Friday, 18 January 2013

Mahameru : Sifat Asli Orang-orang Baru


Cerita sebelumnya bisa dibaca, disini :)


Aku berjalan pelan, kelelahan. Mencari-cari siapa saja yang kukenal disana. Terutama Bang Yasin yang entah berada dimana. Ternyata puncak tak seperti pucuk. Puncak ini luas sekali. Sampai akhirnya aku menemukan orang-orang Sulawesi, mereka bilang dari Kenduri, atau Kendari? Aku lupa. Mereka menggelar tikar diatas pasir Mahameru. Aku menelan ludah melihat bungkusan biskuit yang isinya menyembul keluar, kemudian air mineral dan fanta yang tergeletak berdampingan. Dan sekali lagi, aku menelan ludah.

“Sini neng, mampir dulu. Sarapan dulu..” Seru salah seorang dari mereka.

“Iya bang, makasih..” Jawabku sambil tersenyum dengan pandangan mata yang tak lepas dari bungkus oreo.

“Sudah.. sudah tak usah malu-malu.. Sini duduk dulu lelah toh dari bawah..” Aku akhirnya menurut dan duduk di tikar mereka. Aku disuguhi berbagai macam makanan, Kulahap oreo dan kacang sukro sampai kenyang. Botol airku yang sudah kosong (dari Donny) kemudian diisi ulang oleh mereka sampai penuh. Aku juga diberi bekal oreo yang masih utuh untuk perjalanan pulang. Subhanallah.. Aku bahkan tak kenal siapa mereka! Dan belum lama ini kami dipertemukan lagi akun twitter :-)

Sebelum meninggalkan mereka, aku diajak berfoto-foto ria. Tak peduli untuk apa fotoku nanti, anggap saja ini ucapan terimakasihku untuk mereka. Dan tak lama kemudian kutemukan Bang Yasin yang telah membuka jaketnya. Akupun membuka jaketku. Sepasang jersey Chelsea Mahameru 2013 akhirnya singgah disana, disamping bendera merah putih, di titik tertinggi pulau Jawa. Sekali lagi kuucapkan padamu, terimakasih semesta…


“Agit, abang turun duluan ya. Dingin nih abang nungguin kamu udah lebih dari sejam” Ucap Bang Yasin berpamitan. Aku memakluminya. Aku juga tak lama berada diatas, kabut semakin gelap, gerimis semakin deras.

Aku bergabung dengan Tim Ayek-ayek diatas sana. Menjadi seorang penyelundup. Hehehe… Ada Tim Ranu Kumbolo juga. Awalnya Tim Ranu Kumbolo adalah tim yang paling diremehkan karena semua pesertanya pemula semua. Namun siapa sangka kalau ternyata seluruh anggotanya mampu bertahan sampai atas? Kecuali Mbak Keyko yang menyerah dan sempat bertemu denganku. Padahal ¼ lagi puncak. Namun puncak sesungguhnya ada didalam hati. Kami berfoto-foto ria, dan benar saja, si Jessica ada disana. Sayang sekali Kibo tak turut serta.

Saat turun, aku bermain prosotan di trek pasir dengan Mbak Niza.. Siapa lagi itu? Aku juga tak kenal, bahkan tak pernah berkenalan. Hahaha… Namun trek pasir menyatukan kita. Beliau adalah rocker Surabaya yang berhijab. Keren bukan? Kami juga sempat bertemu dengan rekan-rekan lainnya yang masih bersusah payah menuju puncak. Dan kini saatnya menjadi pendusta, “Semangat kawan, puncak sudah dekat!!”

Kami turun ramai-ramai. Namun aku, Bang Faisal dan Kang Fachri jalan belakangan. Kang Fachri siapa lagi? Nggak kenal juga. Ahaha. Beliau sekelompok sama Bang Fai, tapi asalnya dari Bandung. Temannya Fuadi yang waktu itu sikat giginya nyemplung ke wc :-| inget kan? (baca ceritanya, disini)

Dan kami bertiga benar-benar tertinggal ketika di Arcopodo.

“Kunthi, bagi tissue basah dong..” Ucap Kang Fachri.

“Eh, buat apa? Mau juga dong?” Aku ikut-ikutan.

“Mau tau aja nih, anak kecil.” Sahut Kang Fachri.

“Agit mules nih, dari muncak sampe pulang.”  Jawabku jujur.

“Yaudah yuk.” Kang Fachri meninggalkan aku dan Bang Faisal. Sementara rombongan telah jalan duluan.

“Dia boker , Bang?” Tanyaku bingung. Ajaib sekali orang itu.

“Iya. Ahaha. Lu diatas aja tuh, Fachri biar dibawah. Disebelah sana gak keliatan kok, dibalik pohon.” Tutur Bang Fai. Aku meninggalkannya.

