Friday, 18 January 2013

Mahameru : Dan Pucak itu, Berhasil Kuraih


Cerita sebelumnya bisa dibaca, disini :)

Selasa, 1 Januari 2013

Perjalanan menuju Arcopodo dimulai. Kami membentuk satu barisan. Dan team-team yang summit ini disebut dengan Team Mahameru. Entah apa yang salah dengan headlamp yang kukenakan. Tiba-tiba lampunya lepas dan batereinya terpental.

“Anjrit.. Kok bisa.” Ucapku kala itu. Donny membantuku memasangnya lagi. Padahal jelas-jelas headlamp milikku agak sulit dibuka, lalu kenapa bisa tau-tau lepas? Entahlah.. Aura mistis sepertinya mulai mengikutiku yang sedang datang bulan.

Kami berjalan dalam diam. Tak bercanda seperti perjalanan malam sebelumnya. Hanya memberi instruksi bilamana ada lubang, batu atau akar yang melintang. Perjalanan terus merangkak naik hingga Arcopodo. Struktur tanahnya lembab bekas hujan namun tak terlalu licin. Jalan malam kali ini santai sekali karena sebentar-sebentar beristirahat. Menyesuaikan diri dengan oksigen yang mulai menipis. Satu jam kemudian kami tiba di Arcopodo. Membuka bekal makanan dan mulai memasang gaiters.


Tak lama, sampailah kami di Cemoro Tunggal. Mahameru yang begitu besar terlihat kokoh dengan lampu-lampu yang berasal dari headlamp para pendaki yang merangkak naik terlihat seperti barisan semut berkelap-kelip. Angin gunung dimalam hari membuat bulu kuduk berdiri. Beruntung sekali trek pasir Mahameru juga lembab bekas hujan. Tidak seperti di film-film yang mengatakan naik lima langkah, turun dua langkah. Jarang juga ada batu-batu yang menggelinding. Ikuti saja pijakan kaki yang telah ada, tak usah repot-repot buat pijakan baru.

Detik dan menit telah berlalu, jarum jam telah menunjukkan angka yang berbeda. Sudah hampir jam empat namun puncak belum juga kuraih. Timku berpencar. Dengan Mbak Jun yang paling dulu, disusul Donny dan Bang Hengky. Sementara aku yang Onta ini akan terus menempel dengan Ucup. Sampai akhirnya aku gemas menunggu Ucup yang lama dan merangkak sendirian tanpa air. Terus merangkak dan merangkak dengan bantuan tongkat sakti pinjaman dari Arif Budiman. Sesekali istirahat dan membuka cemilan. Nafas terasa berat sekali pagi itu. Angin gunung membuat beberapa pendaki tertidur. Aku selalu membangunkan mereka yang ketiduran di jalur.



“Ucuuuuuuuuuuuuupp..” Teriakku tiap kali beristirahat. Namun yang dipanggil tak juga terlihat. Sampai akhirnya aku menemukan Bang Faisal yang muntah. Entah masuk angin atau kebanyakan minum. Aku memukul-mukul pundaknya dengan tongkatku. Ia menutup muntahnya dengan pasir. Kemudian kami melangkah bersama. *ciyeeeee*

Bang Faisal ini anggota kelompok satu, Tim Ayek-ayek. Beliau sudah sering mendaki gunung, adventurer sejati. Namun baru kali ini mencumbu pasir Mahameru, sekaligus memuntahinya. Bang Faisal lah yang menemaniku menuju puncak tertinggi di pulau Jawa. Beliau sabar sekali menungguku beristirahat. Seringkali ketiduran dan bangun dengan mata berwana merah.

