Showing posts with label Review. Show all posts
Showing posts with label Review. Show all posts

Saturday 15 March 2014

[BUKU] Rumah adalah di Mana Pun


Sudah tau buku Rumah adalah di Manapun? Belum? Mari saya beri tahu apa saja yang ada di dalamnya!

Rumah adalah di Mana Pun merupakan buku yang paling saya tunggu kehadirannya. Karena apa? Karena saya termasuk salah satu dari sembilan belas orang penulisnya! Oyaaa? Finallyyy! Agit bikin bukuuu! *tumpengan*

19 Orang? Siapa aja? Mereka adalah Sari Musdar (Penulis Cinderella in Paris), Ken Ariestyani (Penulis Mahameru Bersamamu), Silvani Habibah (Penulis Love Journey), Indri Juwono (Finalist Travel Blog Skyscanner), juga blogger-blogger ketje kayak Rembulan Soetrisno, Chlara Shinta, Dite Rosita, Lucia Widi, Gading Rinjani, Ester Aprillia, Citra Novitasari, Mehdia Nailufar, Diansari Korompot, Christine Natalia, Intan Deviana, Imie Imita, Qisty Aulia dan Keyko Cecilia! Eh kok cuma 18? Siapa yang belum kesebut? SIAPA? Oh, ternyata saya sendiri, Agita Violy [--,]>

Huaaahh, banyak yaaa? Dari sekian banyak orang itu, ada yang kamu kenal, nggak? Karena tak kenal maka tak sayang, maka silakan berkunjung ke http://langkahdewi.wordpress.com atau twitternya @LangkahDewi untuk mengintip 19 dewi-dewi ini mandi berjalan dan bercerita tentang cinta. Atau klik saja namanya diatas, langsung saya link ke twitter penulisnya deh ;)

Buku ini bercerita tentang bagaimana pejalan perempuan menguasai keresahan hatinya saat traveling. Ada yang mencari pelarian karena patah hati, gelisah karena menahan rindu, mengingat kasih sayang ibu, hingga jatuh cinta pada tempat yang baru saja mereka kunjungi. Jika ditarik benang merahnya, teteup ya, perjalanan ini adalah cara mereka memaknai arti cinta. *bold* *underline* *italic*

Sembilanbelas cerita di buku ini dikemas secara cantik (karena dikemas secara apik atau bagus sudah terlalu mainstream) oleh sang Editor, Mas Adinto Fajar. Dari Sabang hingga Raja Ampat tercatat rapi di dalamnya. Mulai dari bangunan bersejarah, kota, gunung, pantai, laut, hingga desa adat terasa menyatu bagai Bhinneka Tunggal Ika. Buku ini memang bukan dibuat sebagai panduan perjalanan, namun rasanya cukup lengkap sebagai pegangan jalan-jalan keliling Indonesia.

"Seringkali ketika baca naskah-naskah travel yang sampai ke meja, saya merasa sayang. Destinasinya sih keren, tapi gregetnya nol!" Sedikit curhat Mas Adint di status twitternya (@adintof), nah mungkin itu penyebab naskah saya ditolak terus, ya? Kurang nggreget :( *oke, abaikan* 

"Sembilanbelas cerita dalam buku Rumah adalah di Mana Pun ini sungguh-sungguh dialami oleh masing-masing penulis, dan dikemas dengan alur yang menarik." Lanjut Mas Adint di status Twitternya. Penasaran, kan? Kan? Kaaannn???

Tak hanya cinta, mereka  juga memaknai setiap tempat yang mereka kunjungi bukan hanya sebagai pelarian (atas dasar patah hati atau suntuk karena pekerjaan), pencarian jati diri, persahabatan, tapi juga sebagai 'rumah'. Rumah adalah di mana pun, right? Kalau rumahnya ada dimanapun berarti tajir banget, dong, Git? Bukan ituuu! Maksudnya, Rumah bisa jadi di mana pun, selama kamu menemukan rasa nyaman, rindu, dan merasa 'pulang'.

Let me go home
I'm just too far
From where you are
I wanna come home 

- Michael Buble, Home.