Dan resmilah Kang Fachri menjadi partner boker di Arcopodo. Perkenalan yang manis, bukan :-|

Setelah menuntaskan tugas mulia, kami akhirnya pulang. Ternyata Kang Fachri juga Onta, dikit-dikit kehausan. Tapi bedanya, dia dikit-dikit pipis. Sementara aku jarang pipis. Dan kami melewati rombongan keluarganya Jessica. Ternyata Jessica baru 14 tahun, lho. Aku kalah muda. Jessica nampaknya cidera. Sampai-sampai digendong dan sesekali dipapah porter. Pasti Kibo mau jadi porter kalau clien-nya Jessica.

Benar-benar menyebalkan bila harus mengingat dimana aku merangkak dari Kalimati hingga puncak Mahameru selama delapan jam sementara turun hanya dua jam. Setibanya di tenda, aku meneriakkan nama ucup.

“Ucuuuuuuuuuuuuuuppp!!!!!!!!!”

“Hehehe.. Apa Git..” Ia cengengesan.

“Asal lo tau ya cup, sampe puncak tertinggi pulau Jawa, gue selalu nyebut nama lo!!!” Teriakku lagi.

“Lo itu bukan nyariin Ucup Git, tapi nyariin aer!” Sahut Donny. Aku nyengir. Bener juga sih.

“Tau lu cup. Katanya tenang aja, lo yang jagain cewe-cewe!! Buahahaha..” Celetuk Arya. Kami semua tertawa.

“Gue masih mending, Bray. Sampe ¾ Mahameru. Lah elu, Kalimati doang. Ganti aja tuh tulisan di baju lu. Bukan Memorable Trekking Semeru 2013, tapi Memorable Trekking Kalimati!! Hahaha..”

“Berarti baju lo depannya ditambahin ¾ dong Cup? Hahaha..” Ucup cengar-cengir.

“Arya, gue laper..” Aku duduk didepan Arya. Disebelah Arya ada Kibo.

“Iya ini airnya abis. Ntar ya.” Jawab Arya.

“Kok jahat sih, Ar? Padahal tadi dijalan pulang, gue udah ngebayangin kalo lo lagi nyiapin makanan buat gueee..”

“Iya nanti, orang airnya abis..” Jawab Arya lagi.

“Nganga mana?” Tanyaku sambil mencari-cari sosok Ken Rangga *jiah*

“Lagi ambil air git..”

“Yaudah deh gue beres-beres dulu.”

Aku duduk direrumputan depan tenda. Lalu melepas sepatuku dan membersihkannya dari sisa-sisa pasir. Kemudian memotong kuku kakiku yang mulai cantengan dan membersihkan lukanya. Hampir sepuluh jaritanganku juga lecet, inilah akibat sering lepas-pasang sarung tangan dan menarik akar-akar sebagai bantuan. Hansaplas bertebaran menempel dikulitku.

“Kibooo, tadi gue muncak bareng Jessica dooong. Turun juga bareng Jessica..” Pamerku pada Kibo.

“Iyah, Jessica kakinya sakit ya. Tau gitu gue gendong.”

“Ih, kok lu tau?”

“Iyalah, kalo jodoh mah nggak kemana..” *gubrak*

Tak lama kemudian, Nganga datang.

“Arya!! Bikinin gue teh manis!! Gue gak mau tau!!” Gak inget siapa yang ngomong kayak gini, antara Nganga atau Bang Ucup.

“Gak bawa teh, Bray!!” Jawab Arya kemudian.

“Yaudah kalo gitu teh tawar!!!”

“Kan gue bilang, GAK BAWA TEH!!!” Buahahaha.. kami semua tertawa.

“Aryaaaa.. baju kotor gue manaaa!!!” Teriak seseorang lagi dari dalam tenda.

“Arya, gue lapeeer…hahaha” Kali ini aku yang bersuara. Arya, betapa malang nasibmu, nak.

Aku masih membereskan peralatanku, sekaligus menjemur yang masih basah. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah kancut di pojok tenda.

“Ini kancut siapaaaaaa?!!!” Teriakku sambil memegang kancut dengan ekspresi jijik.

“Eh, itu punya gua. Hahaha..” Sahut Budi pelan sambil cengar-cengir. Aku berniat untuk melemparnya.

“Udah sih taro situ ajah.”

“Ih.. ogaaaah.. Gue buang ke trashbag ni ya!”

“Eh jangan..” Kemudian ku lempar kancut itu ketendanya.

“Agitaaaaa, pijetin guaaa!” Teriak Kibo. Aku tak mengerti ada apa dengan orang-orang ini dan mengapa mereka berteriak-teriak.

“Tar dulu bo, barang-barang gue masih berantakkan.” Setelah rapi dan bersih, aku menghampiri tenda Kibo.

“Buka baju lo!” Ucapku.