Partner kami ada Mbak Kunthi dan Bang Ardi. Bang Ardi adalah ketua Tim Ayek-ayek yang bersumpah akan minum kiranti apabila seluruh anggota kelompoknya berhasil muncak. Bang Ardi doyan semua makanan yang aku keluarkan dari dalam tas, kecuali soyjoy. Suka belepotan kalau minum sari kurma, tapi nambah terus. Bang Ardi juga orang yang selalu aku minta minumnya dan sampai saat ini mengejekku dengan kalimat, “Saya hauus, tapi saya nggak punya aiiiiir…” :-(


Hari mulai terang, namun kaki tak juga sampai. Dua kali melewati puncak bayangan yang kusebut puncak bohongan. Mahameru benar-benar pemberi harapan palsu. Sempat bertemu lagi dengan rombongan Cirebon yang sudah turun duluan. Hebat sekali , sampai dipuncak jam berapa mereka kalau jam segini sudah turun? Bunyi mereka ketika berjalan khas sekali. Gantungan tas-nya seperti bunyi lonceng sapi. Klenung.. klenung… Mengingatkanku pada seseorang yang entah mengingatku atau tidak. #abaikan

“Ini rombongan Cirebon yang kemarin ketemu di Pos 2 bukan? Kalo jalan kayak sapi. Klenung klenung..” Sapaku ketika mereka beristirahat didekatku berdiri.

“Iyaa.. Mbak yang rombongan dari Jakarta ya? Kemarin kita dikasih Rainbow Cake alias dodol dari Kalimantan samaaa…”

“Sama saya maas!” Jawabku riang.

“Woo, ini orangnya. Kemarin gelap, nggak keliatan. Kemarin Mbak-nya juga pake jas hujan. Asale pundhi mbak? Saget mboso Jowo tha?” Tanya salah satu dari mereka.

“Solo mas, Wonogiri.

“Wah, Baksoooo..” Ujar mereka hampir berbarengan. Kemudian kami semua tertawa.

“Ayo mbak, semangat. Puncak sebentar lagi.” Aku segera pamit dan melanjutkan perjalanan. Sebelumnya habis dikasih biskuitdari mereka. Hehehe. Dan kutemukan Bang Faisal yang ketiduran diatas. Aku mengajaknya jalan lagi.

Sudah hampir jam tujuh dan kami tak juga sampai. Entah dimana puncaknya, kabut perlahan turun membuat jarak pandang semakin buram. Soyjoy dan susu kental manis putih adalah menu sarapanku waktu itu. Sambil sesekali menenggak sari kurma yang mampu mengisi perutku. Bang Faisal juga memberiku cokelat sebagai tambahan sarapan. Satu jam berlalu dan seseorang memanggilku dari atas.

“Giiiiiiiiiiiiiiiit… Ayo sebentar lagiiii!!”

“Itu siapa siiiiiiiiiiih? Gak keliataaan!”

“Donny Giiiit!!” Kemudian ia, Mbak Jun dan Bang Hengky turun menghampiriku.

“Gue gak punya aiiir…  Ucup gaktau dimanaa..” Suaraku melemah. Mereka memberikanku air.

“Kalian mau turun? Terus gue dipuncak sama siapa?” Aku sedih sekali waktu itu.

“Masih banyak orang kok git diatas” Ujar mereka. Ah! Percuma banyak orang kalau bukan kalian. Kalian kok tega sih. Aku mengumpat dalam hati.

“Yasin nungguin lo git diatas.” Ujar MbakJun membuatku semangat lagi. Bang Yasin, tunggu aku dan jersey “ Meru 13 “ punyaku!! Mereka kemudian pergi meninggalkanku.

“Kunthi bakal muncak buat Ayaaaah!” Mbak Kunthi terlihat semangat. Dan aku? Aku akan muncak untuk siapa? Kukuh? Peduli apa dia terhadapku?!! Ibu? Ibu juga tak peduli mau aku sampai puncak atau tidak. Siapa yang selama ini menyemangatiku memuncak?

“Gue bakal muncak buat Pires yang lagi di Papandayaaaaan!!!” iya, Pires, Arif Budiman. Orang yang dari awal membantuku mewujudkan ide gila ini. Ia sedang berada di Papandayan merayakan tahun baru dalam sebuah acara yang sama sepertiku.

Dan kabut semakin gelap. Gerimis mulai turun. Aku down. Untuk apa lagi aku muncak jika diatas tak ada apa-apa? Namun Bang Faisal tetap menungguku. Berkali-kali aku bertanya ‘yakin bang muncak?’ namun ia hanya menjawab dengan senyuman. Tanpa sedikitpun bicara. Sementara Mbak Kunthi dan Bang Ardi telah jauh diatas.

