Skip to main content

E-Book: Satu Asa untuk Indonesia

E-Book Satu Asa Untuk Indonesia


Saya tahu kok, kalau saya sudah dua kali absen menulis di blog ini. Ternyata, berkomitmen pada diri sendiri itu sangat sulit, ya? Untuk itu, teman-teman yang penasaran apa yang saya lakukan hingga absen dua kali akan saya berikan bonus. Mau tahu apa bonusnya? Sebentar...

Masih di Bulan Mei, masih dalam suasana Hari Pendidikan, saya dan teman-teman Komunitas Filantropi Pendidikan dari Dompet Dhuafa ini baru saja 'menelurkan' sebuah buku kompilasi inspirasi tentang para pengajar di Sekolah Guru Indonesia dan para relawan yang beberapa waktu lalu berkesempatan menyambangi dan menebar semangat ke pelosok negeri.


Tim diberangkatkan menuju Pandeglang (Banten), Rote Ndao (Nusa Tenggara Timur), dan Sebatik (Kalimantan Utara) untuk menyampaikan buku-buku dari para donatur. Buku yang kami harapkan dapat terus menjaga semangat anak-anak di sana agar tetap menyala. Selain memberikan buku, tim juga melakukan beberapa kegiatan edukatif. Sebuah kesempatan langka yang memberi kesan mendalam. Usai berkegiatan, kami diberi tugas untuk menuliskannya dalam sebuah cerita dengan format yang berbeda; ada yang membuat reportase, profil tokoh, catatan perjalanan, cerita pendek, surat cinta, bahkan puisi. Benar-benar kompilasi yang tidak membosankan untuk dibaca berulang kali.

Di buku ini, saya menuliskan cerita pendek tentang seorang murid SD bernama Sukari. Sebagai pengamat yang baik, saya diam-diam memperhatikan gelagat Sukari sejak kali pertama kami berjumpa. Dimulai dari upacara pagi, bermain di kelas, hingga makan siang bersama. Sampai hari terakhir pun Sukari sempat-sempatnya memberikan saya sepucuk surat yang sederhana; mengucapkan terimakasih karena telah berbagi. Saya semakin sadar bahwa tidak ada berbagi yang sia-sia. Karena berbagi, tidak akan pernah rugi.

Dan untuk itulah buku kompilasi ini kami buat, yaitu untuk berbagi kepada teman-teman yang mungkin pernah memiliki kesempatan yang sama. Terutama kepada teman-teman yang memang hobi jalan-jalan ke berbagai daerah. Pesan saya; sekali dalam seumur hidup, rasakanlah yang namaya mengajar anak-anak di pelosok negeri.

Terakhir, sebagai Editor kedua di buku ini, saya memohon maaf apabila masih banyak typo dan perbedaan makna. Ya, namanya juga manusia. Khilaf mungkin. Atau memang partner editor saya si Mas Adhi yang matanya rada siwer karena lupa pakai kacamata. Hehehe :p

Nah, untuk link downloadnya bisa di-klik di sini ~> bit.ly/SatuAsaUntukIndonesia

Para Kontributor



*PS: Iya, iya. Saya bikin buku keroyokan lagi. Buku sendirinya masih pending entah sampai kapan. Maaf kalau saya PHP :(

**Cerita lainnya tentang Satu Asa untuk Indonesia bisa dibaca di sini:

Comments

  1. Bukunya sangat inspiratif kak. Yang paling saya suka adalah Hanif yang berasal dari Banyuasih, Banten. Apalagi saat ia bertanya "katanya Indonesia itu kaya, kaya itu seperti apa sih kak? Apakah mereka juga seperti kami?"

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyah. rasanya 'nyessss' banget kalau berhadapan dengan mereka secara langsung. sampai ketika ditanya cita2 saja tak ada yang berani menjawab :')

      Delete
  2. Baca ah ... padahal daku menunggu buku kak agit secara utuh ;-)

    ReplyDelete
  3. Keren - keren, mau coba download ya :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.