“Buset ni cewe galak amat! Gue mau diapain?” Kibo membuka baju atasnya.

“Kagak ada counterpain apa?” Tanyaku. Namun ia mengeluarkan Stop-X. Nulisnya bener gak? :-O

“Kibo, kok lu panuan sih?”

“Eh, beneran git?”

“Nggak bo’ong. Hahaha..”

“Ah, elu..” Setelah memijat Kibo, gerimis mulai turun. Arya masih sibuk memasak macaroni dan cream soup. Aku memasukkan lagi barang-barangku yang hampir kering kedalam tenda. Kemudian membetulkan payung yang mulai rusak.

“Kibo, enak yah jadi elu..” Ujarku.

“Kenapa git?”

“Kalo hujan gak usah payungan, kepala lu waterproof kan? Buahahahha..” Semua orang tertawa mendengar ucapanku.

“Daripada Arya, kalo hujan ngerembes. Kepalanya botak. Hahaha..” Sahut Kibo tak mau kalah.

Aku masuk kedalam tenda. Bang Ucup foto-foto. Namun lagi-lagi, Mama Jun sudah tidur. Sesi keakraban kami sangat terasa sore itu. Ditambah sajian pastanya Arya yang menghangatkan suasana. Hmmm yummy ^_^

Selesai makan, aku tidur sampai menjelang maghrib. Dan selesai maghrib, kami bersiap-siap untuk pulang menuju Ranu Kumbolo.

Lagi-lagi Night Trekking dan diguyur hujan. Bocorku semakin parah. Sepatu juga basah sudah. Aku menyesal menggunakan Salonpas Hot dibagian telapak kaki. Terasa panas seperti terbakar ketika terkena air!!!

Perjalanan pulang ini penuh dengan emosi, mungkin sebagian dari kami agak kesal mengingat perjalanan yang tak sesuai dengan jadwal. Terlebih lagi beberapa orang cidera dan berjalan lambat. Sementara aku? Aku kelaparan sekali malam itu. Yang ada di bayanganku adalah dalam keadaan perut kosong seperti ini, sepatu yang basah dan kehujanan, aku takut terkena hipotermia. Menyusahkan sekali bila itu terjadi.

Dan beberapa orang juga melihat sesuatu yang ghaib. Itu hal biasa. Aku melihat apa? Tidak, aku tak melihat apa-apa. Pandanganku tetap menuju ke tanah yang kutapaki. Aku tak berani menghadap ke kanan kiri atau atas mengingat diriku yang masih datang bulan. Sepanjang perjalanan aku terus berdzikir seraya mengemut permen.

Padang Rumput Oro-oro Ombo yang banjir berhasil kami lalui. Dan yang terakhir adalah Tanjakan Cinta, cinta yang benar-benar penuh penderitaan. Menuruni Tanjakan Cinta dalam keadaan licin dan gelap benar-benar menantang sekali. Terlebih lagi beban berat yang berada dipunggung ini. Tak jarang yang jatuh terpeleset. Tak ada romantisnya sama sekali :-|

Sesampainya di Ranu Kumbolo, tim kami segera mendirikan tenda. Nganga emosi sekali malam itu.

“Ngediriin tendanya satu aja dulu buat naro barang yang basah!”

“Itu framenya gak usah dimasukin, nanti aja kalo udah berdiri!!”

“Pasaknya nanti aja belakangan, Donny! Gak pernah bikin tenda ya?”

“Terus yang lain jangan pada diem aja!!!”

“Tenda kita banjir itu semua barang-barangnya basah!! Gak ada yang inisiatif ngeluarin barang apa!!”

“Caesa tolong bantu senter!!”

“Terus kalo tendanya udah jadi, langsung pada mau tidur???!!!!”

Kurang lebih seperti itu ocehan Nganga selama mendirikan tenda di Ranu Kumbolo. Aku menghilangkan diri beberapa saat takut kena semprot. Dan Arya juga begitu. Arya mulai ikut-ikutan emosi.

“Gitaaaa, carrier gue mana!! Tuker sekarang aja besok pagi udah repot!!” Aku menurut saja sambil membayangkan bagaimana nasibku esok hari membawa carrier seberat itu. Semoga saja beratnya sudah menyusut. Atau semoga saja badanku semakin kuat. Entahlah.. Padahal kan bisa saja tukar carrier di kereta. Toh, besok juga kita pulang satu kereta kan, Ar? Aku hanya mengumpat dalam hati.

Tendaku juga begitu. Penuh, sesak dan berantakan. Aku kabur ke tenda Bang Hengki yang saat itu berisi ia sendiri, Donny dan Kibo.

“Git, pijetin gua git.” Ujar Donny.

“Counterpain lu mana?” Tanyaku sambil meletakkan tanganku dilehernya.