Sampai akhirnya trek pasir itu telah berganti dengan bebatuan yang membentuk seperti tangga. Kutapakki perlahan, merangkak, memanjat dan meraih tangan Bang Fai untuk ditarik.

Dan aku akhirnya sampai,
Di titik tertinggi pulau Jawa,
3.676 meter diatas permukaan laut,
Mahameru yang  berkabut,
Air mata berjatuhan lembut,
Mentari pertama ditahun yang baru turut menyambut,

Samudera awan itu benar-benar ada,
Diatas lampu-lampu kota,
Pantai, laut yang menghampar dibagian sana,
Menghadap Bromo, Arjuno, Welirang, Argopuro,

Bukit demi bukit yang telah terlalui,
Jatuh bangun yang telah terlewati,
Egoisme yang tak terbendungi,
Semua bergantian hadir dihadapanku,

Terimakasih semesta…

Mahameru, 1 Januari 2013


(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Tanjakan Cinta, Cinta itu Tiada Akhir Deritanya


Cerita sebelumnya bisa dibaca, Disini :)


Mentari mulai memancarkan sinarnya,
Membelah kabut yang menghantui diri semalaman,
Mencairkan kristal-kristal es yang mengembun di dedaunan,
Gemercik banyu bening mengalun di telinga,
Merayu siapapun untuk mendekat kepadanya,
Menyentuh dinginnya,
Membasuh segarnya,
Memeluk lembutnya,
Membaui aroma tanah basah,
Mendamaikan hati-hati yang resah….

Ranu Kumbolo, 31 Desember 2012

Selesai keliling Ranu Kumbolo, aku keliling area tenda hitung-hitung pemanasan sebelum naik ke Tanjakan Cinta. Kelihatannya memang unik seperti bentuk Love. Namun tingginyaaaa, bikin ngeper duluan! Kemudian kembali ke tenda dan menemukan Mbak Jun yang telah terbangun dari tidur panjangnya. Hehe, dia yang tidur paling pertama soalnya. Kemudian pipis gantian sama dia didekat pohon pinus *blush* Ranu Kumbolo ramai sekali kala itu. Sepertinya sebagian besar dari mereka akan merayakan tahun baru disana. Jadi agak sulit mencari lokasi untuk pipis disini. Terlalu banyak orang -_-

Hampir semua team sudah bangun dan selesai sarapan kecuali team kami. Memang pemalas semua -_- Oh iya, dalam Memorable Trekking Semeru 2013 ini terbagi empat team, yaitu Team Ayek-ayek, Oro-oro Ombo, Ranu Kumbolo dan Arcopodo. Semua nama tim diambil dari tempat-tempat di semeru. Dan team kami, Oro-oro Ombo selalu kebagian jalan terakhir :-|

Menu makanan yang Arya buat hari ini adalaaaaah, taraaaa *bukatudungsaji* Macaroni Bolognese diatasnya ditaburi keju. Nyam. Terus Nganga bikin sarden sama nasi setengah mateng :-| Aku kebagian cuci piring bareng Kibo *kedipkedip*

Ah iya, Kibo sempet kesemsem sama turis asal Inggris. Namanya Jessica. Tendanya deket Nganga. Tapi Kibo payah, gak berani ngajak kenalan :-p

Kami start ke Kalimati pukul sepuluh. Eh sebelas.. Eh apa sepuluh ya? Gatau lupa *jitak*
Ya pokoknya jam-jam segitulah. Ranu Kumbolo turun kabut. Gerimis kecil dan harus melewati Tanjakan Cinta yang katanya romantis itu dalam keadaan licin. What The?!! Itu bukan Tanjakan Cinta, tapi tanjakan penderitaan!! Tapi kalau kata Donny, itu benar Tanjakan Cinta, Cinta itu tiada akhir deritanya :’(

Daaaaan, siapa yang percaya mitos tanjakan cinta?
Barang siapa yang melewati tanjakan cinta sambil memikirkan seseorang yang penting dalam hidupnya, kemudian enggak nengok sama sekali ke belakang, maka cintanya akan awet selamanya :’)
Lalu, siapa yang ku pikirkan selama melintasi Tanjakan Cinta?

