Skip to main content

Gardens by the Bay di Malam Hari

MRT bergerak perlahan meninggalkan stasiun Chinatown. Suasananya cukup ramai karena bersamaan dengan jam pulang kantor. Saya memilih berdiri sambil menebar pandangan ke seluruh penjuru, betapa MRT ini berbeda jauh dengan Commuter Line. 

Begitu cepat dan tepat waktu. Batin saya ketika MRT berhenti di Stasiun Bayfront. Sambil menjaga anak-anak saya agar tidak ketinggalan rombongan, saya iming-imingi mereka makan sate di Gardens by the Bay. Alhasil mereka terus mengikuti saya yang sesekali jeprat-jepret sambil menatap langit yang sama bentuknya. Langit yang tanpa bintang.

Langit tanpa bintang

Gardens by the Bay merupakan proyek taman dengan luas 100 hektar yang memiliki berbagai jenis tanaman di seluruh dunia. Hebatnya, kaktus di padang pasir hingga pohon-pohon besar bisa tumbuh disini. Letaknya tidak jauh dari Marina Bay Sands Hotel, gedung yang atapnya berbentuk kapal pesiar itu. Tapi sayang, kami tidak sempat mengunjungi tamannya satu per satu. Kami hanya jalan dari ujung ke ujung sambil menikmati lampu-lampu taman yang cocok dinikmati sambil berpegangan tangan dengan pasangan.

*tarik cowok sipit dari Singapore*

*digampar*

 
Reggy, Bintang, Abiyyu, dan Yudha adalah anak-anak saya yang lebih senang memotret daripada dipotret. Kamera saya kerap kali berpindah ke tangan mereka. Kadang mereka juga mengabadikan momen dengan camdig yang mereka bawa. Sementara Abiyyu, ia masih saja sibuk membaca buku yang ia bawa. Padahal lampu taman tidak begitu terang. Anak itu memang misterius.

Saya tidak tahu bagaimana perasaan saya malam itu. Nomor saya sukses tidak bisa apa-apa karena lupa isi pulsa dari Indonesia. Rasanya aneh, berjalan di taman seindah ini tanpa dia.

Lampunya warna-warni. Kayak kisah kita.

Andai di Bekasi atau Jakarta ada taman seindah ini. Pasti saya makin rajin lari. Minimal, pulang ngantor saya bisa mampir kesini sambil buka laptop terus ngeblog. Ah, namanya juga rumput tetangga.

Lagi, sepasang remaja melintas di hadapan saya sambil berpegangan tangan. Ah, I wish you were here, boy.

ndak ada pegangan :(
itu jembatannya bisa dilewatin, tapi sayang nggak kesana.


itu tanamannya menjalar di bangunan gedung. lucu ya --,


"Miss, habis ini kita kemana lagi?" Tanya Reggy, membuyarkan lamunan saya.

"Ke Satay by the Bay, ya. Kita makan malam."

"Miss kenapa dari tadi diem aja?" Tanyanya lagi.

Andai Reggy tahu kalau malam itu, saya sukses galau di negeri orang.

Comments

  1. ahh mbak agita ke luar negeri T.T saya kapan?? haha hay

    ReplyDelete
  2. Juaannnnc**!

    Itu aja yang bisa saya sampaikan, untuk mengungkapkan kecemburuan saya.

    ReplyDelete
  3. iihh seruuuuuuu
    aku belum pernah mampir ke gardens by the bay kalo malem-malem :((

    padahal lampu-lampunya pasti keren, apalagi sekarang lagi banyak ornamen natal pasti tambah seru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bangettt, tapi jangan lupa bawa gandengan :p

      Delete
  4. salam kenal ya..
    kuliah di sg kah? dimana?
    NTU? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal jugaaa,
      aku cuma lagi jalan-jalan aja kok. tapi mudah-mudahan aja bisa kuliah disana :'D

      Delete
  5. lagi belajar mau kaya ka agit ,,, :-)

    ReplyDelete
  6. disana udah melimpah listriknya. kalau dibuatin di jakarta ntar pln pasti di protes, "lampu mota-mati, ndadak gawe taman lampu mbarang. semangkeyang". hahaha :v
    kunjungan pertamax :)

    ReplyDelete
  7. Suka banget ama tempat ini, tertata rapi dan menarik. Kalo di indonesia kira2 bisa ngak yaaa ??? #HmmMikir

    ReplyDelete
    Replies
    1. harusnya sih bisaaaaaa, tapiiii... #CobaUsulKeJokowi :p

      Delete
  8. Kapan ya bisa ninggalin jejak disana *nelenludah*

    ReplyDelete
  9. Halo Admin / Blogger :)

    Saya sangat suka dengan postingan foto-fotonya :)
    Perkenalkan, saya Dewi dari tim kumpulbagi. saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi foto-foto,video,menggunakan disk online yang lain dengan tujuan berbagi informasi ? :)
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Anda bisa dengan bebas mengupload foto-foto,video dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    Terima kasih.

    Salam.

    ReplyDelete
  10. iya ya, tiap ada yang bagus di Singapura, bikin berandai-andai kalau ada di Jakarta dan sekitarnya :))

    ReplyDelete
  11. wahh padahal seru kali ya kalau berfoto di jembatan itu, terlihat sangat indah dengan pemandangannya..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.