“Anjrit tangan lu dingin banget, Git! Kagak usah udah kagak jadi!”

“Yee, pe’a lu.”

“Git mau git?” Kali ini Kibo yang mulai bersuara.

“Kok lu gadoin mie sih? Bagi dong. Haha” Aku merampas bungkus mie gorengnya.

“Kok gak pake saos kecap, Bo?”

“Iya itu gue juga nyesel kenapa tadi gue buang. Hahaha”

“Bagi Git, suapin.” Ujar Donny yang tergeletak kepayahan. Aku menyuapinya.

“Kok lu gak pake Sleeping Bag, Don?” Tanyaku heran.

“Gue emang dari pertama ngecamp juga gak pernah pake sleeping bag. Hahaha”

“Buset, kuat amat lu. Gue laper ih..” Aku menepu-nepuk perut.

“Samaa.. Makanya gue gadoin mie.” Sahut Kibo.

“Kibo.. Ambil air gih. Tar gue masakin!” Teriak Arya dari luar.

“Yuk Bo, ambil air sama gue…” Ajakku.

“Ogah ah, DINGIN!” Teriak Kibo. Entah siapa yang akhirnya mengambil air. Aku masih belum berani bertatap muka dengan Arya dan Nganga yang galak itu.

“Ada yang mau bihun gak?” Teriak Arya setelah mendapatkan air.

“Gue mau, Ar!” Sahut Kibo.

“Gue mau, Bo..” Ujarku pelan.

“Aryaaa, Gita juga mau!” Teriak Kibo lagi. Aduh Kibo, maksudnya aku minta saja. Aku takut dibilang sok nyuruh-nyuruh Arya.

“Gue juga mau, Git. Tar suapin ya.” Ujar Donny dalam keadaan tengkurap.

“Sini! Udah mateng.” Teriak Arya kemudian.

“Ogah gue keluar! Dingin! Oper sini, Bray!” Teriak Kibo.

“Ogah! Lu aja kemari!” Sahut Arya kemudian.

“Sini Taa, berdua sama gue!” Teriak Caesa. Huh, akhirnya ada yang mengajakku makan. Aku keluar tenda Bang Hengki dan masuk kedalam tendaku sendiri. Caesa terlihat sedang menyuapi Nganga yang kedinginan didalam tendaku. Aku mencari-cari sendok.

“Nih, Git. Makan.” Ujar Budi yang berada diluar tendaku sambil menjulurkan sendok yang berisi bihun. Aku memakannya. Masih kikuk menatap Budi yang menyuapiku. Anak yang pendiam dan suka lupa kancut itu kelakuannya memang ajaib.

“Gitaaaa, suapiiiiiiiiiiin!!!” Teriak Donny dari dalam tendanya.

“Gue juga disuapin Budiii!!” Sahutku sambil terus mengunyah. Bihun buatan Arya malam itu hangat sekali. Panas dan pedas seperti orangnya. Kuperhatikan Arya yang tak juga melihatku. Sepertinya ia juga tak enak denganku. Entahlah, aku hanya menunggu disuapi Budi saja.

“Gitaaaaaa, gue tidur yaaaa! Jam empat bangunin gueee!” Teriak Donny lagi. Aku tak menyahut. Setelah perutku agak kenyang, aku menyudahi makan.

“Lagi git..” Ujar Budi lagi dengan sendoknya.

“Udah, Bud, takut mules.” Jawabku. Aku masuk kedalam sleeping bag dan meraih sari kurma kemudian menenggaknya karena kepedasan.

“Nganga mau sari kurma?”  Tawarku kepada Nganga, dan semoga saja bisa jadi penawar amarahnya. Kulihat ia mengangguk dan meraih botol sari kurmaku. Kemudian menenggaknya.

“Mau minum?” Tawarku lagi seraya menyodorkan botol berisi air, tidak tau apakah itu air matang atau bukan. Ia menggeleng. Aku minum saja sendiri. Kemudian aku beranjak tidur. 


(Bersambung ke Cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Mahameru : Dan Pucak itu, Berhasil Kuraih


Cerita sebelumnya bisa dibaca, disini :)

Selasa, 1 Januari 2013

Perjalanan menuju Arcopodo dimulai. Kami membentuk satu barisan. Dan team-team yang summit ini disebut dengan Team Mahameru. Entah apa yang salah dengan headlamp yang kukenakan. Tiba-tiba lampunya lepas dan batereinya terpental.

“Anjrit.. Kok bisa.” Ucapku kala itu. Donny membantuku memasangnya lagi. Padahal jelas-jelas headlamp milikku agak sulit dibuka, lalu kenapa bisa tau-tau lepas? Entahlah.. Aura mistis sepertinya mulai mengikutiku yang sedang datang bulan.