Bagaimana kabarmu disana?
Aku melintasi tanjakan cinta ini, sendirian
Tanpa genggaman, tanpa pegangan
Berbekal kepercayaan dan sebuah tongkat pinjaman
Mungkinkah suatu saat nanti, di kehidupan nyata
Aku menjalani kisah cinta kita sendirian?
Tanpa genggamanmu, tanpa kepercayaanmu?
Entahlah,
Demi kabut yang menggelap di Ranu Kumbolo,
Demi tanjakan cinta yang licin dan penuh derita,
Demi pinus yang meneduhkan mata,
Demi nafas yang mulai terengah-engah,
Demi badan dan kaki yang mulai payah,
Aku merindukanmu...

Agita Violy,
Di Penghujung 2012,
Tanjakan Cinta.

“Agitaaaaa…” Teriak Om Dedy, panitia Memorable Trekking dari bawah. Namun aku tak juga menyahut.

“Nengok juga gak papa kali Agiiiiiiiiiiit” Aku cekikikan. Sambil masih berpuisi. Sesampainya diatas, barulah kuberanikan diri untuk menengok kebelakang. Aku mengamati Ranu Kumbolo yang ramai dan semakin gelap. Dan setelahnya padang rumput oro-oro ombo. Terimakasih semesta, manis sekali jamuannya :-)


Melintasi Oro-oro Ombo, kemudian Cemoro Kandang. Hujan semakin deras, jalan semakin menanjak. Sepatu basah dan carrier terasa semakin berat. Perut semakin lapar dan istirahat semakin sering. Aku tak tahu harus bagaimana lagi :’(

Arya dan Nganga berada di posisi paling belakang. Begitu pula Budi dan Bang Hengki yang pendiam, carriernya terlihat berat sekali. Sementara Mbak Jun sudah berjalan paling depan, beliau benar-benar kancil. Dan aku, kerjaku hanya minum dan makan apapun yang kubawa :-D

Ah, iya! Aku sempat bertemu tiga orang asal Bekasi yang ngguyon di Kereta bareng Bapak AL!! Mereka habis muncak dan baru turun, sementara aku baru naik. Dan salah satu diantara mereka muncak pake’ sendal Crocs. Subhanallah :-O

“Ayo mbak Bekasi, semangat, Kalimati sebentar lagi. Kita pulang duluan ya..” Pamit mereka setelah berbincang sebentar. Ah, lucu kalau mengingatnya.

Setibanya di Kalimati, kami semua kedinginan. Sepatu kami basah setelah menerjang aliran air sepanjang perjalanan. Kibo bahkan tak bergerak selama satu jam. Tapi tetap saja ngoceh tak henti-henti melihat Jessica yang tendanya dekat lagi. Dan kalimat andalannya adalah, “Kalo jodoh emang gak kemana. Jessica..”

Setelah tenda didirikan, Bang Ucup ambil air di Sumbermani. Sepatu segera kubersihkan dan ku-sumpel Koran kemudian dibungkus dengan plastik agar terlindung dari hujan. Aku dan mbak Jun berganti pakaian lalu tidur. Padahal hari masih sore, tapi lebih baik tidur untuk memulihkan badan yang kelelahan agar bisa mengejar Summit esok hari.

Pukul sepuluh malam akhirnya aku terbangun. Disinilah sebuah keraguan tiba-tiba datang. Caesa dan Nganga memutuskan untuk tidak summit. Pakaian dan sepatu mereka basah. Kemudian Arya yang kelelahan, Budi yang kancutnya kebasahan dan Kibo yang bisanya hanya ikut-ikutan juga tidak summit. Aku labil sekali, belum bersiap-siap sementara Mbak Jun telah selesai dengan alat tempurnya. Dalam keadaan yang membingungkan serta dingin yang luar biasa, aku keluar tenda dan memberanikan diri menyentuh tanah tanpa alas kaki. Dan semangatku mulai timbul ketika melihat Bang Yasin mengingatkanku untuk membawa jersey Chelsea sampai puncak Mahameru.

“Git, jangan lupa ya jerseynya dibawa.” Ujarnya kala itu.