Deu, jadi sendu gini. Mengingat di setiap perjalanan setahun terakhir, saya selalu nyanyi lagu ini dan kangen kamu, kangen pulang. Di buku ini juga saya menemukan quote-quote yang bikin cekikikan atau malah sebaliknya, jantung rasanya kayak ditujes-tujes (bahasamu, Git). Iya, seriusan! Coba deh baca pelan-pelan; 
  1. Mandalawangi : Mataku terasa panas ketika tiba di Mandalawangi. Seluruh badanku bagai mendapat relaksasi dari apa yang aku rasakan. Haru. Kabut tipis seolah memberi nuansa damai kepada bunga-bunga abadi.
  2. Tomini : Ini adalah terbang dikelilingi jutaan mahluk laut yang indah tiada banding. Dunia yang hening. Hanya ada letup dadaku yang begitu ingin berteriak keras tapi juga tidak ingin berkata-kata di saat yang sama. Surga apa ini?
  3. Wae Rebo : Setiap detik di sini adalah kekaguman, ketentraman, keindahan, keakraban, dan kehangatan. Saya sudah terpikat pada Wae Rebo.
  4. Bromo : Di sepanjang malam, saya merasakan cinta yang amat dalam pada Bromo. Tanpa terasa, saya meraba-raba hati saya, dan menemukan luka di sana yang sepertinya mulai pulih.
  5. Ijen : Di kawah Ijen, aku merasa tertampar. Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Adakalanya Tuhan dengan selera humornya memasukkan kejutan-kejutan kecil agar kita berinterasksi dengan manusia di sekitar.
  6. Derawan : Saking jernihnya air laut di pulau ini, sampai-sampai membuat boat kita seakan mengambang di atas permukaan airnya.Wow!
  7. Ranu Kumbolo : Aku menggerutu dan berjanji dalam hati, besok kalau naik gunung lagi, aku akan seperti cewek-cewek yang lain. Membawa perlengkapan cewek.
  8. Minangkabau : Aku ingin terus melestarikan lokalitas bangunan ini, mempopulerkannya sehingga menjadi kebanggaan dan tidak tergerus modernitas zaman.
  9. Belitung : Bila suatu saat saya menjejak kembali di Belitung, saya ingin itu dilakukan bersamanya. Agar ketika berlari, suara derap langkah kita seperti sedang bercerita. Agar ketika matahari sedang tinggi, bayangan kita saling menimpa. Agar sepi dapat rehat dari kewajiban melayani kita.
  10. Larantuka : Doa itu diikuti oleh seluruh peziarah termasuk saya, bahkan air laut serta hutan dari pulau seberang seolah ikut memantulkan lantunan doa, ikut serta merambatkan doa sampai ke langit.
  11. Toraja : Saya pun berlari ke tengah jalan, berdiri di antara rumah-rumah tongkonan dan lumbung padi, dengan seulas senyuman di bibir. 
  12. Sabang : Saya sudah jatuh cinta dengan pulau ini sejak pagi pertama sampai di pelabuhan Balohan. Atmosfer santai benar-benar terasa. 
  13. Lombok : Ini bukan hanya tentang songket dan tenun ikat khas Lombok serta rumah adat di dusun Sade, tapi ini adalah cerita tentang relasi yang indah. 
  14. Baluran : Tiba-tiba saya merasakan suhu hangat menghinggapi tangan kanan saya. Dia menyelipkan jemarinya, menggenggam tangan saya erat. 
  15. Bali :  Jimbaran tempat yang romantis. Meja makan dikasih lilin, beralaskan pasir pantai dan beratapkan langit.
  16. Raja Ampat : Beberapa tahun terakhir ini, kita sering mendengar pertikaian, perang antar suku maupun demo-demo di Papua. Tapi semua ketakutan serasa hilang, saat gunung yang gagah berdiri, indahnya Danau Sentani, dan senyum merekah dari anak-anak Papua menyapa saya.
  17. Mahameru : "Papa, Mama, aku sholat di puncak Mahameru..." Air mataku turun tak henti menikmati angin yang terasa seperti mengusirku, kini terasa lembut menyapa wajahku.
  18. Gua Jepang : Ternyata aku salah. Kupikir situs sejarah membosankan. Ternyata membuka mata hati kita, tanpa perjuangan mereka tak akan hidup nyaman seperti saat ini.
  19. Pulau Dewata : Hmmm.. Pulau Dewata? Pulau dewa-dewi bertahta? Mungkin.. Yang jelas, di sini surganya turis berwisata. Say yeah to the Bali Trip (again)! Yippiiie!

