Skip to main content

Jalan-jalan Sambil Nulis? Gimana Caranya?




Travel writer sudah bukan hal yang asing bagi para penggemar jalan-jalan. Mereka adalah penulis yang menceritakan tentang pengalaman traveling-nya. Baik dalam sebuah buku maupun hanya berseliweran di blog atau web pribadi. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mempromosikan sebuah destinasi wisata agar pembacanya tertarik dan mupeng ingin kesana. Memberi informasi sebanyak-banyaknya demi memajukan pariwisata Indonesia. 

Bisa dilihat di Detik Travel, Travel Kompasiana, Viva Log dan semacamnya kerap kali menyaring para Blogger untuk aktif menuliskan artikel tentang suatu daerah, sisi unik, tradisi hingga kulinernya. Berbeda dengan isi blog saya yang kebanyakan curhat dan kegalauan selama Traveling. Hihihi. Bebas, sih. Gaya menulis kan banyak macamnya. Yang penting bisa menulis aja udah syukur. Karena banyak orang yang senang jalan-jalan dan hanya sedikit yang menuliskan perjalanannya.

Mau coba jalan-jalan sambil nulis? Gimana caranya?

Demi mencatat hal-hal kecil selama traveling, bawalah sebuah buku!  Karena membawa laptop ketika jalan-jalan apalagi mendaki gunung sangatlah repot dan ber-resiko. Takut kehujanan, belum lagi kalau ransel dilempar-lempar di bagasi pesawat. Untuk mendukung hobi jalan-jalan sambil nulis ini, saya rekomendasikan sebuah buku bernama "Catatan Layang". Bentuknya seperti handbook atau notebook. Nah, buku ini dibuat oleh Nauvel. Ukurannya minimalis dan praktis dibawa kemana-mana. Biasanya saya membawanya ketika jalan-jalan kemudian dipergunakan untuk mencatat hal-hal kecil selama traveling. Sesampainya di rumah, barulah saya kembangkan menjadi sebuah tulisan di blog ini ^_^

Ini dia penampakannya...

Nggak Usah Pake Pre Order, Pesan Langsung Kirim!!

Karena menulis bisa dimana saja, Tak harus di status twitter dan mengotori linimasa :)


Berapa harganya? Cuma Rp 25.000!!!
Awet, tebel dan bisa dipakai selama setahun, tuh!

Tertarik? Mau tanya-tanya? SMS/Telp/WhatsApp aja ke nomor 085217337492 atau 08891922241. Bisa juga mention ke @nauvael. Bisa Cash On Delivery di Bandung dan Jabodetabek, bisa juga dikirim ke alamat kamu. Belum termasuk ongkos kirim, ya! Ditunggu pesanannya :)

Comments

  1. ada pilihan warnanya ga..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. cuma cokelat aja kakak. bisa dilihat foto-fotonya di http://instagram.com/catatanlayang :)

      Delete
  2. selalu semangat ya nulisnya kak, hehehe... sangat pelu loh jalan jalan dituangkan dalam tulisan karena pengalamannya sangat berharga untuk bisa di bagi ke yang lain

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kebodohan di Situ Gunung

Posisi yang sudah di Bogor usai berbagi inspirasi ke adik-adik Smart Ekselensia tidak membuat saya dan Hanis langsung pulang ke Bekasi begitu saja. Kami lantas melanjutkan perjalanan ke Sukabumi dengan menggunakan Kereta Pangrango yang kebetulan hanya seharga duapuluh lima ribu rupiah. Pemandangan di sepanjang rel yang baru aktif kembali ini menyuguhkan hamparan sawah dan ladang hijau. Arus sungai yang amat deras juga menemani perjalanan yang memakan waktu dua jam ini.

5 Cm Vs Romeo+Rinjani

5 Cm Vs Romeo+Rinjani Ini kok judulnya malah jadi kayak rumus, ya? Hehehe. Jadi gini, beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menonton film karya Fajar Bustomi, judulnya Romeo+Rinjani. Film yang posternya menampilkan pendaki perempuan dengan pakaian minim tersebut sukses menjadi bahan ejekan para pendaki yang berseliweran di dunia maya. Banyak yang bilang, film ini akan menjadi the next 5 cm yang mengakibatkan membludaknya gunung Rinjani setelah film tersebut ditayangkan. Yah, kita lihat saja nanti seberapa besar efek dari film tersebut di dunia pariwisata, khususnya pendakian. Kembali ke film, bukan maksudnya membanding-bandingkan. Tapi kok ya rasanya ada yang ngeganjel kalau film ini nggak di- share ke temen-temen. Berikut pendapat yang saya rasakan ketika menonton dua film tersebut;

Menyusuri Jejak Islam di Kampung Kauman

Kampung Kauman Free Walking Tour Namanya Kauman. Sebuah kampung yang seringkali dilupakan orang-orang ketika menyusuri Malioboro sampai ujung jalan dan kemudian terhipnotis dengan gagahnya pohon beringin di alun-alun serta suasana nyaman di dalam keraton. Kali ini saya lebih mendahulukan untuk bercerita tentang Kampung Kauman daripada sejarah Jogjakarta, keraton, benteng dan lain-lainnya. Sebuah kesempatan yang langka untuk bisa menjelajahi kampung Kauman bersama orang-orang baru lagi. Adalah Edu Hostel Jogjakarta yang memiliki program Walking Tour Kauman tiap hari Jum’at dan Sabtu. Pada hari Jum’at, biasanya Walking Tour ini akan dibawakan dengan Bahasa Inggris. Namun sayangnya, peserta yang berjumlah lebih dari 15 orang pada hari Jum’at itu tak ada satupun yang berasal dari luar negeri sehingga sepakatlah kami untuk menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.