“Abang, Agit bingung ni mau summit atau enggak.” Jawabku ragu.

“Yaudah kalau nggak sanggup mah jangan dipaksain.” Ujar beliau lagi.

Iya, sebelumnya aku dan Bang Yasin telah bekerjasama untuk membuat jersey bernomor punggung Maha 20 dan Meru 13 agar tercipta Mahameru 2013. Jersey itu akan dipakai dipuncak Mahameru dan menjadi bukti bahwa jersey Chelsea telah sampai di titik tertinggi pulau Jawa pada awal tahun 2013. Aku takmau semua menjadi sia-sia!! Mau nangis ih :’(

Kemudian kucoba berjalan nyeker ke tenda Bang Hengki. Kabar burung mengatakan bahwa Bang Ucup tak akan summit karena kelelahan. Namun siapa sangka? Seluruh penghuni di tenda Bang Hengki yang berisi ia sendiri, Donny dan Bang Ucup telah siap dengan alat tempurnya.

“Kalian semua summit?” tanyaku dengan wajah terkejut.

“Iya. Lu kok gak siap-siap?” Tanya Donny.

“Gue bingung summit apa enggak. Arya, Nganga, Caesa, Budi sama Kibo nggak summit.” Jelasku.

“Udah ayo berangkat.” Kata Bang Ucup. Aku kembali ke tenda dan segera bersiap-siap. Caesa bingung melihatku yang mendadak semangat untuk summit.

“Lu summit Git? Gue pengen..” ujar Caesa.

“Ayo sa, Bang Ucup ikut. Gue enak jalan sama dia pelan-pelan aja.”

“Gue nggak ada baju lagi ta..”

“Ini gue ada baju satu lagi sa.. Apa sama baju bola gue mau?” Aku menyerahkan baju-bajuku yang masih kering.

“Nganga, gue boleh summit gak?” Tanya Caesa kepada Nganga. Meminta izin. Namun Nganga menggeleng dan segera menyiapkan makan untuk kami yang mau summit.

“Agit cepetan packingnya! Ini rombongan lain udah mau jalan!!” Teriak Nganga dari luar.

“Iya bentar dulu Nga, gue tinggal pake sepatu!” Ah kesal sekali waktu itu diburu-buru, terlebih lagi aku sedang bocor parah.

Akhirnya Nganga menghampiriku dan menyuapi dua sendok indomie goreng yang agak berkuah. Begitu pula yang lainnya. Kemudian Aku, Mbak Jun, Bang Ucup, Donny dan Bang Hengky berpamitan kepada Nganga dan Caesa. Terlihat mata Nganga berkaca-kaca kala itu. Kami saling berpelukan melepas kepergian dan memberi semangat satu sama lain. Sementara Arya, Budi dan Kibo masih terlelap di tendanya.

“Air gimana? Gak dibagi-bagi aja?” Tanyaku.

“Air di daypack gue, tenang. Ini cewe-cewe gue yang jagain..” Jawab Bang Ucup meyakinkanku.

Peserta Memorable Trekking Semeru 2013 saling membentuk lingkaran dan mulai berdoa. Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Dan seketika kembang api meluncur dari arah Ranu Kumbolo. Ah, siapa pula yang menyalakannya? Memang indah dan menyenangkan, tapi, apa mereka tak tahu bahwa kelakuannya bisa membuat burung-burung, rusa dan hewan-hewan dihutan ketakutan?  Biarlah.. Selamat Tahun Baru 2013 :-)


(Bersambung ke cerita selanjutnya, bisa Klik Disini)

Ranu Pani - Ranu Kumbolo : Diguyur Hujan


Cerita Sebelumnya bisa dibaca, Disini :)

Minggu, 30 Desember 2012

Kok lupa ya?
Sebentar..

Waktu itu kami diharuskan bangun pagi, kemudian packing ulang dan memisahkan barang-barang yang tak terpakai untuk ditinggal di Tumpang. Saling berebut kamar mandi untuk membersihkan badan terakhir kalinya. Namun tiba-tiba Bang Ucup datang dengan handuk yang melingkar di lehernya.

“Pada mandi di pasar aja gih. Enak sepi.” Ujar Bang Ucup.