FYUUHH!!
Puas rasanya membaca tulisan blogger-blogger ketje ini dalam sebuah buku. Padahal dulu biasanya saya cuma mantau blog mereka aja dan mupeng sama tempat-tempat yang mereka ceritakan, tapi sekarang malah satu project, nongkrong bareng, galau bareng, curhat bareng, menye-menye bareng :(




Terimakasih banyak untuk akun @BackpackerStore yang telah menyaring blogger-blogger cantik ini. Juga @grasindo_id yang telah menerbitkannya. Dan kamu? Tunggu apalagi? Buruan ke Gramedia! Bawa duit 60ribu aja, nanti kembali seribu buat parkiran atau angkot pulang :)

Mari masing-masing dari kita bersikap layaknya rumah. Yang memberikan rasa nyaman dan hangat, yang menjadikan tempat berteduh kala dingin, yang mengacak-acak rindu seseorang ketika sedang menuju jauh. Karena Rumah, adalah di Mana Pun.


Salam Pisang,


Agita Violy  

Wednesday 5 March 2014

Domain Baru; "Menuju Jauh"


Finally!!!
Yeaaaaaaaaah!!

Rasanya saya ingin teriak-teriak ketika akhirnya domain menujujauh.com berhasil saya dapatkan. Bukan karena apa-apa, sih. Menuju Jauh ini udah kayak anak sendiri. Hihihi. Iya, masih ingat kan cerita sebelum saya berangkat ke Rinjani? Si Nauvel kasih hadiah buku kumpulan perjalanan yang saya posting di blog. Judulnya Menuju Jauh. Cerita lengkapnya ada di sini >> Bali - Lombok yang Bikin Nombok.

Kenapa Menuju Jauh?

"Menuju ‘jauh’ memberi kesempatan kepada sepi untuk menjadi ruang sempit dimana ‘diri’ bisa memberi koma, spasi, titik atau penanda apa saja. Seperti ditulis pada sebuah buku, bahwa menuju ‘jauh’ adalah kita bisa melihat hal baru yang ada di luar sekaligus yang ada didalam. Seperti pendaki melihat puncak untuk pertama kalinya." - Nauvael.

Dan website ini pun Nauvel yang gembor-gemborin. Karena bagaimanapun segala sesuatunya harus di-hak patenkan demi meminimalisir plagiarisme, right? Jangan sampai kayak si Acentris, yang punya jalanpendaki.com. Bertahun-tahun dia bangun web itu sendirian dan promosiin logo Jalan Pendaki. Eh, giliran udah tenar, tiba-tiba ada orang yang nggak bertanggungjawab bikin akun twitter @jalanpendaki. Kebayang nggak sih nyeseknya? Jabang bayi yang kamu lahirin, kamu urusin sampai besar tiba-tiba diculik orang :"(

Saya akhirnya membuat website ini juga twitternya. Saya harap kedepannya tulisan-tulisan di blog ini akan semakin berbobot dan informatif, ya. Traffic Blog juga terus meningkat. Lalu saya semakin terkenal. Wuahahahaha :D Ah iya, saya akan tetap bercerita tentang perjalanan dan kegalauan saya dengan orang-orang baru.

