Skip to main content

The Giraffe Journey

Tulisan di bawah ini saya kutip langsung dari blog perjalanan Kak @AstiDode. Dialah yang memulai dan mencetuskan The Giraffe Journey ini...
.....satu titik saya sadar ternyata ada satu orang yang paling saya takut kehilangan dan dia bukan jejak yang telah lalu. Saya terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan bahwa ada rasa itu di hati saya. Perjalanan ini saya lakukan untuk membuat saya yakin agar membuang rasa itu jauh-jauh dan membuka perspektif baru, perspektif yang lain, dan belajar memiliki hati seluas langit. Nanti tiba saatnya saya kembali, semoga pencerahan itu datang, saya bisa tersenyum untuk mengucapkan "Halo".
Melangkah Bersama Jerapah

Saya gak pernah berminat untuk membuat buku tentang perjalanan. Oleh karena itu hanya tulisan tentang perjalanan kaki-kaki jerapah inilah yang akan saya tulis. Kenapa jerapah? Saya menyukai corak dan kaki-kaki jenjang binatang ini, seolah dia mampu menjejakkan kaki kemana pun, coraknya seolah dia bisa beradaptasi dalam kelompok lain. 

Belum lama ini permintaan saya untuk memiliki boneka jerapah juga terkabul. Terima kasih, kamu.

Kami berdua sama. Melakukan perjalanan demi sebuah pelarian. Berlari untuk menghindari segala kegelisahan selama di kota. Perjalanan ini, adalah bentuk escaping dari kami berdua :')

Dan The Giraffe Journey akan dimulai. Bismillah...

Comments

  1. orang kota liburan ke desa, orang desa nyari uang ke kota :D

    Salam EnjoyBackpacker.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.