Kami berjalan dalam diam. Tak bercanda seperti perjalanan malam sebelumnya. Hanya memberi instruksi bilamana ada lubang, batu atau akar yang melintang. Perjalanan terus merangkak naik hingga Arcopodo. Struktur tanahnya lembab bekas hujan namun tak terlalu licin. Jalan malam kali ini santai sekali karena sebentar-sebentar beristirahat. Menyesuaikan diri dengan oksigen yang mulai menipis. Satu jam kemudian kami tiba di Arcopodo. Membuka bekal makanan dan mulai memasang gaiters.


Tak lama, sampailah kami di Cemoro Tunggal. Mahameru yang begitu besar terlihat kokoh dengan lampu-lampu yang berasal dari headlamp para pendaki yang merangkak naik terlihat seperti barisan semut berkelap-kelip. Angin gunung dimalam hari membuat bulu kuduk berdiri. Beruntung sekali trek pasir Mahameru juga lembab bekas hujan. Tidak seperti di film-film yang mengatakan naik lima langkah, turun dua langkah. Jarang juga ada batu-batu yang menggelinding. Ikuti saja pijakan kaki yang telah ada, tak usah repot-repot buat pijakan baru.

Detik dan menit telah berlalu, jarum jam telah menunjukkan angka yang berbeda. Sudah hampir jam empat namun puncak belum juga kuraih. Timku berpencar. Dengan Mbak Jun yang paling dulu, disusul Donny dan Bang Hengky. Sementara aku yang Onta ini akan terus menempel dengan Ucup. Sampai akhirnya aku gemas menunggu Ucup yang lama dan merangkak sendirian tanpa air. Terus merangkak dan merangkak dengan bantuan tongkat sakti pinjaman dari Arif Budiman. Sesekali istirahat dan membuka cemilan. Nafas terasa berat sekali pagi itu. Angin gunung membuat beberapa pendaki tertidur. Aku selalu membangunkan mereka yang ketiduran di jalur.



“Ucuuuuuuuuuuuuupp..” Teriakku tiap kali beristirahat. Namun yang dipanggil tak juga terlihat. Sampai akhirnya aku menemukan Bang Faisal yang muntah. Entah masuk angin atau kebanyakan minum. Aku memukul-mukul pundaknya dengan tongkatku. Ia menutup muntahnya dengan pasir. Kemudian kami melangkah bersama. *ciyeeeee*

Bang Faisal ini anggota kelompok satu, Tim Ayek-ayek. Beliau sudah sering mendaki gunung, adventurer sejati. Namun baru kali ini mencumbu pasir Mahameru, sekaligus memuntahinya. Bang Faisal lah yang menemaniku menuju puncak tertinggi di pulau Jawa. Beliau sabar sekali menungguku beristirahat. Seringkali ketiduran dan bangun dengan mata berwana merah.

Partner kami ada Mbak Kunthi dan Bang Ardi. Bang Ardi adalah ketua Tim Ayek-ayek yang bersumpah akan minum kiranti apabila seluruh anggota kelompoknya berhasil muncak. Bang Ardi doyan semua makanan yang aku keluarkan dari dalam tas, kecuali soyjoy. Suka belepotan kalau minum sari kurma, tapi nambah terus. Bang Ardi juga orang yang selalu aku minta minumnya dan sampai saat ini mengejekku dengan kalimat, “Saya hauus, tapi saya nggak punya aiiiiir…” :-(


Hari mulai terang, namun kaki tak juga sampai. Dua kali melewati puncak bayangan yang kusebut puncak bohongan. Mahameru benar-benar pemberi harapan palsu. Sempat bertemu lagi dengan rombongan Cirebon yang sudah turun duluan. Hebat sekali , sampai dipuncak jam berapa mereka kalau jam segini sudah turun? Bunyi mereka ketika berjalan khas sekali. Gantungan tas-nya seperti bunyi lonceng sapi. Klenung.. klenung… Mengingatkanku pada seseorang yang entah mengingatku atau tidak. #abaikan

“Ini rombongan Cirebon yang kemarin ketemu di Pos 2 bukan? Kalo jalan kayak sapi. Klenung klenung..” Sapaku ketika mereka beristirahat didekatku berdiri.

“Iyaa.. Mbak yang rombongan dari Jakarta ya? Kemarin kita dikasih Rainbow Cake alias dodol dari Kalimantan samaaa…”

“Sama saya maas!” Jawabku riang.

“Woo, ini orangnya. Kemarin gelap, nggak keliatan. Kemarin Mbak-nya juga pake jas hujan. Asale pundhi mbak? Saget mboso Jowo tha?” Tanya salah satu dari mereka.

“Solo mas, Wonogiri.

“Wah, Baksoooo..” Ujar mereka hampir berbarengan. Kemudian kami semua tertawa.

