saya ingin teriak-teriak ketika akhirnya domain menujujauh.com berhasil saya dapatkan. Bukan karena apa-apa, sih. Menuju Jauh ini udah kayak anak sendiri. Hihihi. Iya, masih ingat kan cerita sebelum saya berangkat ke Rinjani? Si Nauvel kasih hadiah buku kumpulan perjalanan yang saya posting di blog. Judulnya Menuju Jauh. Cerita lengkapnya ada di sini >> Bali - Lombok yang Bikin Nombok.

Kenapa Menuju Jauh?

"Menuju ‘jauh’ memberi kesempatan kepada sepi untuk menjadi ruang sempit dimana ‘diri’ bisa memberi koma, spasi, titik atau penanda apa saja. Seperti ditulis pada sebuah buku, bahwa menuju ‘jauh’ adalah kita bisa melihat hal baru yang ada di luar sekaligus yang ada didalam. Seperti pendaki melihat puncak untuk pertama kalinya." - Nauvael.

Dan website ini pun Nauvel yang gembor-gemborin. Karena bagaimanapun segala sesuatunya harus di-hak patenkan demi meminimalisir plagiarisme, right? Jangan sampai kayak si Acentris, yang punya jalanpendaki.com. Bertahun-tahun dia bangun web itu sendirian dan promosiin logo Jalan Pendaki. Eh, giliran udah tenar, tiba-tiba ada orang yang nggak bertanggungjawab bikin akun twitter @jalanpendaki. Kebayang nggak sih nyeseknya? Jabang bayi yang kamu lahirin, kamu urusin sampai besar tiba-tiba diculik orang :"(

Saya akhirnya membuat website ini juga twitternya. Saya harap kedepannya tulisan-tulisan di blog ini akan semakin berbobot dan informatif, ya. Traffic Blog juga terus meningkat. Lalu saya semakin terkenal. Wuahahahaha :D Ah iya, saya akan tetap bercerita tentang perjalanan dan kegalauan saya dengan orang-orang baru.

Terimakasih juga untuk Fachri yang mengurus segala kepindahan dari agitavioly.blogspot.com menjadi www.menujujauh.com. Tugas kamu belum berakhir di sini loh Ri, masih ada design web yang menanti untuk diganti! :)

Dan kamu!
Pembaca setia yang paling dicinta... Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca. Blog ini lahir Januari 2009 dan punya nama mulai Maret 2014. Nggak kerasa udah lima tahun :")
Kamu sering-sering kirim komen, ya! Kirim paket bunga atau kirim makanan juga boleh :)



Salam Kenal ya :)

Monday, 3 March 2014

Jalan-jalan Sambil Nulis? Gimana Caranya?




Travel writer sudah bukan hal yang asing bagi para penggemar jalan-jalan. Mereka adalah penulis yang menceritakan tentang pengalaman traveling-nya. Baik dalam sebuah buku maupun hanya berseliweran di blog atau web pribadi. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mempromosikan sebuah destinasi wisata agar pembacanya tertarik dan mupeng ingin kesana. Memberi informasi sebanyak-banyaknya demi memajukan pariwisata Indonesia. 

Bisa dilihat di Detik Travel, Travel Kompasiana, Viva Log dan semacamnya kerap kali menyaring para Blogger untuk aktif menuliskan artikel tentang suatu daerah, sisi unik, tradisi hingga kulinernya. Berbeda dengan isi blog saya yang kebanyakan curhat dan kegalauan selama Traveling. Hihihi. Bebas, sih. Gaya menulis kan banyak macamnya. Yang penting bisa menulis aja udah syukur. Karena banyak orang yang senang jalan-jalan dan hanya sedikit yang menuliskan perjalanannya.

Mau coba jalan-jalan sambil nulis? Gimana caranya?