“Hah? Di Pasar deket Terminal?” Tanya yang lainnya.

“Iya. Tadi gue mandi disitu.” Beberapa orang mulai terpengaruh, namun aku tetap menunggu. Agak ragu sebenarnya, lagi pula malas mengeluarkan sandal dari dalam tas. Aku tetap mengandalakan sandal swallow milik Donny.

Cukup lama kami leyeh-leyeh di Balai Desa Tumpang. Dari makan pagi, jalan-jalan ke pasar, fotokopi berkas-berkas yang dibutuhkan, makan siang pake fun chicken dan melakukan hal-hal gila.

Oro-oro Ombo memang team gila. Gak ngerti ide ini tercetus dari mana, tiba-tiba Caesa membuat sebuah titik hitam yang agak besar di bagian kiri dagu tiap anggota dengan menggunakan spidol. Alhasil team kami disebut team Tompel :-D Kemudian jajan eskrim dan gak bagi-bagi sehingga membuat team lainnya mupeng. Jahat kan :-|


Dua team telah berangkat terlebih dahulu menuju Ranu Pani dengan menggunakan Jeep, sementara team kami tertinggal lama dan akhirnya memutuskan untuk menaiki truk sapi. Ajaib.

Kami tiba di Ranu Pani sekitar pukul dua siang, kemudian simaksi dan mencicipi bakso malang ditemani hujan. Lagi-lagi semangkuk dengan Caesa. Hehehe. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo dimulai pukul empat sore. Berbekal Raincoat, ponco dan payung kami menerjang hujan yang semakin deras. Seharusnya waktu yang dibutuhkan untuk menuju Ranu Kumbolo dari Ranu Pani hanyalah empat jam, namun cuaca dan keadaan alam yang tidak mendukung, termasuk beberapa kali melewati longsor dan pohon tumbang. Saat itulah kesolidan tim kami diuji. Arya yang keram akibat Carrier-ku yang berat, jalanan yang licin sehingga mengharuskanku merangkak, Bang Ucup dan Donny yang bergantian menarik dan mendorongku. Aku tak henti-hentinya mengoceh ‘di sebelah kiri jurang’, ‘awas batu’. ‘ada akar’, ‘licin parah’sampai-sampai disebut penyiar RRI oleh Uchil, Guide team Oro-oro Ombo. Kemudian tibalah kami di Ranu Kumbolo pukul dua belas malam. Dingin sekali :’(

Ketika beristirahat di Pos 2, sempat bertemu rombongan pendaki asal Cirebon. Aku menawarkan Rainbow Cake asal Bontang kepada mereka. Bukan, bukan rainbow cake seperti yang di kota-kota, namun dodol Kalimantan yang bungkusnya kertas wajik warna-warni -_- Itu oleh-oleh dari Bang Yasin, Member CISC dari Bontang yang turut serta dalam acara ini. 

Senin, 31 Desember 2012

Tak banyak yang kami lakukan setibanya di Ranu Kumbolo. Hanya membuat minuman hangat, beres-beres, berganti pakaian dan tidur didalam tenda masing-masing. Hujan masih turun menerjang tenda kami. Namun aku tak dapat tidur sampai jam tiga pagi. Aku memutuskan keluar tenda dan memainkan kompor.

“Ngapain lu, Git?” Tanya Kibo muncul dari balik tendanya.

“Mau masak air. Tapi ngeri nih kompornya.” Jawabku polos.

“Gue mau masak mie ah.” Ujarnya seraya mengaduk-aduk plastik besar yang berisi logistik.

“Masakin gue air dulu kibooo..” Kataku.

“Buat apaan sih?” Tanyanya kemudian.

“Buat di sleeping bag. Biar tidurnya anget.” Ia menatapku bingung namun tetap merebuskan air untukku. Aku nyengir.

Selesai berbincang-bincang sambil menunggu Kibo selesai melahap mie rebusnya, kami akhirnya kembali kedalam tenda masing-masing. Tidurku pulas memeluk termos berisi air panas. Kemudian terbangun pukul setengah enam pagi karena kebelet pipis.


(Bersambung ke cerita selanjutnya, Bisa Klik Disini)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...