“Ayo mbak, semangat. Puncak sebentar lagi.” Aku segera pamit dan melanjutkan perjalanan. Sebelumnya habis dikasih biskuitdari mereka. Hehehe. Dan kutemukan Bang Faisal yang ketiduran diatas. Aku mengajaknya jalan lagi.

Sudah hampir jam tujuh dan kami tak juga sampai. Entah dimana puncaknya, kabut perlahan turun membuat jarak pandang semakin buram. Soyjoy dan susu kental manis putih adalah menu sarapanku waktu itu. Sambil sesekali menenggak sari kurma yang mampu mengisi perutku. Bang Faisal juga memberiku cokelat sebagai tambahan sarapan. Satu jam berlalu dan seseorang memanggilku dari atas.

“Giiiiiiiiiiiiiiiit… Ayo sebentar lagiiii!!”

“Itu siapa siiiiiiiiiiih? Gak keliataaan!”

“Donny Giiiit!!” Kemudian ia, Mbak Jun dan Bang Hengky turun menghampiriku.

“Gue gak punya aiiir…  Ucup gaktau dimanaa..” Suaraku melemah. Mereka memberikanku air.

“Kalian mau turun? Terus gue dipuncak sama siapa?” Aku sedih sekali waktu itu.

“Masih banyak orang kok git diatas” Ujar mereka. Ah! Percuma banyak orang kalau bukan kalian. Kalian kok tega sih. Aku mengumpat dalam hati.

“Yasin nungguin lo git diatas.” Ujar MbakJun membuatku semangat lagi. Bang Yasin, tunggu aku dan jersey “ Meru 13 “ punyaku!! Mereka kemudian pergi meninggalkanku.

“Kunthi bakal muncak buat Ayaaaah!” Mbak Kunthi terlihat semangat. Dan aku? Aku akan muncak untuk siapa? Kukuh? Peduli apa dia terhadapku?!! Ibu? Ibu juga tak peduli mau aku sampai puncak atau tidak. Siapa yang selama ini menyemangatiku memuncak?

“Gue bakal muncak buat Pires yang lagi di Papandayaaaaan!!!” iya, Pires, Arif Budiman. Orang yang dari awal membantuku mewujudkan ide gila ini. Ia sedang berada di Papandayan merayakan tahun baru dalam sebuah acara yang sama sepertiku.

Dan kabut semakin gelap. Gerimis mulai turun. Aku down. Untuk apa lagi aku muncak jika diatas tak ada apa-apa? Namun Bang Faisal tetap menungguku. Berkali-kali aku bertanya ‘yakin bang muncak?’ namun ia hanya menjawab dengan senyuman. Tanpa sedikitpun bicara. Sementara Mbak Kunthi dan Bang Ardi telah jauh diatas.

Sampai akhirnya trek pasir itu telah berganti dengan bebatuan yang membentuk seperti tangga. Kutapakki perlahan, merangkak, memanjat dan meraih tangan Bang Fai untuk ditarik.

Dan aku akhirnya sampai,
Di titik tertinggi pulau Jawa,
3.676 meter diatas permukaan laut,
Mahameru yang  berkabut,
Air mata berjatuhan lembut,
Mentari pertama ditahun yang baru turut menyambut,

Samudera awan itu benar-benar ada,
Diatas lampu-lampu kota,
Pantai, laut yang menghampar dibagian sana,
Menghadap Bromo, Arjuno, Welirang, Argopuro,

Bukit demi bukit yang telah terlalui,
Jatuh bangun yang telah terlewati,
Egoisme yang tak terbendungi,
Semua bergantian hadir dihadapanku,

Terimakasih semesta…

Mahameru, 1 Januari 2013


(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Tanjakan Cinta, Cinta itu Tiada Akhir Deritanya


Cerita sebelumnya bisa dibaca, Disini :)


Mentari mulai memancarkan sinarnya,
Membelah kabut yang menghantui diri semalaman,
Mencairkan kristal-kristal es yang mengembun di dedaunan,
Gemercik banyu bening mengalun di telinga,
Merayu siapapun untuk mendekat kepadanya,
Menyentuh dinginnya,
Membasuh segarnya,
Memeluk lembutnya,
Membaui aroma tanah basah,
Mendamaikan hati-hati yang resah….

