Skip to main content

Mari Lari



Saya bukan pelari yang ingin bercuap-cuap tentang lari...

Akhir-akhir ini, hampir setiap pagi dan malam Path dan twitter saya dipenuhi oleh postingan Nike+ yang menunjukan jarak dan waktu tempuh teman-teman saya berlari. Mereka berlomba-lomba menambah jarak dan mempercepat waktu tempuh larinya. Tak jarang juga yang mem-posting banner untuk lomba-lomba lari mendatang. Seolah-olah lari adalah olahraga yang paling eksis saat ini. Mengapa?

Lari merupakan olahraga paling simpel. Tak perlu keluar uang banyak seperti olahraga lainnya dan bisa dilakukan dimana saja. Berlari pagi mengitari kompleks perumahan dengan kaos oblong dan kolor bekas tidur semalaman bisa saja dilakukan. Gratis dan mudah sekali. Tapi, lain halnya dengan lari yang berkelas, ya. Pakai sepatu lari, compressport, jam dan gadget canggih, kaos dan celana quickdry, atau tas dari jenis spibelt hingga hydropack. (Loh, kok saya jadi jualan?!)

Oke, lanjut..
Jadi, kenapa harus lari? 


Lari, bagi saya adalah media untuk menghalau galau (halah). Semacam quality time bersama diri sendirilah. Dan ini tipikal olahraga yang saya banget (baca: egois). Hahahahahaaa kenapa? Karena ga perlu nunggu ada orang yang mau lari. Kapanpun saya mau dan butuh, saya tinggal melakukannya. - @KeykoCecilia.


Bagi sebagian orang, mereka berlari demi menjaga kesehatan. Pola makan yang tidak teratur ditambah tingkat stress pekerjaan membuat mereka harus berlari layaknya menekan F5 pada keyboard, butuh di-refresh. Bagi sebagian lainnya, lari hanyalah demi sebuah eksistensi. Mengingat akhir-akhir ini event lari dari Marathon hingga Trail Running bertebaran dimana-mana. Lumayan, dong. Koleksi medali finisher, syukur-syukur naik podium!

Sementara bagi saya, lari adalah sekedar postingan di blog demi meningkatkan jumlah pengunjung. Buahahaha :D*dikeplak*

Dan kini, semakin banyak komunitas lari yang memenuhi Gelora Bung Karno-Senayan setiap minggunya. Biasanya mereka berlari dengan kaos yang seragam bahkan ada yang dengan niatnya membawa banner! Beberapa yang saya tahu yaitu Indo Runners, The Chubby Runners, BI Runners, Unyu Runners dan Sinar Mas Runners.

Dari mana saya tahu mereka? Saya kan bukan pelari? Iya, dong. Saya kan blogger, jadi bisa searching dan nulis apa aja dong. *Agit belagu*

Indo Runners merupakan komunitas lari terbesar di Indonesia. Wajar, ya. Kan pakai embel-embel Indo. Indo Runners juga memiliki portal web pribadi sehingga memudahkan pelari-pelari di Indonesia bergabung dan berlari bersama. Kalau The Chubby Runners dan BI Runners hanya saya ketahui sekedar gugling. Sementara Unyu Runners dan Sinar Mas Runners isinya teman-teman ngetrip saya. Hahahahaha X))

Iya, Unyu Runners beranggotakan orang-orang yang sering ngetrip sama saya kayak si Imam, Vaza, Keyko, Bang Fadly, dkk. Sementara Sinar Mas Runners ini tim larinya Ayah Riffat. Eksis bener deh aki-aki satu ini.

Beberapa hari lalu, saya sempat membaca Koran Republika Online. Disana diberitakan bahwa Sinar Mas Runner mengadakan event lari bersama sambil menggalang dana untuk korban bencana Gunung Kelud. Nama acaranya Sinar Mas Runners for Donate. Kegiatannya melibatkan karyawan Sinar Mas Group yang gemar dengan olahraga ini. Padahal acara ini dipersiapkan secara spontan dan singkat, loh. Namun ternyata dari karyawan yang terdaftar sebanyak 250 orang ini berhasil mengumpulkan hingga 20 juta!

“Ide, kreativitas dan inisiatif yang datang dari karyawan pada dasarnya adalah sesuatu yang bernilai dan penting. Sinar Mas sangat beruntung memiliki para karyawan yang tahu pentingnya berolahraga sekaligus dapat berbagi kepedulian pada rekan-rekan kita yang terkena musibah.” ujar Bapak Lukmono Sutarto, Direktur Corporate of Public Affair Sinar Mas, yang sekaligus membuka acara Sinar Mas Runners for Donate ini.





"Ternyata Sinar Mas Runner banyak juga, ya! Tinggal Ayah racunin biar pada ikutan Trail Running!" Ujar Ayah Riffat melalui twitter. Memang benar aki-aki satu ini adalah provokator kelas kakap. Tapi dia belum berhasil memprovokasi saya agar rajin berlari. Hihihi.

Jadi, kapan Agit mau mulai lari beneran dan berhenti untuk lari dari kenyataan?
Entahlah. Semua akan lari pada waktunya.
#MariLari

Comments

  1. #marilari
    saya lari demi apa?
    Demikian dan saya berlari. :) uyeeee

    ReplyDelete
    Replies
    1. mam, gak usah banyak cingcong. emailin bukti pembayaran ke email gewe.

      Delete
  2. Saya lagi lari mengejar mimpi saya hehehehe

    ReplyDelete
  3. #Mari Lari....
    Ikutan testimoni korban provokasi ngetrail Ayah Riffat ..
    Just enjoy it :)

    ReplyDelete
  4. Saya juga baru berjalan kaki saja nih, ingin mulai berlari juga. Lari punya filosofi yang dalam ya. Kecuali "lari dari kenyataan" itu, hehe...
    Salam :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selain lari dari kenyataan, bisa juga lari-lari di pikiran pacar kok, Kak :D

      Delete
  5. JUAL PERLENGKAPAN SPORT !!! KHUSUSNYA LARI, RENANG, SEPEDA, DAN TRIATHLON !!! SUKAOUTDOOR.COM SEMUANYA LENGKAP UNTUK PERLENGKAPAN LARI DAN TRIATHLON !!! LANGSUNG KUNJUNGI SAJA WEBSITE SUKAOUTDOOR.COM !! TUNGGU APA LAGI !!! TOKo TRIATHLON PERTAMA LHO DI INDONESIA !!!! LANGSUNG KUNJUNGI SAJA SUKAOUTDOOR.COM !!!!! BE HEALTY BE COOL!!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.