Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2013

[Pangrango] Filosofi Ulet

Cerita sebelumnya klik disini :) Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul tiga sore. Dan kami, mau tak mau harus segera turun. The Pirates telah turun duluan. Setelah beres-beres gear , akhirnya kami menyusul turun. Tak lupa mengenakan jas hujan atau ponco. Imam ini benar-benar Kamen Rider. Dia gak bawa jas hujan. Bisa kau bayangkan bagaimana tubuh kurusnya melawan hujan? Jelas saja, Imam kalah :D Aku telah mengenakan jaket A'Nauvel yang katanya anti air sehingga ku hibahkan jas hujanku untuk Imam. Namun baru beberapa langkah setelah meninggalkan Mandalawangi, aku merasa kedinginan. Entah jaketnya yang tembus atau bajuku yang sudah basah. Akhirnya di shelter puncak, aku bertukar jaket A' Nauvel yang ku kenakan dengan jas hujan milikku yang dipakai Imam. Kebetulan saat itu aku memakai dua lapis baju. Lengan panjang hitam dengan luaran T-Shirt putih Rinjani,oleh-oleh dari yang namanya tak boleh disebut. "Mending dilepas aja baju luarnya, Git. Kayaknya udah...

[Pangrango] Kabut Cinta Mandalawangi

Cerita sebelumnya klik disini :) Kami memulai perjalanan menuju puncak Pangrango pukul sebelas siang. Bray memutuskan untuk stay di tenda. Jadi hanya sembilan orang yang melanjutkan perjalanan. Kali ini kami hanya membawa dua buah carrier . Yang satu dibawa Imam, satu lagi dibawa temannya Kang Fachri. Dan aku tetap setia membawa termos cantikku :D Jalurnya terus menanjak, diperkirakan tiga jam menuju puncak. Kak Vaza, Kang Fachri dan dua orang temannya berjalan paling depan. Melaju terus tanpa rem, dan tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. Iya, mungkin itu upaya mereka agar cepat move on . He? Apa Hubungannya >_< *dikeplak* Dan aku, Aku sekali lagi jadi yang paling merepotkan. Heuheuheu *garuk-garuk-kepala* Iya, perutku yang dari hari pertama sudah mulas tapi tak keluar-keluar malah kontraksi di sepanjang jalur menanjak. Merepotkan sekali, bukan? A' Nauvel berkali-kali menyuruhku untuk membuangnya saja. Namun aku menolak, dengan alasan; "Gak bawa sa...

[Pangrango] Kandang Badak yang Basah

Cerita sebelumnya klik disini :) Kalo kandangnya cuma kayak gini, Badaknya bobo dimana?:| Sesampainya di Kandang Badak, aku segera masuk ke tenda milik om Teddy yang akan dipakai olehku dan Kak Vaza. Lokasinya agak miring. Gerimis tak kunjung habis. Aku gemetar kedinginan. A' Nauvel menyuruhku segera berganti pakaian. Kami dipisahkan oleh keadaan. Oh.. Betapa.. #apaansik -__- "Agiiit.. Kalo udah ganti baju makan duluuuu.." Teriak Imam atau Nganga, aku lupa. Aku hanya mengiyakan. Kemudian bergegas keluar dan masuk ke tenda mereka. Nganga membuatkan kami sandwich seadanya. Heuheuheu :D Roti tawar yang dipanggang kemudian diisi dengan sosis goreng dan saus. Cukup untuk mengisi perut-perut lapar kami.  Kemudian Imam menyeduhkan minuman hangat untuk kami. Ada susu cokelat hangat, kopi hangat, teh hangat, dan semuanya yang serba hangat. Iya, salah satu kelebihan Imam adalah memberi kehangatan kepada banyak orang. #uhuk "Eh, aku teh punya nasi bun...

[Pangrango] Tragedi Kandang Batu - Kandang Badak

Cerita sebelumnya klik disini :) Dalam kesendirian dan hujan-hujanan, akhirnya aku bertemu dengan beberapa anak UPI, sebut saja Dillah, Anita, Beni, Ajeng dan Faris. Kami menggelar flysheet agar terlindung dari hujan. Saling merapatkan jarak agar tercipta kehangatan. Kemudian berbagi cokelat yang agak sedikit mendiamkan perut laparku. "Si Nurul mimisan katanya." Celetuk seseorang. "Eh dimana?" Tanyaku. "Pas nyeberang air panas tea , kepleset ceunah ." Jawab lainnya, dalam logat Sunda. "Ya Allah.. Sereem.. Tapi udah ada yang nolongin kan?" Tanyaku lagi. "Si nopel paling mah." Kami terus menunggu hujan reda, namun yang terjadi malah sebaliknya, hujan tambah besar. Kami semakin basah dan kedinginan. Beni tak sabar agar segera beranjak dari tempat itu. Ia ingin segera mendirikan tenda, lebih tepatnya. Maka aku, Beni dan Dillah memutuskan jalan duluan ke Camp Kandang Badak. Sementara Ajeng dan Anita tetap setia...

[Pangrango] Dalam Kesendirian di Sepanjang Jalur Cibodas

Rabu, 8 Mei 2013 Selalu ada keraguan tiap kali mau melangkahkan kaki keluar rumah untuk pergi berhari-hari, pergi untuk naik gunung, misalnya. Dan seperti biasa, aku belum mengantongi ijin dari Ayah. Aku hanya bilang, aku pergi ke kawasan Cibodas dan pulang hari Jum'at. Beliau mengiyakan, namun hatiku tetap ragu. Sebuah keraguan, Untuk apa tujuanku melangkah kali ini? Aku baru saja menyudahi hubunganku dengannya, beberapa hari setelah ulang tahun pertama kita. Apakah perjalanan ini hanya sebuah pelarian? Atau pencerahan batin yang suntuk? Atau mungkin perjalanan dimana aku harus mulai membersihkan sisa-sisa kenanganku bersamanya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku sendiri pun, aku masih ragu. Seorang teman pernah berkata, " Ketika hatimu patah, bawalah kakimu untuk melangkah " Sepatah itukah hatiku sampai-sampai harus melangkahkan kaki ke gunung? Rumit memang. Namun sudahlah, aku toh hanya mengikuti ajakan trip dari mereka. Nikmati saja perjalana...