Terimakasih juga untuk Fachri yang mengurus segala kepindahan dari agitavioly.blogspot.com menjadi www.menujujauh.com. Tugas kamu belum berakhir di sini loh Ri, masih ada design web yang menanti untuk diganti! :)

Dan kamu!
Pembaca setia yang paling dicinta... Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca. Blog ini lahir Januari 2009 dan punya nama mulai Maret 2014. Nggak kerasa udah lima tahun :")
Kamu sering-sering kirim komen, ya! Kirim paket bunga atau kirim makanan juga boleh :)



Salam Kenal ya :)

Saturday 8 June 2013

REVIEW FILM : Laura dan Marsha


Film ini bercerita tentang sebuah perjalanan sepasang sahabat di luar negeri. Dengan tokoh utamanya Laura, (Prisia Nasution) yang merupakan seorang travel agent dan Marsha (Adinia Wirasti) yang berprofesi sebagai penulis buku traveling. Keduanya bersahabat sejak SMA dan sama-sama memimpikan sebuah perjalanan ke Eropa. Namun, semenjak Laura menjadi seorang single parent, ia telah melupakan mimpinya berkeliling Eropa bersama Marsha. Ia bahkan tak pernah berpikir untuk bepergian keluar Jakarta karena tak rela meninggalkan anak semata wayangnya, Luna (Amanina Afiqah Ibrahim).




"Mimpi gue masih bisa gue tunda, sampai Luna udah gede.. sampai Luna udah bisa ditinggal" - Laura


Berbeda dengan Marsha, ia tak pernah lupa akan mimpi mereka kala SMA. Berkali-kali Marsha membujuk Laura agar mewujudkan keinginannya keliling Eropa, semata-mata untuk mengenang kepergian mendiang ibunya. Laura tak pernah mengiyakan, sampai akhirnya Laura terkena musibah kecelakaan dan mengharuskannya menginap berhari-hari di Rumah Sakit. Laura koma.


"Hidup tuh singkat banget, La. Kematian bisa dateng kapan aja dan gue gak mau mati sebelum ngewujudin impian gue." - Marsha


Ungkapan inilah yang membuat Laura akhirnya mengiyakan perjalanan ke Eropa meskipun tak sepenuh hati diinginkannya. Dan Luna akhirnya dititipkan selama dua minggu kepada Ibunda Laura.

Perjalanan dimulai dari Amsterdam (Belanda). Laura yang memiliki sifat lebih strict dan segala sesuatunya harus teratur ini memulai perjalannya dengan sebuah koper super besar. Sementara Marsha yang berkarakter santai hanya membawa sebuah carrier dengan muatan tak lebih dari empat puluh liter.


 


 


Perselisihan kecil mulai bermuculan. Peraturan demi peraturan dibuat Laura agar perjalanan mereka sesuai schedule. Dan Marsha yang senang berulah spontan ini mau tak mau harus mengiyakan. Konflik dimulai ketika dengan santainya Marsha mengajak seorang penumpang asing bernama Finn. Marsha yakin bahwa Finn dapat mengantar mereka ke destinasi selanjutnya yaitu Munchen (Jerman). Namun siapa sangka, Finn malah membawa mereka ke Bruhl dan melenceng jauh dari Munchen. Laura marah besar dan akhirnya mengusir Finn.

Kisah liburan mereka semakin rumit ketika mereka tersesat hingga dirampok. Marsha tak bisa berbuat apa-apa selain memilih menjalani perjalanannya tanpa beban. Tiap kali Laura menghadapi kesulitan, Marsha tanpa banyak syarat selalu membantu mereka menemukan jalan keluar.


 


"Santai aja, La.. Alam semesta akhirnya akan memberikan apapun yang kita butuhkan tepat pada waktunya." - Marsha


Dengan tiba-tiba Laura meminta Marsha agar mampir ke Verona sebentar, sementara tujuan mereka selanjutnya adalah Venice. Persahabatan dari SMA ternyata tidak menjamin keduanya sama-sama terbuka satu sama lain. Ada maksud yang tak diketahui Marsha, Laura sebenarnya memiliki alasan dan tujuan khusus hingga akhirnya ia setuju ke Eropa.

Hal ini membuat mereka berada di satu titik pertengkaran yang hebat sehingga membuat mereka terpisah berhari-hari. Kejadian demi kejadian menjadi sebuah pelajaran berharga bagi mereka. Dari tiap negara yang mereka datangi membawa cerita dan kejutan tersendiri. Yang pada akhirnya, tanpa mereka sadari itulah yang mereka cari. Pencarian makna cinta, makna hidup, makna persahabatan dan makna perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan Laura dan Marsha, Dua Cerita Satu Perjalanan.