Demi mencatat hal-hal kecil selama traveling, bawalah sebuah buku!  Karena membawa laptop ketika jalan-jalan apalagi mendaki gunung sangatlah repot dan ber-resiko. Takut kehujanan, belum lagi kalau ransel dilempar-lempar di bagasi pesawat. Untuk mendukung hobi jalan-jalan sambil nulis ini, saya rekomendasikan sebuah buku bernama "Catatan Layang". Bentuknya seperti handbook atau notebook. Nah, buku ini dibuat oleh Nauvel. Ukurannya minimalis dan praktis dibawa kemana-mana. Biasanya saya membawanya ketika jalan-jalan kemudian dipergunakan untuk mencatat hal-hal kecil selama traveling. Sesampainya di rumah, barulah saya kembangkan menjadi sebuah tulisan di blog ini ^_^

Ini dia penampakannya...

Nggak Usah Pake Pre Order, Pesan Langsung Kirim!!

Karena menulis bisa dimana saja, Tak harus di status twitter dan mengotori linimasa :)


Berapa harganya? Cuma Rp 25.000!!!
Awet, tebel dan bisa dipakai selama setahun, tuh!

Tertarik? Mau tanya-tanya? SMS/Telp/WhatsApp aja ke nomor 085217337492 atau 08891922241. Bisa juga mention ke @nauvael. Bisa Cash On Delivery di Bandung dan Jabodetabek, bisa juga dikirim ke alamat kamu. Belum termasuk ongkos kirim, ya! Ditunggu pesanannya :)

Monday, 10 February 2014

Tertahan di Semarang - Purwokerto



Cerita Sebelumnya Klik >>> di sini :)


Di Kalimilk, kami yang pertama sampai. Setelahnya Mbak Ang dan geng-nya tiba. Opel dan Om Ardi menyusul kemudian. Beberapa orang yang tidak saya kenal juga turut hadir. Ternyata Jema’at Al-Cruiseriyah luas juga jaringannya. Yah, begitulah pejalan dan (bukan) pendaki. Dia lagi, dia lagi.

"Mam, lo pendiem ya?" Tanya Mas Yudis yang baru saya kenal hari itu.

"Lo mau gue kenalin cewe gak, Mam?" Sambung yang lainnya.

"Gue maunya ta'aruf." Ujar Imam kalem.

"Nggak papa, Mam. Ta'aruf juga. Nanti kalo lo nggak cocok tinggal bilang, 'sori kita nggak jodoh'. Terus cari lagi deh yang lain, niatnya ta'aruf lagi." Celetuk saya.

"Buahahahaha..." Mereka asik melanjutkan keakraban sementara saya dan Danang hanya sibuk dengan isi piring masing-masing. Saya ini aslinya memang pendiam, diam-diam bocor alus.

Seusai dari nyusu dan nenen di Kalimilk, kami pindah ke Jejamuran. Makan lagi, lagi-lagi makan. Geng-nya Mbak Ang ini asli koplak semua. Sepanjang perjalanan kami tertawa walau saya tahu beberapa hati terasa begitu tersayat oleh candaan-candaan yang begitu menohok batin. Halah, oposeh bahasamu, Git.


Sesaat sebelum pulang


Saya tak mengingat begitu banyak hal selama perjalanan pulang. Saya hanya ingin pulang cepat, itu saja. Mbak Ang mengantar kami sampai ke Terminal Jombor. Bus Ramayana tujuan Semarang menjadi pilihan kami untuk pulang.

***

Hujan turun dengan derasnya. Tak pernah merasa kasihan dengan banjir yang telah terjadi di berbagai kota. Tanpa peduli sedikitpun dengan roda-roda kendaraan yang selip karena licin dan bunyi rem yang gemericit di telinga. Ia terus mengguyur badan bus Ramayana yang kami tumpangi sehingga memberikan rasa dingin tanpa harus menyalakan AC. Namun tiba-tiba Ayah iseng menyalakan AC di atas kepala saya dan Imam.

"Ih, ngapain coba dinyalain. Dingin begini juga!" Protes saya sambil menutupnya kembali.

"Kan lu beli tiket bus Patas AC! Kalo nggak mau pake AC ya harusnya beli tiket bus Ekonomi sana!" Asli lah ni orang aneh banget -____-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...