Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Let Me Go Home (end)

Ceita Sebelumnya >>> Klik disini :) Aku tiba di pelabuhan Ketapang pukul sebelas malam. Segera ku telefon saudaraku di Banyuwangi. Setelah satu jam menunggu, tak ada satupun yang bisa menjemput. Akhirnya ku putuskan untuk segera ke rumahnya dengan menggunakan bus. Aku turun di Benculuk. Dari sana aku tak tau harus kemana lagi. Ku putuskan untuk menunggu di Alfamart yang kebetulan buka 24 jam. Jarum jam telah menunjukkan angka satu. Situasi jalan sudah sepi dan menyeramkan. Disana hanya ada supir truk dan preman pasar yang memandangiku aneh karena mondar-mandir dengan carrier di punggung. Sejenak aku merasa beruntung memiliki wajah gosong seperti ini karena terlihat menyeramkan. Tak ada satupun dari mereka yang berani menggodaku. Setengah dua pagi, akhirnya aku di jemput. Tepat jam dua aku beranjak tidur. Senin, 19 Agustus 2013 Aku bangun bertepatan dengan adzan shubuh. Badanku semakin terasa tak enak. Seharian di Banyuwangi hanya ku habiskan dengan maka...

Malang Melintang dari Mandalika sampai Ketapang

Cerita Sebelumnya >>> Klik Disini  :) Taksi berjalan menuju terminal Mandalika. Sepanjang jalan, kami disuguhi pemandangan Minggu Pagi yang dingin dan sepi. Hanya sekitar setengah jam, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Kami berjalan dengan santai di terminal, setiap ada calo' yang menghampiri pun selalu kami abaikan. Mas Yuli yang sudah memiliki tiket bus Titian Mas jurusan Surabaya segera menghampiri pool bis, sementara kami menunggu di sudut terminal. Sekedar repacking dan mencari sarapan. "Aku nyari bis dulu yaa.. Kalian disini aja." Ujar Paklek Andi. Kami nurut. Tak lama Mas Yuli datang menghampiri kami. "Bis ku jam sepuluh berangkatnya." Ujarnya. Kami hanya mengangguk-angguk. "Kalian mau gak? Duaratus ribu. Titian Mas sampe Surabaya." Ujar Paklek Andi tiba-tiba datang bersama seorang pria berpostur tubuh kecil. "Enggak ah, Paklek. Mahal." Ujarku malas. Sudah mbatin kalo orang ini Calo'. ...

Perpisahan di Bawah Langit Praya

Cerita sebelumnya >>> klik disini  :) Kami pulang menjelang Maghrib. Pak Supir segera mengantar kami ke Restoran Khas Lombok selain Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung, yaitu Nasi Balap Puyung. Lokasi restoran berada di dekat bandara. Sesi makan bersama yang terakhir ini begitu hangat dan ceria. Walau aku tau, beberapa dari kami menyembunyikan kesedihannya. Saling bertukar nomor henfon dan pin bb. Aku sadar, mungkin memang ini terakhir kali kami akan bertemu. Atau, kami akan bertemu kembali, di waktu yang belum diketahui pasti. Sesuatu yang telah terjadi di gunung, biarlah terjadi, biarlah berlalu… Sudahi… Jangan dibawa ke kehidupan nyata… Iya, akan aku sudahi. Mungkin perasaan ini hanyalah modus gunung semata. Namun apakah modus gunung juga berlaku di pantai? Lalu, yang tadi itu apa? Aku perang batin. Dan melahap Nasi Balap Puyung sebagai pelampiasannya. .. “Si Farah sama Niza mana?” Tanya Mas Galih tiba-tiba. Kami menggelengkan kepala ...