Seperti apakah kisah perjalanan Laura dan Marsha di Eropa?
Saksikan Film-nya di Bioskop terdekat mulai 30 Mei 2013




Laura And Marsha


Muvila.com 





PROFIL


Prisia Nasution

Wanita yang biasa dipanggil Pia ini berperan sebagai Laura, seorang travel agent yang serba sistematis dan teratur. Padahal aslinya, Pia memiliki sifat yang cuek dan simpel layaknya Marsha dalam film. Namun kualitas akting peraih Piala Citra 2011 sebagai Pemeran Wanita Terbaik ini tak perlu diragukan lagi. Pia selalu bermain total dalam setiap film yang dimainkannya, termasuk Sang Penari dan Rectoverso.


Adinia Wirasti

Asti berperan sebagai Marsha yang serba cuek dan santai. Sama seperti Pia, ia juga ditantang untuk berakting sebagai seseorang yang sifatnya bertolak belakang dengan dirinya. Asti memiliki sifat yang teratur dan sistematis, layaknya Laura dalam film. Kepiawannya di dunia seni peran telah dibuktikan dengan menggondol Penghargaan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik FFI 2005 (Tentang Dia), Pasangan Terbaik IMA 2012 (Jakarta Maghrib) dan Aktris Pemeran Pembantu Terpilih Piala Maya 2012 (Arisan! 2).


Leni Lolang

Leni Lolang telah 18 tahun menjadi produser. Leni sukses dalam mendirikan dan memimpin Inno Maleo dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Film Laura dan Marsha merupakan film ke-3 yang ia produksi setelah Jagad X-Code dan Ai Lap Yu Pul house in Indonesia.


Dinna Jasanti

Ketika ditemui dalam acara Nonton Bareng Blogger yang diadakan oleh Viva.co.id , kesan pertama yang saya tangkap untuk mbak Dinna yaitu sosok sutradara yang supel, humoris dan ramah. Beberapa pertanyaan dari penonton ia jawab dengan santai namun berisi. Film Laura dan Marsha ini merupakan debut pertama mbak Dinna sebagai seorang sutradara. Dengan setting Road Movie yang menghabiskan waktu selama 20 hari di Eropa ini memberi pengalaman berharga untuknya. Dari tersasar sampai kehabisan bekal makanan telah dialaminya selama shooting di Amsterdam, Bruhl, Innsbruck, Verona dan Venice.


Titien Wattimena

Mbak Titien selaku scriptwriter membuat saya antusias dalam menonton film ini. Naskah yang sangat bagus serta alur ceritanya begitu menarik untuk ditonton sampai habis. Emosi penonton terlihat jelas ketika menyaksikan film ini. Ending Film Laura dan Marsha memang terkesan mudah ditebak. Namun siapa sangka jika konflik dan klimaksnya se-menggugah itu?!



SEUCAP

Arti persahabatan sesungguhnya baru akan kita temui saat berada dalam sebuah perjalanan. Susah senang bersama hingga emosi yang meledak ketika seorang sahabat terlihat karakter aslinya. Sudah tak ada yang dapat kita tutupi ketika perjalanan dengan sahabat telah mencapai konfliknya. Namun itulah esensi perjalanan, saling terbuka.

Saat sedang melakukan perjalanan seorang diri tanpa sahabat yang biasanya mendampingi, kita akan merindukan hal itu. Merindukan betapa perjalanan ini tak seindah bersamanya. Namun sesendiri apapun, pada akhirnya kita tak pernah sendirian dalam sebuah perjalanan---bayu.

Begitu pula dalam film ini, ketika Laura dan Marsha berpisah, mereka tak pernah benar-benar sendirian. Keduanya saling mencari kabar satu sama lain. Film ini mengajarkan banyak sekali hal tentang kehidupan, quotes menarik pun bertebaran di sepanjang jalan cerita. Setting lokasi dan pemilihan tempat-tempat di Eropa yang begitu indah membuat mata tak lelah memelototi setiap adegannya. Best Recommended FILM!!





*) Foto-foto : www.lauramarsha.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...