Ranu Kumbolo, 31 Desember 2012

Selesai keliling Ranu Kumbolo, aku keliling area tenda hitung-hitung pemanasan sebelum naik ke Tanjakan Cinta. Kelihatannya memang unik seperti bentuk Love. Namun tingginyaaaa, bikin ngeper duluan! Kemudian kembali ke tenda dan menemukan Mbak Jun yang telah terbangun dari tidur panjangnya. Hehe, dia yang tidur paling pertama soalnya. Kemudian pipis gantian sama dia didekat pohon pinus *blush* Ranu Kumbolo ramai sekali kala itu. Sepertinya sebagian besar dari mereka akan merayakan tahun baru disana. Jadi agak sulit mencari lokasi untuk pipis disini. Terlalu banyak orang -_-

Hampir semua team sudah bangun dan selesai sarapan kecuali team kami. Memang pemalas semua -_- Oh iya, dalam Memorable Trekking Semeru 2013 ini terbagi empat team, yaitu Team Ayek-ayek, Oro-oro Ombo, Ranu Kumbolo dan Arcopodo. Semua nama tim diambil dari tempat-tempat di semeru. Dan team kami, Oro-oro Ombo selalu kebagian jalan terakhir :-|

Menu makanan yang Arya buat hari ini adalaaaaah, taraaaa *bukatudungsaji* Macaroni Bolognese diatasnya ditaburi keju. Nyam. Terus Nganga bikin sarden sama nasi setengah mateng :-| Aku kebagian cuci piring bareng Kibo *kedipkedip*

Ah iya, Kibo sempet kesemsem sama turis asal Inggris. Namanya Jessica. Tendanya deket Nganga. Tapi Kibo payah, gak berani ngajak kenalan :-p

Kami start ke Kalimati pukul sepuluh. Eh sebelas.. Eh apa sepuluh ya? Gatau lupa *jitak*
Ya pokoknya jam-jam segitulah. Ranu Kumbolo turun kabut. Gerimis kecil dan harus melewati Tanjakan Cinta yang katanya romantis itu dalam keadaan licin. What The?!! Itu bukan Tanjakan Cinta, tapi tanjakan penderitaan!! Tapi kalau kata Donny, itu benar Tanjakan Cinta, Cinta itu tiada akhir deritanya :’(

Daaaaan, siapa yang percaya mitos tanjakan cinta?
Barang siapa yang melewati tanjakan cinta sambil memikirkan seseorang yang penting dalam hidupnya, kemudian enggak nengok sama sekali ke belakang, maka cintanya akan awet selamanya :’)
Lalu, siapa yang ku pikirkan selama melintasi Tanjakan Cinta?

Bagaimana kabarmu disana?
Aku melintasi tanjakan cinta ini, sendirian
Tanpa genggaman, tanpa pegangan
Berbekal kepercayaan dan sebuah tongkat pinjaman
Mungkinkah suatu saat nanti, di kehidupan nyata
Aku menjalani kisah cinta kita sendirian?
Tanpa genggamanmu, tanpa kepercayaanmu?
Entahlah,
Demi kabut yang menggelap di Ranu Kumbolo,
Demi tanjakan cinta yang licin dan penuh derita,
Demi pinus yang meneduhkan mata,
Demi nafas yang mulai terengah-engah,
Demi badan dan kaki yang mulai payah,
Aku merindukanmu...

Agita Violy,
Di Penghujung 2012,
Tanjakan Cinta.

“Agitaaaaa…” Teriak Om Dedy, panitia Memorable Trekking dari bawah. Namun aku tak juga menyahut.

“Nengok juga gak papa kali Agiiiiiiiiiiit” Aku cekikikan. Sambil masih berpuisi. Sesampainya diatas, barulah kuberanikan diri untuk menengok kebelakang. Aku mengamati Ranu Kumbolo yang ramai dan semakin gelap. Dan setelahnya padang rumput oro-oro ombo. Terimakasih semesta, manis sekali jamuannya :-)


Melintasi Oro-oro Ombo, kemudian Cemoro Kandang. Hujan semakin deras, jalan semakin menanjak. Sepatu basah dan carrier terasa semakin berat. Perut semakin lapar dan istirahat semakin sering. Aku tak tahu harus bagaimana lagi :’(

Arya dan Nganga berada di posisi paling belakang. Begitu pula Budi dan Bang Hengki yang pendiam, carriernya terlihat berat sekali. Sementara Mbak Jun sudah berjalan paling depan, beliau benar-benar kancil. Dan aku, kerjaku hanya minum dan makan apapun yang kubawa :-D

Ah, iya! Aku sempat bertemu tiga orang asal Bekasi yang ngguyon di Kereta bareng Bapak AL!! Mereka habis muncak dan baru turun, sementara aku baru naik. Dan salah satu diantara mereka muncak pake’ sendal Crocs. Subhanallah :-O

“Ayo mbak Bekasi, semangat, Kalimati sebentar lagi. Kita pulang duluan ya..” Pamit mereka setelah berbincang sebentar. Ah, lucu kalau mengingatnya.

Setibanya di Kalimati, kami semua kedinginan. Sepatu kami basah setelah menerjang aliran air sepanjang perjalanan. Kibo bahkan tak bergerak selama satu jam. Tapi tetap saja ngoceh tak henti-henti melihat Jessica yang tendanya dekat lagi. Dan kalimat andalannya adalah, “Kalo jodoh emang gak kemana. Jessica..”

Setelah tenda didirikan, Bang Ucup ambil air di Sumbermani. Sepatu segera kubersihkan dan ku-sumpel Koran kemudian dibungkus dengan plastik agar terlindung dari hujan. Aku dan mbak Jun berganti pakaian lalu tidur. Padahal hari masih sore, tapi lebih baik tidur untuk memulihkan badan yang kelelahan agar bisa mengejar Summit esok hari.

Pukul sepuluh malam akhirnya aku terbangun. Disinilah sebuah keraguan tiba-tiba datang. Caesa dan Nganga memutuskan untuk tidak summit. Pakaian dan sepatu mereka basah. Kemudian Arya yang kelelahan, Budi yang kancutnya kebasahan dan Kibo yang bisanya hanya ikut-ikutan juga tidak summit. Aku labil sekali, belum bersiap-siap sementara Mbak Jun telah selesai dengan alat tempurnya. Dalam keadaan yang membingungkan serta dingin yang luar biasa, aku keluar tenda dan memberanikan diri menyentuh tanah tanpa alas kaki. Dan semangatku mulai timbul ketika melihat Bang Yasin mengingatkanku untuk membawa jersey Chelsea sampai puncak Mahameru.

“Git, jangan lupa ya jerseynya dibawa.” Ujarnya kala itu.

“Abang, Agit bingung ni mau summit atau enggak.” Jawabku ragu.

“Yaudah kalau nggak sanggup mah jangan dipaksain.” Ujar beliau lagi.

Iya, sebelumnya aku dan Bang Yasin telah bekerjasama untuk membuat jersey bernomor punggung Maha 20 dan Meru 13 agar tercipta Mahameru 2013. Jersey itu akan dipakai dipuncak Mahameru dan menjadi bukti bahwa jersey Chelsea telah sampai di titik tertinggi pulau Jawa pada awal tahun 2013. Aku takmau semua menjadi sia-sia!! Mau nangis ih :’(

Kemudian kucoba berjalan nyeker ke tenda Bang Hengki. Kabar burung mengatakan bahwa Bang Ucup tak akan summit karena kelelahan. Namun siapa sangka? Seluruh penghuni di tenda Bang Hengki yang berisi ia sendiri, Donny dan Bang Ucup telah siap dengan alat tempurnya.

“Kalian semua summit?” tanyaku dengan wajah terkejut.

“Iya. Lu kok gak siap-siap?” Tanya Donny.

“Gue bingung summit apa enggak. Arya, Nganga, Caesa, Budi sama Kibo nggak summit.” Jelasku.

“Udah ayo berangkat.” Kata Bang Ucup. Aku kembali ke tenda dan segera bersiap-siap. Caesa bingung melihatku yang mendadak semangat untuk summit.

“Lu summit Git? Gue pengen..” ujar Caesa.

“Ayo sa, Bang Ucup ikut. Gue enak jalan sama dia pelan-pelan aja.”

“Gue nggak ada baju lagi ta..”

“Ini gue ada baju satu lagi sa.. Apa sama baju bola gue mau?” Aku menyerahkan baju-bajuku yang masih kering.

“Nganga, gue boleh summit gak?” Tanya Caesa kepada Nganga. Meminta izin. Namun Nganga menggeleng dan segera menyiapkan makan untuk kami yang mau summit.

“Agit cepetan packingnya! Ini rombongan lain udah mau jalan!!” Teriak Nganga dari luar.

“Iya bentar dulu Nga, gue tinggal pake sepatu!” Ah kesal sekali waktu itu diburu-buru, terlebih lagi aku sedang bocor parah.

Akhirnya Nganga menghampiriku dan menyuapi dua sendok indomie goreng yang agak berkuah. Begitu pula yang lainnya. Kemudian Aku, Mbak Jun, Bang Ucup, Donny dan Bang Hengky berpamitan kepada Nganga dan Caesa. Terlihat mata Nganga berkaca-kaca kala itu. Kami saling berpelukan melepas kepergian dan memberi semangat satu sama lain. Sementara Arya, Budi dan Kibo masih terlelap di tendanya.

“Air gimana? Gak dibagi-bagi aja?” Tanyaku.

“Air di daypack gue, tenang. Ini cewe-cewe gue yang jagain..” Jawab Bang Ucup meyakinkanku.

Peserta Memorable Trekking Semeru 2013 saling membentuk lingkaran dan mulai berdoa. Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Dan seketika kembang api meluncur dari arah Ranu Kumbolo. Ah, siapa pula yang menyalakannya? Memang indah dan menyenangkan, tapi, apa mereka tak tahu bahwa kelakuannya bisa membuat burung-burung, rusa dan hewan-hewan dihutan ketakutan?  Biarlah.. Selamat Tahun Baru 2013 :-)


(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...